"Lo itu kan cuma polisi yang kebetulan disuruh jagain ini si keset wellcome? Tapi perasaan, kenapa lo jadi berasa majikan begini sama ini si keset? Dan lo, Gadis. Jangan mau terus diinjek-injek orang kayak keset wellcome. Kalo lo ngerasa nggak nyaman sama ini polisi mulut jamban, minta ganti sama atasannya sana! Oon bener jadi orang! Kagak ada pantes-pantesnya lo ini jadi saudara kembar gue. Bikin malu gue aja!"
Mendengar kata-kata Maya, air mata Gadis terbit seketika. Ia memang amnesia. Tetapi hatinya tidak. Walaupun Maya terus saja mengata-ngatainya dengan kalimat-kalimat yang memerahkan telinga, tetapi sesungguhnya kakaknya itu membelanya tanpa disadarinya. Maya marah saat melihat Orlando seolah-olah memperlakukannya kasar dan memaksanya pulang.
Kakaknya mencintainya! Bagi Gadis itu saja sudah cukup.
"Eh keset! Kok malah lo yang mewek? Gue bukan marahin lo, Oon. Gue itu ngomelin ini si polisi
"Sebenernya lo niat nggak mau membayar utang lo? Ini udah lewat seminggu dari jadwal yang seharusnya. Kalo lo terus aja molor-molor begini cara bayarnya, yang ada malah hutang lo terus aja bunga berbunga dan nggak akan kelar-kelar sampai akhir zaman! Paham lo!""Maaf, saya tidak mengerti apa maksud Anda-Anda semua membawa saya ke sini. Lagi pula saya punya hutang apa? Saya saja tidak kenal dengan Bapak-Bapak semua.""Belagak pilon lo, May. Kalo lo masih nggak mau bayar juga, gue matiin lo! Boss udah ngasih kuasa sama gue buat nagih hutang sama lo bagaimanapun caranya. Lo mau bayar kapan sisa hutang lo? Kapan?""Saya tidak mau bayar! Saya tidak pernah punya hutang pada siapapun! Saya ti-"PLAKK! PLAKKK!"Lo nggak mau bayar? Oke! kalo gitu lo siap-siap aja sekarang untuk menemui pencipta lo lebih cepet dari jadwal takdir yang seharusnya, siala
"Apa maksud Anda dengan kata-kata calon imam? Anda mengklaim calon istri orang lain sebagai calon makmum Anda. Anda sehat?"Adiguna berdiri dari kursinya. Bahunya tegang dan sorot matanya mulai bengis. Ia merasa harga dirinya diinjak-injak saat ini. Sedangkan Putra melangkah santai mendekati kursi yang tidak jauh dari tempat duduk adiknya dan juga dua orang pria berseragam yang saling bersitegang. Ia kini duduk santai seraya menikmati sarapan pagi berupa para lelaki yang sudah mabuk kepayang pada adik kecilnya. Kali ini si posesif gila Adiguna mendapat imbang. Bentuknya adalah seorang AKBP yang juga nekad gila karena berani mengklaim diri sebagai calon imam adiknya di depan mata calon suami dan kakaknya. Mantap jiwa. Dia ingin melihat sejauh mana ketangguhan para pria-pria ini. Karena bagaimana pun kelak adik kesayangannya akan menjadi tanggung jawab salah satu dari mereka dunia akhirat."Anda tidak tahu apa itu pengertian dari ca
BUGHHH!"Anda benar-benar telah membuat saya kehilangan muka, Pak AKBP! Kalau Anda memang sudah tidak tahan ingin melampiaskan nafsu, cari yang memang bersedia. Anda tinggal bayar lalu masalah selesai di tempat. Walaupun itu tetap salah karena telah menyalahi aturan agama dan negara, tetapi sifatnya individual. Pertanggungjawaban Anda adalah pada Allah dan diri Anda sendiri. Tidak merugikan orang lain. Tapi ini? Anda telah melemparkan setumpuk kotoran ke wajah saya!" KomJendPol Fatah Antariksa memberi beberapa bogem mentah pada anak buah kebanggaannya. Sebenarnya Fatah sangat mengagumi kepribadian anak buahnya ini. Namun entah kenapa sekali ini Orlando bisa salah langkah. Fatal lagi!"Siap, Pak KomJenPol! Saya bersalah, Pak KomJendPol!" sahut Orlando tegas.Gadis meringis. Saat ini dirinya berada di kantor polisi bersama dengan kedua orang abangnya. Setelah menghajar Orlando habis-
