“He is my weakness; I am his.” “Hatred lives in the heart of the wounded and broken soul. Acceptance mends it.” In the world of beast, where justice is voiceless, and life is meaningless, Leona fight for her life and her freedom. Let the truth be heard. Accused of a crime she did not commit, Leona was forced to leave her pack and seek sanctuary in another world where she only heard from her Mama Thelma’s story, the world where her kind exists, the humans. But living a peaceful life seems very elusive for her. She found herself entangled with a man she only met with the agreement her Mommy Rose concerted. Running away from her past, Leona must face again the beast she despises now kindles her heart. To build the future, the past must be settled.
View MoreDevanka berjalan dengan santai, menerobos gelapnya malam yang diiringi semilir angin. Sesekali bulu kuduknya berdiri, antara takut atau hanya sekedar karena hembusan angin malam.
Biasanya dia tidak pernah pulang selarut ini, hari ini adalah hari yang cukup sial untuknya, karena dia harus lembur tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Biasanya ketika dia lembur, ada sang ayah yang dengan setia menjemputnya, walau hanya dengan berjalan kaki.
Kali ini dia tidak bisa menghubungi ayahnya, ponselnya kehabisan daya dan dia harus lembur di gudang penyimpanan yang letaknya 100 meter dari supermarket tempatnya bekerja.
Devanka bekerja di sebuah supermarket ternama di Jakarta, sebuah kota besar yang sangat megah namun kejahatan juga cukup meraja lela.
Langkah Devanka mulai pelan, dia merasa ada seseorang yang tengah membuntutinya. Rasa takut menyerang perlahan dan dia bersiap untuk segera lari. Namun keinginannya hanyalah hayalan semu, tiba tiba tubuh mungilnya disergap oleh seseorang bertubuh besar dan sangat tinggi.
Mulut Devanka dibekap sangat kuat oleh seseorang yang memiliki tangan besar dan kasar.
Devanka terus berontak, namun apa daya kekuatannya hanya sebatas kecil, seseorang yang menyergap tubuhnya jauh lebih besar dan kekuatannya luar biasa.
Tubuh Devanka tersungkur ke tanah lalu di seret oleh seseorang yang ternyata adalah seorang pria. Tubuhnya tinggi besar, sangat menyeramkan dan membuat Devanka ketakutan.
Situasi yang sangat menakutkan. Devanka hanya bisa terus berteriak sekuat tenaga, walau dia tau semua hanyalah percuma.
Tangan Devanka ditarik dengan begitu kasar, tubuhnya berguling guling, tidak mampu untuk berdiri. Pria itu terus menarik tubuhnya, masuk ke area semak semak.
Malam yang sepi seolah menenggelamkan teriakan minta tolong Devanka. Tidak ada satu orangpun yang mendengar, Devanka hanya sendiri, semakin jauh dari jalan raya yang tadi dia lewati.
Sayup sayup Devanka mendengar pria itu berbicara "kau akan menjadi milikku malam ini, aku akan membuat tubuhmu menggelinjang dan akan aku nikmati senti demi senti kulitmu yang mulus itu."
Mendengar itu Devanka semakin ketakutan, teriaknya semakin kencang namun semua masih percuma.
Dia berusaha melihat dengan jelas ke arah pria itu, pria dengan tubuh besar, penuh dengan otot yang terbentuk sempurna.
Wajahnya sedikit seram, dengan kumis tebal yang menghiasi wajahnya. Usianya kisaran 50 tahun, dan Devanka mula ingat dengan wajah itu.
Itu adalah Tuan Santoso, tetangga sebelah rumah yang sering menatapnya dengan senyum ramah lewat jendela lantai atas rumahnya yang langsung berhadapan dengan kamar Devanka.
Iya, Devanka yakin, itu adalah tetangganya yang dia pikir baik dan santun karena sering menyapanya dengan lembut.
"Tu-tuan Santoso, tolong lepaskan aku, aku tidak akan melaporkan semua kejadian ini," ucap Devanka mengiba dengan suara yang terdengar parau karena menahan sakit akibat tubuh yang ditarik paksa.
Tuan Santoso melempar tubuh Devanka di pojokan sebuah gudang kosong.
