Share

 The Third King
The Third King
Penulis: mahesvara

PROLOG

Tahun 2019, sebuah wabah datang dan melanda bumi, dikenal dengan nama Corona. Wabah Corona menyebar dengan cepat dan dalam hitungan beberapa bulan berhasil menyebar ke seluruh belahan bumi, baik itu selatan, utara, timur dan barat. Tak ada satu pun negara di bumi ini yang bisa terhindar dari wabah Corona. 

Karena keganasan wabah Corona, banyak nyawa manusia yang melayang dengan jumlah yang cukup besar, bukan hanya puluhan juta atau ratusan juta melainkan milyaran nyawa manusia berhasil direnggut wabah Corona dan membuktikan keganasan dari Corona dalam sejarah dunia. Pemerintah dari berbagai negara mulai mengalokasikan sebagian dananya dalam upaya memberantas wabah dan menyelamatkan nyawa rakyat – rakyatnya. Sayangnya. . . seberapa keras usaha yang dilakukan pemerintah di seluruh penjuru dunia, Wabah Corna tidak bisa diberantas dan terus merenggut nyawa manusia di seluruh penjuru dunia. 

Wabah Corona yang menyerang dalam jangka waktu hampir sepuluh tahun lamanya menyebabkan kemerosotan ekonomi dan seluruh sektor di seluruh belahan dunia, tidak terkecuali teknologi. Berkat Corona, kemunduran peradaban mulai dirasakan di seluruh belahan dunia. Dalam waktu kurang dari sepuluh tahun sejak Corona berakhir, puluhan negara perlahan mulai mengumumkan kebangkrutannya dengan jumlah hutang yang sangat fantastis dan hanya menyisakan beberapa negara dengan kekuatan adikuasa yang mampu bertahan melewati efek berantai dari wabah yang menyebar di seluruh dunia. 

Ekonomi dunia yang semakin merosot menyebabkan suplai makanan pada rakyat mulai terganggu. Sejak Corona berakhir, jumlah manusia yang lahir dan mati berbanding terbalik dan lonjakan kelahiran yang besar setelah kematian dalam jumlah banyak terjadi. Perekonomian yang hancur, peradaban yang mulai mundur dan suplai bahan makanan yang tidak mencukupi menjadi penyebab kerusuhan yang terjadi hampir di seluruh penjuru dunia. 

Kerusuhan yang tidak bisa dibendung kemudian menyebabkan terjadinya pemberontakan dan kudeta di puluhan negara. Pemerintahan yang sudah dalam keadaan bangkrut kemudian tidak lagi bisa mengendalikan sistem pemerintahan hingga perlahan menyebabkan kegagalan sistem pemerintahan dan kehancuran puluhan negara. 

Perebutan kekuasaan dengan alasan makanan dan bahan makanan pun mulai terjadi di seluruh penjuru dunia tidak terkecuali Negara Hindinia. Hindinia, negara dengan sistem pemerintahan Monarki Absolut pun tidak bisa terhindarkan dari pemberontakan dan kudeta yang terjadi hanya dengan alasan makanan. Enam belas tahun setelah pengumuman awal penyebaran wabah Corona dan lima tahun setelah pengumuman kebangkrutan yakni tahun 2035, Ekaraj Balakosa bersama dengan sepuluh sahabatnya berhasil menghentikan dan meredam pemberontakan dan kudeta di Negara Hindinia. 

Keberhasilan Ekaraj Balakosa kemudian membawa dirinya menjadi Raja Pertama Negara Hindinia setelah kehancuran sistem pemerintahan. Ekaraj Balakosa yang merupakan keturunan bangsawan dari keluarga Kerajaan kemudian diangkat menjadi Raja Pertama Negara Hindinia yang baru. Sedangkan sepuluh sahabatnya diberi hak istimewa berkat usahanya dan kemudian memegang beberapa posisi penting di pemerintahan di bawah kepemimpinan Ekaraj Balakosa. Lima tahun lamanya, Negara Hindinia yang baru hidup dalam kedamaian di bawah kepemimpinan Ekaraj Balakosa hingga Raja Kedua, Jahan Balakosa dinobatkan sebagai raja berikutnya. 

Jahan Balakosa, pangeran kedua yang merupakan anak dari Ekaraj Balakosa melengserkan Putra Mahkota yang merupakan putra pertama dari Ekaraj Balakosa, Davendra Balakosa melalui serangkaian skenario licik yang telah disusunnya dengan beberapa bangsawan yang termakan rencana busuk Jahan Balakosa. Setelah melengserkan kakaknya, Jahan kemudian menjadi putra mahkota dan tidak lama kemudian naik takhta menjadi Raja Kedua Negara Hindinia. 

Pemerintahan Jahan yang semena – mena dengan kekuasaan yang tidak terbatasi membuat jurang besar di antara rakyatnya hingga terbagi menjadi dua kaum, yakni aristokrat dan proletar yang menuai banyak kontroversi. Jahan Balakosa memberikan banyak hak istimewa kepada kaum Aristokrat dan membuat kaum proletar layaknya kaum terbuang. Namun, tak satupun dari mereka, kaum proletar yang tidak setuju dengan Jahan Balakosa berani angkat bicara.

 Raja Kedua, Jahan Balakosa dikenal dengan kekejamannya dalam memerintah hingga bahkan berani menjatuhi hukuman mati pada Kakaknya, Davendra Balakosa yang telah menerima nama pangeran terbuang hanya untuk membuktikan kekuasaannya. 

Pemerintahan Jahan Balakosa berlangsung selama sepuluh tahun lamanya hingga sebuah kudeta yang dipimpin oleh Arsyanendra Balakosa, putra dari Putra Mahkota yang dilengserkan, Davendra Balakosa. Dengan tangannya sendiri, Arsyanendra Balakosa berhasil membunuh Jahan Balakosa dan kemudian naik takhta menjadi Raja Ketiga Negara Hindinia. Dengan membawa dendam dan tujuan tersembunyi dalam setiap langkahnya, Arsyanendra Balakosa duduk di takhta dengan mahkota di kepalanya memimpin Negara Hindinia dan berusaha mengendalikan kaum aristokrat yang sudah mulai kehilangan kendali. Dengan membawa Nama Raja Ketiga Negara Hindinia, Arsyanendra Balakosa mulai melancarkan aksi – aksinya dan memulai revolusi dalam usahanya menyelamatkan negara dan rakyatnya yang sudah hancur karena ulah Jahan Balakosa.

Ini adalah kisah Raja Ketiga dari Negara Hindinia, Arsyanendra Balakosa yang dikenal kejam sekaligus penyayang. Yang dikenal menjadi musuh paling berbahaya bagi kaum aristokrat namun menjadi pahlawan di mata dan hati kaum proletar. 

Ini adalah kisah Raja Ketiga dari Negara Hindinia, Arsyanendra Balakosa yang menjadi raja tersingkat dalam sejarah Negara Hindinia dengan lama pemerintahan hanya satu tahun lamanya. 

Kisah yang melegenda dalam sejarah Negara Hindinia yang dikenal sebagai awal revolusi pemerintahan baru di Negara Hindinia dan penyelamat rakyat Hindinia dari jurang kehancuran. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status