Share

16. Classic Studio

"Duluan saja, Pak. Daddy lebih butuh bantuan." Dion tersenyum tipis saat melihat mobil yang ditumpangi kembali bergerak setelah pintu mobil ditutup olehnya. Sembari mengamankan tas yang dipikul oleh bahu kiri, dia melihat ke arah gedung di depannya.

Gedung yang bertingkat tiga berdiri dengan kokoh di salah satu kumpulan barisan di sisi kiri jalan raya, tiga mobil terparkir apik di depan. Dia melihat plat bertulis 'Classic Studio' sejenak lalu melangkah mendorong pelan pintu yang dipasang. Aroma vanilla menyerbak ketika telapak kaki yang terbalut high heels dua sentimeter itu menapak di dalam gedung. Dingin menyeruak karena pendingin ruangan dinyalakan.

Dion bisa melihat seorang wanita berpakaian semi-formal berdiri di belakang customer service menyapanya dengan hangat."Good afternoon, Dorine." sapanya ketika mengingat nama-nama yang dijelaskan Leyna mengenai orang di sekitar balerina tersebut.

Dion kembali berjalan di sebuah lorong, ada pintu yang mengarah pada kelas berisi anak-anak dengan skirt yang terpasang apik di area pinggang dan stocking yang dikenakan berusaha berdiri dengan soft shoes. Ada dua wanita yang menjadi pengajar. Dion kembali melangkah kakinya menaiki tangga di sebelah kelas tersebut.

Ada dua ruangan di lantai ke dua. Dion berjalan ke pintu yang langsung terlihat dari anak tangga teratas, tangannya membuka pintu dan terlihat sebuah cermin besar menempel di dinding keseluruhan di dua sisi yang bersinggungan. Ada sekitar enam wanita dengan usia dari dua belas sampai dua puluh tujuh tahun sibuk bergerak.

"Leyna, how are you?"

Ini pasti temannya itu, batin Dion yang melihat aksesoris menempel di sekitar area mata seorang wanita sebayanya di depan dengan stocking cream dan pink skirt.

"I'm fine, Patricia. Looks you are fine too," ucapnya sebagai basa-basi. Dia berjalan ke sudut ruangan yang penuh dengan tas dan botol minum, serta beberapa handuk kecil yang tergeletak, ikut meletakkan tasnya dan mengeluarkan skirt serta pointe shoes kesayangan Leyna.

Wanita yang mengekorinya mengulas senyum, “Of course. Guess what? Leo proposes me marriage yesterday night.”

Dion tersentak sesaat namun kemudian ikut tersenyum bahagia, “Congrats. When the date?”

“Four months from now. I’ll give you the invitation card, really please if you come with a man,” ucap Patricia menyengir tanpa dosa bak anak kecil meminta gulali. Dion ingin menyangkal namun teman baik Leyna itu kemudian berucap.

“Because, I want you catch my flower at the day.”

Dion menatap dengan tatapan kosongnya, ingin kembali membalas namun rasanya tidak mungkin, salah berucap bisa-bisa ketahuan. “Aku akan mengganti bajuku,” katanya setelah memutuskan untuk berucap di pihak netral. Lalu, dengan secepat kilat dia keluar dari pintu masuk ruangan ke kamar kecil untuk mengganti bajunya.

“Does she really have a boyfriend?” tanya Patricia kepada udara tak kasat mata sembari melihat pintu masuk yang telah tertutup sempurna. “Today she is really weird.” Patricia kembali berfokus dengan gerakan setelah mengangkat bahunya acuh.

Dion menghembuskan napasnya setelah berhasil mengunci bilik terakhir dengan kaus ketat, skirt dan stocking di tangannya. Dia tidak tahu kalau menjadi ballerina abal-abal perlu banyak tenaga, seperti menghadapi Patricia. Sepertinya dia akan kembali berkunjung di penjara untuk bertukar cerita nanti malam.