Gelapnya malam, hanya disinari lampu bohlam kecil yang tergamtung di ujung gedung, semakin membuat suasana terasa mecekam, ketakutan begitu terasa dan keputus asaan hendak segera mendekat.
"Tu-tuan tolong, jangan lakukan ini kepadaku," ucap Devanka lirih sambil terus melelehkan air mata penuh ketakutan.
"Aku sudah lama menunggu saat ini! tidak mungkin aku akan menyia nyiakannya, aku sudah mengintaimu sejak lama," ucap Tuan Santoso dengan pandangan yang cukup menakutkan.
Tuan Santoso menarik jaket tebal Devanka dengan paksa dan kasar.
Sekali hentak langsung terlepas, membuat Devanka kedinginan dan nyaris beku.
Devanka bisa mencium aroma aneh keluar dari mulut pria paruh baya itu. Sepertinya pria itu sedang mabuk. Menemukan fakta itu, tubuh Devanka mulai lemas, seberapa besar usahanya untuk lepas dari pria itu sepertinya akan percuma.
Alkohol membuat pria itu semakin arogan dan lebih berani, tidak ada lagi belas kasian atau sekedar memberi iba pada gadis muda yang sebenarnya sudah dikenalnya itu.
Pria itu melihat Devanka dengan pandangan penuh nafsu, matanya berbinar merah dan seolah seperti harimau yang siap memangsa targetnya.
"To-tolong tuan, jangan lakukan ini," pinta Devanka memelas.
"Aku akan menikmati setiap senti tubuhmu, aku akan membuatmu merasakan kenikmatan yang tidak pernah kau rasakan, kau akan sangat ketagihan seperti candu dan setelah ini kau akan meminta dengan senang hati kepadaku," ucap tuan Santoso diiringi dengan tawa keras seolah senang karena akan mendapatkan apa yang diimpikannya.
"Aku tidak pernah merasakan darah perawan seumur hidupku dan aku akan mendapatkannya hari ini," ucapnya berambisi.
Devanka adalah anak gadis dari keluarga Lumawi, anak satu satunya pak tua Lu yang berasal dari suku Jawa dan bertinggal di Jakarta. Keluarga yang terkenal selalu menjaga kehormatan atau bisa dibilang keperawanan anak anaknya.
Bagi mereka, menjaga keperawanan anak gadisnya di tengah perkembangan jaman yang mulai gila ini adalah sebuah keharusan apalagi sudah merupakan tradisi turun temurun, karena mereka meyakini bahka ketika seseorang melakukan perbuatan keji di luar pernikahan, maka akan ada karma tuju turunan yang akan menimpa keluarganya. Kepercayaan itu masih mereka pegang teguh hingga saat ini.
Mereka akan berjuang mati matian untuk menjaga keperawanan anak gadis yang lahir di keluarga mereka. Menjaga mereka sekuat tenaga hingga dipinang oleh pria terbaik.
Ada sebuah aturan penting di keluarga Lumawi, semua anak perempuan harus menjaga keperawanananya, dari ujung rambut hingga ujung kaki. Bukan hanya keperawanan alat kelaminnya dalam artian selaput dara yang masih tersegel utuh, namun juga seluruh tubuhnya.
Perempuan dari keluarga Lumawi yang belum menikah dipastikan adalah perawan seutuhnya, dan bisa menikah dengan perawan seutuhnya adalah sebuah keagungan tertinggi bagi setiap pria.
Tuan Santoso memandang ke arah Devanka yang terlihat ketakutan itu. Menatapnya tajam, menusuk hingga membuat bibir Devanka bergetar karena takut dan juga kedinginan.
Tuan Santoso menatap ke arah bibir itu, bibir tipis berwarna merah muda itu adalah bibir perawan yang tidak pernah dikecup oleh pria manapun, betapa beruntungnya dia hari ini, akan bisa mencium bibir itu dengan sepuasnya.
Dia sudah membayangkan betapa brutalnya hal yang akan dia lakukan terhadap gadis perawan itu.
Devanka yang tengah dipeluk ketakutan mulai menangis sejadi jadinya, dia tidak bisa membayangkan apa yang akan menimpanya, haruskah dia menjadi musibah bagi keluarganya karena tidak mampu menjaga keperawanannya.