"Ngapain lagi lo balik lagi ke sini? Kan udah gue bilang kalo lo itu harusnya tinggal di dusun lo sana. Cocok sama kepribadian dan sifat lo. Sama-sama lemot dan belum diupgrade pemikirannya."Gadis langsung diberondong dengan omelan Maya, saat ia baru saja menginjakkan kaki di rumah orang tua kandungnya. Gadis meringis. Mulut tanpa filter Maya pasti akan mendapat reaksi sama parahnya dari Putra, kakaknya. Putra juga mempunyai mulut tanpa filter."Kenalkan, Kak Maya. Ini Mas Putra, kakak Gadis." Gadis buru-buru memperkenalkan kakaknya untuk mengalihkan pembicaraan yang mulai memanas."Anda ini dibesarkan makan apa sih oleh kedua orang tua Anda, sampai mulut Anda beraroma seperti jamban begini? Tidak diberi makan kotoran kan?" Putra berdiri santai, dengan kedua tangan yang dimasukkan pada saku celananya. Gayanya cuek dan santai. Tetapi Gadis tahu, Putra sebenarnya sedang marah sekali."Dan Anda sendiri? Anda
"Aduhhhh! Udah Kak! Bukan maksud Gadis begitu. Kakak salah pa-aduhhh!" Air mata Gadis sampai keluar saat Maya sekuat tenaga menjambak rambutnya dan menampari kembali kedua pipinya. Iya yakin sebagian rambutnya bahkan sudah tercabut sekarang. Kakaknya bahkan tidak peduli wajah ayah mereka sudah menyuruhnya untuk melepaskannya.PLAKKKK!Suara tamparan yang begitu kuat terdengar di seluruh ruangan. Tetapi anehnya Gadis sama sekali tidak merasakan sakit, bahkan gerakan aniaya kakak kembarnya pun terhenti. Waktu seperti terhenti sejenak. Suasana mendadak hening. Gadis melihat sudut bibir kakaknya robek dan mengalirkan setetes darah. Rupanya ayahnya lah yang telah menampar kakaknya!"Ayah menampar Maya? Gadis melihat kakaknya memandangi ayahnya dengan tatapan tidak percaya dan diikuti dengan butiran bening air matanya yang jatuh berderaian. Untuk pertama kalinya Gadis melihat kakaknya menangis."A
"Duh muka Bapak kok bisa sampai benyek-benyek kayak kue bika ambon bantet begini sih? Digebukin penjahat atau dimassa orang sih, Pak? Kesian amat."Fahrani yang di titahkan oleh ibu mertuanya mengantarkan sarapan pagi untuk suami njelehinnya, sampai lupa pada tujuan utamanya saking speechlessnya melihat keadaan Orlando. Tangannya bahkan refleks langsung membelai sayang rahang Orlando yang seketika membuat Lando menjauhkan wajahnya jengah dan membuat kedua mata Gadis mendelik kesal.Ini mbak-mbak dari mana sih main ngelus-ngelus muka orang aja nggak pake assalamuaikum dulu. Belum juga Gadis menanyakan pada Orlando siapa mbak-mbak ini, suara marah atasan Orlando sudah menjawab rasa penasarannya. Mbak-mbak ini istri atasan Orlando rupanya."Rani, Sedang apa kamu hah?" Desisan marah Fatah membuat Rani kaget seketika. Bagaimana tidak kaget, baru saja ia ing
"Lo siento, señor Lopez. Pagaré mi deuda tan pronto como sea posible. Lo juro!!"(Saya minta maaf tuan Lopez. saya berjanji akan melunasi hutang saya secepatnya. Saya bersumpah!)"Gue udah bilang kalo gue lagi bokek. Lo ngerti nggak sih! Bilang sama majikan pelesit penghisap darah lo itu, kasih gue waktu seminggu lagi. Gua akan lunasi sisa bunganya kalo gue udah balik dari Hawai!!"Misericordia señor Lopez !! Prometo no engañarte de nuevo. ¡Por favor perdóname!"(Ampun tuan lopez! Saya berjanji tidak akan mencurangi Anda lagi. Tolong maafkan saya!!)"Kak, Kak Maya. Bangun Kak. Kakak mimpi ya! Kak Maya!" Gadis mengguncang-guncang pelan bahu kakaknya yang sepertinya sedang bermimpi buruk. Kakaknya terus saja ngelindur dengan sekujur tubuh gemetaran dan keringatan. Ia tadi sedang membuat segelas susu di dapur k
... 146, 147, 148, 149, 150. Selesai. Orlando duduk bersila setelah selesai push up 100 kali dan sit up 150 kali. Dia belum sanggup kembali pada repetisi jumlah push up yang biasanya 200 kali dan sit up 250 kali. Tubuhnya belum benar-benar pulih. Ini pun dia seperti memaksa kesembuhannya agar di percepat akibat tidak percayanya ia meletakkan tanggung jawab kepada anak buahnya sendiri. Ada perasaan tidak puas saat bukan dirinya sendiri yang menjaga dan melindungi Gadis. Kemarin atasannya mengancam akan memberikan pengawalan atas Gadis kepada AKBP Maman Supratman apabila Orlando masih saja membangkang dan nekad mengawal Gadis dalam keadaan fisik yang masih babak belur. Atasannya ingin agar ia beristirahat penuh minimal tiga hari lagi agar fit saat bertugas nantinya. Tetapi perasaan kan tidak bisa di bohongi. Saat ini saja dia sudah rindu setengah mati kepada Gadis, padahal kemarin pagi mereka masih saling bertemu di kantor polisi.