“Nyaris saja.” bisik Dion yang bersandar pada daun pintu dan melihat pakaian di tangannya. Napasnya terembus pasrah dan mengganti pakaiannya dengan patuh sembari otaknya berpikir alasan logis apa untuk merekam kegiatan siang ini tanpa menaruh sebuah kecurigaan pada yang lainnya.

_The Stranger’s Lust_

“Leyna, come here. We need to practice.”

Kalimat yang keluar dari seorang wanita di usia tiga puluhannya dengan mata yang masih fokus pada pantulan cermin membuat Dion dengan patuh mendekat ke arahnya. Dia pastilah bernama Jessica Kyla, pelatih kesayangan Leyna Olivia.

Tampilannya yang bugar dengan rambut yang disanggul satu agak ke bawah tidak mengurangi kecantikannya pada usia sekarang.

“Aku sudah memutuskannya. Kita akan membawa lagu dari tahun 1890-an, aku mendapat rekamannya. Berterima kasihlah kepada banyak media jejaring sosial yang mengunggahnya bahkan sampai menjernihkan kualitas video tersebut.”

Dion hanya mengangguk di area pinggangnya terpasang perekam suara yang kecil sehingga tidak begitu terjelas jika tidak jeli melihatnya. Semoga saja Jessica tidak melihatnya untuk tiga jam ke depan. Patricia masih sibuk memperhalus gerakan di samping mereka.

“Aku akan mengirimkan videonya padamu, aku mengubah koreografinya sendiri, hanya beberapa untuk bisa dicampur dengan budaya sekarang. Untuk hari ini, aku akan menunjukkan padamu semua gerakan yang mungkin terlihat sulit,” kata Jessica yang berjalan pada sound speaker yang kecil namun Dion tahu suaranya cukup kuat untuk terdengar satu ruangan bahkan untuk orang luas juga bisa mendengarnya.

“Miss,” kata Dion dengan ragu. Dia menuju posisi sang pelatih tersebut. Jessica hanya berdengung.

“Bisakah aku merekam sesi hari ini? Aku merasa sedikit tidak enak badan, aku bermaksud merekamnya agar tidak ketinggalan. Setelah merasa baikan, aku akan berlatih sendiri.” Dion berucap dusta. Wanita di sebelahnya sedikit menimang alasannya lalu mengangguk.

“Well. Karena ini adalah koreografi yang belum kamu gunakan, aku menyetujuinya. Kamu perlu banyak belajar, siapa tahu kalau dari sesi ini banyak yang kamu pelajari.”

Dion sontak mengucapkan terima kasih dan mengeluarkan ponselnya sendiri, menempatkannya di sudut yang pas untuk merekam semua gerakannya dan Jessica. Dia tidak sejahat itu untuk menghancurkan satu-satunya kesukaan Leyna.

“Judulnya The Sleeping Beauty,” ucap Jessica yang memposisikan badannya terduduk sebagai posisi awal dengan lutut yang ditekuk ke atas dan kepala yang tertidur di sana membelakangi kamera. 

Dion mengangguk dan melihat Jessica yang menggerakannya dengan sempurna, “Bahumu harus agak ke belakang, tanganmu harus seperti ini. Kakimu harus sejajar. Yup dan beginilah gerakannya.”

Dalam hati, Dion menghembuskan napasnya, sedikit merasa bersyukur karena tidak dipaksa menjadi ballerina dulunya. Dia sejak awal memang tidak menaruh perhatian pada gerakan halus dan penuh makna, dia lebih senang dengan memanaskan otak melihat banyaknya angka di lembaran kertas.

Ini akan menjadi rekor sejarah baru dalam hidupnya.

_The Stranger’s Lust_

To Be Continue

Sky

Hi, apa kabar? Sky lewat catatan kecil ini, mau beritahu kalau Sky bakalan update sesuai jadwal. Coba tebak berapa kali? Yup, 4 kali. Setiap hari Senin, Kamis, Jum'at, dan Sabtu. Jadwal berlaku mulai Senin depan. Stay tune and stay healthy. See ya ^^

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status