Dia benar benar ketakutan, tubuhnya mulai lemas tak berdaya, dia mulai menangis dan berteriak sejadi jadinya.
"Bunuh aku!" terial Devanka.
"Le-lebih baik kau membunuhku daripada kau perlakukan aku seperti ini Tuan Santoso," teriak Devanka yang diiringi dengan tangis memilukan.
"Yang akan aku berikan adalah kenikmatan Devanka, kenapa kau malah memilih kematian," ucapnya lirih namun terdengar menakutkan.
"To-tolong tuan, tolong jangan lakukan ini," teriak Devanka ketika tangan pria itu mulai mengarah ke tubuhnya dan hendak menyergapnya.
Devanka berteriak sejadi jadinya, teriakan ketakutan yang penuh dengan kenestapaan. Matanya tertutup, mulai terlintas bayangan masa depan, betapa hancurnya hidupnya setelah ini. Dia akan menjadi orang terasing yang penuh kehinaan, sendiri dalam kenestapaan, tidak lagi ada masa depan, apalagi keluarga yang mungkin akan mengambabnya pembawa karma buruk.
Tiba tiba Devanka mendengar sesuatu yang sangat keras, benturan benda tumpul yang diiringi dengan teriakan keras kesakitan.
Devanka memberanikan diri membuka mata, dia mendapati ayahnya memukuli tuan Santoso dengan membabi buta.
"Rasakan ini! beraninya kau melakukan hal gila pada putriku," teriak Ayah Devanka kesal sembari terus menghujani tuan Santoso dengan pukulan keras menggunakan balok kayu panjang.
Melihat ayahnya, Devanka segera berlari dan memeluk pria paruh baya itu dengan pelukan erat penuh kelegaan. Seperti guyuran air surga, membasahi api abadi yang siap melenyapkan seisi bumi.
"Ayah," ucap Devanka yang mulai menangis sejadi jadinya di pelukan ayahnya itu.
Ayah Devanka bernama pak Sabto Lumawi, keturunan Jawa dari keluarga Lumawi. Dia akan berusaha mati matian untuk menjaga anak gadisnya, bahkan dia rela bertaruh nyawa demi menjaga kehormatan anaknya.
"Aku sudah mencarimu ke mana mana, jangan pulang selarut ini lagi, ayah tidak ingin kau mengalami hal seperti ini lagi."
"Ayah menjemputmu di supermarket, tapi manager Zack mengatakan kau ada lembur di gedung penyimpanan, ayah sudah mencarimu di sana, tapi katanya kau sudah pulang. Kau tau betapa khawatirnya ayahmu ini," ucap Ayah Devanka sambil terus memeluk putri kesangaannya itu.
"Ayah," ucap Devanka lirih sambil terus menangis di sisi ayahnya.
Sungguh beruntung Devanka, musibah besar tidak jadi meremukkan masa depannya. Dia tidak harus menjadi pembawa karma buruk untuk keluarganya
VICTORIA’S POV“Imbeciles!” I roared thunderously, “How can a pack of rogues outsmarted you?!”“Victoria, calm down. Your know how rogues think. They will do everything to get what they want. No one expected that,” Alpha Scott defended our guards. I wanted to cut off their heads and feed them to the lions. “How can I calm down when they have Leona now? Tell me!”Sooner or later Leona will recover and came back to help with the uprising. She needs to pay her debt. A life for a life. She killed my father, then I will kill her.“First, we must find their nest, retrieve Leona and pursue the execution day fast. The council will suspect now why we didn’t showed them Leona.”“Exactly. What are we going to do now?” I asked. “Attack first. Kill them all especially Leona and her boyfriend. I smell something’s fishy with him.”“Very well,” I send out my men to search the rogues hideout. Well see if Leona can escape again. When alone, I went to my father’s grave and reminded of myself my promi
DARREN’S POVWe used the shortcut that Ellen showed me. It was one of the fastest way for us to arrive in the pack. One of the spies informed us that Leona was taken out of her cave and now facing the whole pack for her execution. She was tied up on a poll and very weak due to beating. The spies would sometimes suck in the cave and gave her food and drinks to survive. Victoria ordered now to feed Leona to weaken her. “We are going to attack the pack that’s it?” I asked Ellen again for clarity. They will be a diversion while I help Leona to escape. Today, they will kill Victoria. “Are you nervous Darren? You’ve been asking the same question since yesterday, and I still answer the same thing.”“Yes, I am very nervous. I’ve been to a fight but not the whole pack. I’m afraid what would happen during the battle.”“Don’t be. Keep your head on this battle, and stay focus.”“Right.”Ellen joined Anna and the other Rogue while I will have to go to other wolves who camouflage as members of
