Ayu di antarkan oleh Dony Gonzales dengan mengendarai sepeda motor saat berpapasan dengan mobil yang di kendarai oleh Kian.
Kian menatap Ayu tajam dan tampak dingin. Dony dengan santun membunyikan klaksonnya sebagai sapaan, "Pagi Tuan muda."
Ayu seketika berusaha melepaskan diri dari rengkuhan tubuh Kian. Kian melepaskannya kemudian menegakkan tubuhnya, meraih siku tangan kiri Ayu membimbingnya ke luar pantry."Jika bersama denganmu lebih lama lagi, aku bisa memakanmu di sini," kata Kian bertepatan dengan seseorang pegawai yang akan masuk ke pantry, untungnya perkataan pemuda itu hanya bisa di dengarkan oleh Ayu.
Ayu terbelalak dan gugup merasa tidak enak hati dengan Stefany karena dia yang memberikan seragam tersebut. Ayu menatap wajah sang nyonya rumah. Tetapi dilihatnya Stefany hanya tersenyum simpul dan menganggukkan kepala."Tapi Tuan baju ini nyonya yang memberikan,” jawab Ayu."Jangan panggil aku, Tuan. Panggil saja namaku Diego seperti yang lainnya."Saat Ayu terlihat membuka mulut ingin men
Kian, Dion dan Fransesco kembali menuju ruang keluarga. Mereka bertiga duduk di sofa dalam ruang kerja Fransesco. Fransesco membuka laci meja kerjanya dan memberikan bungkusan puntung rokok tersebut kepada Kian."Berikan ini kepada Shane," perintah Fransesco. Shane Dario adalah salah satu sepupu Kian."Kenapa Ayah tidak bilang di telepon tadi malam?" tanya Kian.
Ayu merasa tubuhnya sudah kepayahan dari tadi mengikuti kedua kakak beradik tersebut keliling mall. Walaupun mereka laki-laki ternyata senang sekali berbelanja dan harga belajaannya melebihi penghasilan Ayu selama satu tahun. Walau begitu Ayu juga merasa bahagia, ia juga ditraktir makan steak yang besarnya dua kali lipat yang biasanya ada di cafe steak lengganan teman-temannya. Diego beranggapan ia harus makan berat karena mall ini sangat luas dan jelas Ayu memerlukan banyak tenaga untuk mengitari semuanya."Tommy sudah ya belanjanya? Paka
Kian kembali menggenggam tangan Ayu erat-erat, sebagai bukti bahwa dirinya tidak menyukai dengan kata 'saya' yang ucapkan oleh Ayu. Ayu kembali pada sikap formalnya.Ayu sendiri memang merasa harus kembali bersikap begitu terhadap Kian. Ia tidak ingin disebut sebagai orang yang suka memanfaatkan keadaan. Dan yang pasti dirinya tidak ingin disebut sebagai wanita penggoda.
Tommy mengulurkan tangannya menggenggam sebelah tangan Ayu lembut, meyakinkan Ayu jika dirinya pun senang akan bersekolah bersama Ayu.Hal itu tak luput juga dari perhatian Kian. Hatinya semakin jengkel dibuatnya. Kian mendengus.
Jaylen menatap keluar jendela restoran yang merangkap tempat menginap bernama Dunford yang berada tepat diperbatasan kota Holy Spring. Beberapa kali dirinya mendesah karena udara malam semakin dingin akhir-akhir ini ditambah lagi dengan intensitas hujan yang sering kali disertai angin kencang. Ia tidak sendiri sebetulnya dirinya sedang menunggu kedatangan sepupunya Mario Riccardo.Tepukan di bahunya dan suara bas sepupunya segera saja menyapa pendengarannya. "Bagaimana dengan usahamu mendekati Kian?" t
Stefany berdiri di dasar tangga dengan menatap sang putra sulung yang baru saja menutup pintu depan.