Share

Bab 3 Kalut

Author: Jade Eka
last update Last Updated: 2022-04-04 23:53:12

"Huft, akhirnya aku dapat merebahkan diri juga. Hari ini lelah sekali, ditambah lagi tadi ketemu wanita psycho."

Setelah beberapa saat merebahkan diri dari penatnya, Aubrey kemudian gegas membersihkan dirinya yang tampak lengket karena penuh dengan keringat. Setelahnya dia mengganti pakaiannya dengan piama dan memutar lagu-lagu favorit dari telepon genggamnya.

Lantunan lagu Kelly Clarkson yang berasal dari telepon genggam Aubrey mengisi seluruh ruangan kamar Hotel Bourbon Orleans tempat dia menginap. Matanya menerawang menatap langit-langit kamar, dan seperti sebuah kaset film, dia mencoba mengingat semua kejadian-kejadian yang tadi dialaminya.

Kamar yang terletak di lantai tiga dan menghadap sungai Mississippi itu adalah kamar khusus yang dibuat Abraham untuk Aubrey, jika dirinya sesekali berkunjung dan bosan dengan suasana mansionnya. Begitulah kehidupan Aubrey, penuh dengan fasilitas mewah.

Hotel Bourbon Orleans yang terletak di Bourbon Street around Jackson Square dekat Louisiana State Museum adalah milik Abraham Calandre – kakek Aubrey. Jadi semua karyawan tentu saja mengenal siapa Aubrey, karena sekali-sekali dia membantu di hotel. Meskipun, tampak luarnya begitu dingin dan cuek, tetapi Aubrey pribadi yang sangat hangat. Dia tidak pernah membentak karyawan-karyawan yang berbuat kesalahan di depan umum seperti gadis kaya pada umumnya. Aubrey sangat menghargai semua karyawan kakeknya. Itulah mengapa dia sangat disukai dan disegani.

Sebenarnya, Abraham ingin mewariskan seluruh usahanya kepada Aubrey, tetapi dia bersikeras tidak ingin menjadi pengusaha. Dia lebih mencintai dunia seni. Dengan melukis dia dapat menyembuhkan luka di hatinya atas kehilangan kedua orang tua yang amat sangat dia butuhkan. Oleh karena itu, Abraham akhirnya menghormati keputusannya untuk menjadi seniman.

Meskipun, Abraham begitu menyayangi Aubrey. Namun, bagi Aubrey tidaklah cukup. Dia selalu merasa iri kepada teman-temannya yang tumbuh dengan cinta dan kasih sayang kedua orang tua.

Pada akhirnya, dia pun menarik diri dari lingkungan sosial dan hidup dengan dunianya sendiri. Dengan melukis dia dapat menghilangkan penatnya dunia. Baginya ‘Painting is Healing’.

Apalagi, setelah dia tahu orang tua mereka dipaksa meninggalkan dunia ini dengan menyisakan Aubrey saja. Dia selalu berharap dan bertanya, mengapa sang ibu tidak membawanya serta, tetapi ketika melihat begitu sedih dan terpukulnya Abraham. Sedikit demi sedikit dia pun mengerti, bahwa masih ada kehangatan cinta untuk dirinya, meskipun hanya dari seorang wali tunggal.

Pikiran Aubrey makin larut bersama lantunan lagu yang terus berputar. Malam itu rembulan begitu indah membulat sempurna menyinari kamar Aubrey melalui jendela yang terbuka gordennya. Akhirnya, dia pun terlelap seperti bayi yang polos.

***

Cahaya mentari pagi menerobos jendela kamar Aubrey. Dia memicingkan matanya, melihat jam di atas nakas, Dan kemudian bergelung kembali di dalam selimutnya.

Di tempat lain. Dominique yang baru saja tertidur sehabis menemani rengekan Cassandra yang menginginkan tidur bersamanya, terganggu oleh Tony. Akhirnya, dengan berat hati dia membuka mata dan bertanya apa mau Tony mengganggunya sepagi ini.

“Hei, Dom. Kok aku sudah di sini saja. Kepalaku sangat pusing dan tidak mengingat seluruh kejadian yang terjadi tadi malam.”

“Hei, Stupid man. Tahu tidak, karena ulah gilamu kalau sedang mabuk, Cassandra hampir saja berkelahi dengan wanita yang kau rayu semalam. Kalian berdua sama gilanya, suka mencari masalah.” Dominique dengan kesal memarahi Tony.

“Sorrylah, Dom. Namanya juga pesta kalau gak gila, gak asyik.” Tony berkelakar sambil tertawa.

“Iya, gilamu menyusahkan orang lain, tahu. Sudah sana, aku mau tidur, lelah sekali mendengar rengekan sepupumu itu.”

“Kenapa lagi si Cass. Dia ingin tidur denganmu lagi?”

“Yah, begitulah.”

“Kenapa gak hajar aja, sih, Dom. Sekalian pengalaman baru untuk memecahkan beku hatimu itu, loh.”

Dominique merasa kesal dengan ucapan Tony. Dia pun melemparkan semua bantal ke arah Tony dan menyuruhnya keluar dari kamar tidur.

Tony dengan tertawa terbahak-bahak berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan Dominique pun melanjutkan tidurnya.

Matahari semakin meninggi. Aubrey pun tengah merasakan lapar yang mendera. Dia bergegas membersihkan diri, kemudian menelpon resepsionis untuk mengantarkan makan siangnya.

Selesai mandi, ternyata pesanan Aubrey sudah selesai dan diantarkan. Waiter yang telah sampai di depan kamar Aubrey pun mengetuk pintu dan mengkonfirmasi pesanannya.

Aubrey gegas membuka pintu dan hendak mengambil makan siangnya. Namun, tiba-tiba Cassandra lewat di depan kamarnya. Dia tampak terkejut, ternyata mereka satu lantai.

Secepat kilat Aubrey menutup pintu, dia tidak ingin melayani Cassandra dan kehilangan selera makannya. Cassandra yang tadinya ingin membuat masalah, karena Aubrey langsung menutup pintu jadi dia urungkan niatnya dan gegas ke kamar Dominique.

“Dominique, are you awake? Aku boleh masuk, tidak?”

Dominique yang mendengar suara Cassandra di depan pintu, pura-pura tidak mendengarnya. Dia sangat malas dan lelah jika hari ini harus berurusan dengan Cassandra lagi. Namun, hal itu tidak membuat Cassandra lantas pergi dari pintu kamarnya. Dia terus mengetuk dan merengek.

“Dom, kau belum makan siang, loh. Kita makan bersama, yuk!”

"Tadi malam hanya sedikit makanan yang masuk ke perutmu. Nanti kau sakit, Dom."

"Come on, Dom. Jawab aku."

Dominique meremas rambutnya dan tampak frustrasi. “Ah, sampai kapan sih wanita itu terus menggangguku. Seandainya bukan sepupu Tony, sudah aku caci maki dia.”

Dominique dengan enggan akhirnya berjalan menuju pintu kamarnya. Dia membukakan pintu untuk Cassandra.

“Ada apa lagi, sih, Cass. Aku ngantuk sekali, nih, kau tidak mencoba mencari Tony di ruang makan.”

“Hei, Dom. Aku mengajak kau, lagipula Tony sudah biasa berkeliaran sendiri.”

“Baiklah, masuk dan tunggu aku. Aku akan membersihkan diri terlebih dahulu.”

Dengan senyum bahagia, Cassandra memasuki kamar Dominique. Setidaknya meskipun banyak ditolak oleh Dominique, pada akhirnya dia akan luluh juga. Itu yang dipikirkannya.

“Duduklah di sana. Jika ingin minum, kau ambillah sendiri di kulkas.”

Cassandra duduk di sofa ruang tamu yang terdapat di kamar itu. Dengan gaya centilnya dia menatap punggung Dominique yang hilang di balik pintu ruang tidur.

Tanpa diduga, Cassandra menyusul Dominique ke ruang tidur dan memeluknya dari belakang. Tangan kanannya menelusup ke dalam kemeja Dominique dan memberikan sentuhan-sentuhan yang bagi siapa pun merasakannya akan membangkitkan gairah dalam dirinya.

Dominique tampak jengah dan menghempaskan tangan Cassandra. “Ingat Cass, jangan melewati batas. Kau adalah sepupu Tony, oleh karena itu aku menghargaimu. Bersikaplah seperti wanita terhormat.”

Cassandra yang tampak kecewa dengan kesekian kalinya penolakan Dominique, akhirnya melepaskan pelukannya dan kembali ke ruang tamu. Dengan wajah kesal dan cemberut dia menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tamu tersebut. Kemudian, dia berselancar di akun sosial medianya dan menatap akun @Dominiquehameed63.

“Wait and see, Dominique. Engkau akan jatuh luruh akan pesonaku. Ketika hari itu tiba, bukan hanya hatimu, seluruh tubuhmu pun akan menjadi milikku.” Cassandra bermonolog.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Trued Of Love   Bab 95 Kabar Bahagia

    "Kurang ajar! Dia bahkan berani menemui kau seorang diri untuk adiknya," ucap Dominique menahan marah. Dia menggenggam tangannya begitu keras hingga memerah buku-buku jarinya. "Lupakanlah itu, Dom! Yang terpenting sekarang kau tutup rapat masalah ini dan biarkan semuanya berlalu." Aubrey membuat permintaan kepada Dominique. Dia mencoba merayu sang suami agar menutup masalah ini. Aubrey hanya ingin hidup tenang tanpa ada masalah lagi dalam rumah tangganya. Masalah Reno, dia juga pura-pura tidak mendengar dan mengetahuinya. "Tapi ….""Tidak ada tapi. Turuti saja permintaanku, oke! Aku sudah berjanji padanya." Aubrey berbicara lagi sambil memohon. "Kau yang berjanji, bukan aku," tolak Dominique. "Dominique!" Aubrey menatap tajam ke arah suaminya itu. "Oke, oke. Kali ini akan kumaafkan, tapi tidak ada untuk lain kali." Dominique mengalah. Aubrey tampak bahagia dan langs

  • The Trued Of Love   Bab 94 Aubrey

    Setelah selesai berbincang dengan Damien, Aubrey mencari keberadaan Bella. Dengan berlari kecil dia menghampiri Bella yang tengah memilih sepatu di toko merk terkenal. "Mami.""Hei! Kau sudah selesai dengan urusanmu?""Hmmm.""Mana temanmu? Tidak diajak sekalian?""Oh tidak. Dia hanya menyapa saja.""Setelah ini kita ke mana?""Makan siang saja dulu, lalu pulang, ya, Mi!""Loh, kau bosan, ya?""Tidak, Mi. Hanya saja aku mau ke kantor Dominique dulu, bagaimana boleh tidak?""Ya, boleh dong. Kau mau langsung ke sana atau pulang dulu?""Sepertinya, langsung saja, Mi.""Oke, kalau begitu."Setelah selesai menikmati acara makan siang mereka, Bella mengantar Aubrey ke perusahaan Dominique lebih dulu. Lalu, dia kembali ke mansion Hameed. Aubrey gegas menuju lobi resepsionis setelah turun dari mo

  • The Trued Of Love   Bab 93 Aubrey

    Setelah pulang ke Mansion Hameed. Aubrey dan Bella berencana akan menghabiskan waktu bersama untuk berkeliling pusat perbelanjaan keesokan harinya. Dengan sangat antusias, mereka menyiapkan segala sesuatunya. Keesokan hari pun tiba. Dominique sibuk dengan rutinitas perusahaan dan Aubrey bersama Bella melaksanakan rencana yang telah mereka buat kemarin. Mereka bergaya mengenakan dress santai selutut dengan warna senada. Sebelum berangkat, mereka menyempatkan diri menyelesaikan rutinitas di mansion terlebih dahulu. Matahari sudah agak meninggi sinarnya. Aubrey dan Bella pun bergegas pergi menuju pusat perbelanjaan The Outlet Collection at Riverwalk. Di sana mereka sibuk memilih barang apa saja yang akan mereka beli. Pasalnya, ini adalah pengalaman Aubrey berbelanja dengan seorang ibu. Biasanya, dia hanya membeli secara daring dan meminta seseorang untuk membelikan. Di sisi lain, Carlos yang sedang membuntuti mereka menelepon Damien untuk me

  • The Trued Of Love   Bab 92 Pertanyaan

    Damien memikirkan ucapan Carlos dan tampak setuju saran bawahannya itu. Dia lalu menelepon seseorang untuk mendukung pelaksanaan rencananya mengasingkan Dahlia. "Siapkan tiket dan tempat terbaik di Inggris. Pastikan Dominique tidak dapat menemukan keberadaannya. Tenang saja, aku akan memberikan berapapun yang kau pinta."Damien memutuskan sambungan telepon. Dia memanggil beberapa pelayan untuk menyiapkan keperluan Dahlia. Setelah selesai memberi perintah, dia gegas kembali ke perusahaannya. Dahlia yang berada di dalam kamar terlihat kesal dan mengacak-acak bantal yang berada di tempat tidur. Sekali-sekali dia memaki karena kesal Carlos berkata yang sebenarnya kepada Damien. Suara pintu diketuk, Dahlia berhenti mengamuk. Dia membuka pintu dan melihat dua orang pelayan berdiri di hadapannya. "Ada apa?" tanya Dahlia ketus. "Maaf, Nona. Tuan Damien menyuruh kami merapikan barang-barang anda," jawab

  • The Trued Of Love   Bab 91 Pertanyaan

    Dengan emosi dan napas terlihat memburu, Damien gegas turun dari mobil dan mencari keberadaan Dahlia. Suaranya menggema di seluruh ruangan karena meneriakkan nama adiknya. Seluruh pelayan yang mendengar ketakutan dan tidak berani mendekat. "Apa, sih, Kak? Suaramu begitu keras, dapat menakuti semua makhluk di rumah ini, tahu!" seru Dahlia yang keluar dari kamarnya. "Sini kau! Aku ingin bicara denganmu!" Damien menghampiri Dahlia dan menarik tangannya. "Easy, Kak! Apa yang sedang kau lakukan, sih?" tanya Dahlia tanpa perasaan bersalah. "Kau tidak usah berpura-pura lagi. Carlos sudah menceritakan semua."Dahlia menatap Carlos yang tertunduk begitu dalam. Kemudian, beralih ke arah Damien. "What you talkin about?""Dengar, kau hampir membunuh pewaris Calandre. Bodohnya lagi, hanya karena masalah cinta. Kau tidak berpikir apa akibatnya untuk keluarga Trust!"Dahlia tertawa. "Bukankah kau dan aku sama?""Kau." Damien menggantung tangannya di ud

  • The Trued Of Love   Bab 90 Reno

    Dominique memijat keningnya. "Kau, Damien! Bagaimana masalah dengan adikmu? Semua sudah jelas sekarang." Dominique ganti bertanya dengan Damien dengan penuh pene"Aku akan berbicara dengan adikku, Dom. Aku harap kau bisa menahannya lebih dahulu dan tidak melibatkan polisi." Damien memohon kepada Dominique. Dominique melirik ke arah Tony, seolah meminta pendapat kepadanya. Tony menjawab dengan anggukan kepala. "Baiklah! Karena kau memiliki iktikad baik dan mau membantu. Aku akan  berikan  waktu tiga hari untuk menyelesaikan masalah ini. Selanjutnya, kita lihat saja nanti." Dominique berbicara dengan Damien. Damien dan Carlos pun pergi dari kantor Dominique menuju mansion Trust untuk bertanya kepada Dahlia. Sedangkan, Reno memberitahu bahwa dia dan Aubrey memiliki janji bertemu di kantor pengacara keluarga Calandre. Karena masih marah dan cemburu. Juga satu yang pasti, Dom tidak ingin melihat dan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status