DARREN’S POV“Drinking her blood. I am not sure about that. Our situation right now is very complicated. Leona needs my help.”“But your curse will be permanent on your birthday. Its up to you,” the healer walked away. Tomorrow is my thirtieth birthday. The day set for me to lift my curse, and Leona was still in the cave, lock in a silver cage, and fighting for her life. If I drink her blood, we will all end up dead in this place. No ones going to save us but ourselves and I’m sure Victoria deployed all their guards to tighten the security in triple. “Hey, what have you decided to do tomorrow? If you want to tell Leona about the blood, we could sneak inside the cave and tell her,” Ellen said. She took a break of polishing their weapons. “I have to save Leona. Maybe if we get lucky tomorrow, I could tell her about the blood and drink it before the day ends.”“In that case, braise yourself, and relax. You need your strength tomorrow. We need you.” Ellen went back to her chores. I was
DARREN’S POV“Did you sleep well?” Ellen checked on me in the guest room. I didn’t sleep well last night and kept staring at the moon while everybody was sleeping soundly. “Not really. First time in this place I guess.”“You have to get use to it. By the way, breakfast is ready. The Omega will come here later to serve your clothes and everything that you need.”“Wait, what? The Omegas? I don’t need their help. Just give me the clothes and I can take care of myself.”“Apparently, that is not how it works here. You are the Alpha, we all serve you.” Ellen left before I could even uttered a word. So that was what Leona told me. She was an Omega and her undying duty was to serve the Alpha and the future Luna. Without her knowing that she is the true Alpha. And as expected, the Omegas came with some clothes Anna picked for me to wear. Aside from that, they arranged my bath and asked to scrub my body which was too much. I totally declined. “I can take care of myself. Thank you,” I deman
DARREN’S POVEllen and I waited at the end of the cave. Indeed, Victoria visits Leona after sunset. She was pleased to captured her and tortured her. I wanted to intervene, but Ellen stopped me. I am no good to Leona dead. “What’s your plan? It better be a good one,” I walked out of the cave so as not to hear my beloved Leona’s scream. I cannot bear to witness her suffering.“We will save her on the day of her execution. In front of the whole pack and the council.”“Why not right now?! What if Victoria kills Leona before that day comes?” “She won’t. It is her pride to kill in font of the entire pack the true Alpha of this pack.”“Huh? What do you mean?” “Come with me.” Ellen led me to jungle. Out of the packs domain. We need to stay hidden especially her. She was an outcast now. A rogue. Victoria caught her but was saved by other rogue werewolves who oppressed the current Alpha. They had been trying to remove Alpha Riley and now Victoria on the throne. But none of the council lis
DARREN’S POVWe were waiting at the Eldrich’s property impatiently. Nothing shows up. Leona was out there somewhere in the forest.I packed my bags. I can’t stay and let the hours passed by. Leona’s life us at risk. “Bro, you can’t go out there and search for Leona. God knows what was waiting for us there. It's not safe!” Rupert stopped me. “I need to do this. Leona is out there fighting for her life and what am I doing? Nothing. What if no one come huh? Who’s going to save her?”“But Mariko said someone will come. Have faith, bro.”“You can stay here if you like,” I continued packing. No one could stop me. Not even Rupert. When suddenly, someone was at the door, knocking loudly. Rupert opened it and was taken aback. A werewolf entered the house. “Darren!” I face the werewolf and was about to shift, but it shifted back to human form and mentioned my name. I quickly told Rupert to go to Leona’s room and check some clothes for the woman. She was panting and fell in my arms. I cove
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments