Share

Bab 8 Rasa

Range Rover Black memecah jalanan kota New Orleans. Dominique mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Setelah menempuh hampir tiga puluh menit, dia pun sampai di mansion Tony Blair. Dengan gagahnya Dominique memasuki mansion milik Tony. Setelah melewati beberapa ruangan dan menyapa semua penghuni rumah, dia pun sampai di ruang kerja Tony.

"Hai, Dom! Kau ke mana saja? Kemarin aku mencarimu, tetapi tidak ada yang tahu kau ke mana. Telepon genggammu juga tidak aktif. Jangan-jangan kau menyembunyikan sesuatu, ya, dariku," ucap Tony Menyelidik.

Dominique hanya memutar bola mata malas dan menampilkan seringainya, kemudian terdengar helaan napas. Setelah dia mendudukan bokongnya dia atas sofa, Dominique merogoh kantong celana dan mengeluarkan telepon genggamnya.

"Nih." Tony memberikan teleponnya kepada Tony.

"What is this?" tanya Tony.

"Telepon genggam," jawab Dominique dengan tingkah konyolnya.

"Iya, aku tahu itu telepon genggam tapi buat apa?" Tony menanggapi kekonyolan sahabatnya itu dengan kesal.

"Ambil dan lihatlah," ucap Dominique sambil tertawa kecil melihat Tony yang kesal.

Pada akhirnya, Tony mengambil telepon genggam milik Dominique, kemudian memeriksa layarnya. Dia terkejut ketika melihat apa yang tertera di atasnya.

"Aubrey Calandre."

"Yups."

"Kau dapat nomor ini dari mana?"

"Tentu saja dari yang punya."

"But how?"

"It's easy, Man. You just need to use your brain." Dominique berkata sambil menunjuk ke kepalanya sambil tersenyum.

"Sudah, tidak usah bingung. Kau mau tidak nomornya?" tanya Dominique.

"Tentu saja, aku akan lebih mudah mendekatinya nanti," jawab Tony sambil tersenyum.

"Tapi, kau tidak keberatan jika aku mendekatinya? Sepertinya kau juga tertarik padanya," lanjut Tony.

Dominique hanya tertawa kecil menyambut pertanyaan Tony. Sikapnya itu mampu membuat Tony memiliki pertanyaan besar. Dominique mengalihkan pembicaraan mereka, kemudian membahas perihal lain. Namun, dalam hati Tony penuh rasa tanda tanya sekaligus bahagia.

Setelah selesai dengan urusan mereka, akhirnya Dominique meninggalkan mansion Tony dan kembali ke kediamannya.

***

Dentuman musik keras memenuhi ruang lantai dansa, terlihat Cassandra tampak hanyut oleh lantunan lagu tersebut. Tubuhnya meliuk-liuk sambil sesekali mencecap minuman yang berada di tangan kanannya. Setelah cukup puas berada di lantai dansa, dia pun duduk di sudut meja bar yang telah dipesan.

"Hei, Cass! Sendirian saja, biasanya kau selalu mengekor dua orang tampan yang biasa ke sini, siapa namanya, aku lupa?" tanya teman wanita Cassandra yang baru datang.

"Oh, itu sepupuku Tony dan sahabatnya Dominique. Ya, I just want to be alone right now." Cassandra menjawab sambil mengangkat bahunya.

"Bukan karena mereka tidak mengijinkan kau mengekor mereka terus?" tanya teman Cassandra lagi.

"Oh, No. Siapa yang mampu menolak karisma seorang Cassandra. Aku hanya ingin bersenang-senang sendiri saja," jawab Cassandra.

"Baiklah, aku akan menemanimu malam ini, bagaimana? Mari kita bersulang!"

"Oke, bersulang. Untuk malam para gadis!"

Dengan diiringi gelak tawa dan obrolan kecil, mereka pun menghabiskan malam itu di Baton Rouge Gay Bars dengan bahagia. Meskipun, banyak pria-pria yang mendekati, tetapi mereka menolak dan tidak menghiraukannya. Musik pun semakin keras dan lantai dansa di Rouge Gay makin memanas.

***

Tony yang sangat gembira mendapatkan nomor telepon Aubrey tampak gelisah. Dia mengetik sejumlah kata, kemudian menghapusnya lagi, begitu seterusnya. Tony sangat berhati-hati menyusun kata-kata untuk menaklukkan pujaan hatinya itu.

"Ah, aku harus menulis apa, ya? Akankah dia membalas pesanku kali ini? Banyak asa dan sejuta rasa yang ingin kusampaikan, jika saja dia memberi sebuah kesempatan."

Begitu banyak pertanyaan di dalam hati Tony. Sekilas dia ragu akan tindakannya, tetapi dia juga ingin mendapatkan balasan perhatian Aubrey. Akhirnya, dia pun memutuskan untuk mengirim pesan.

'Seperti laiknya sang mentari, kau hadir ketika malam gelap yang panjang menemani. Pesona yang kau berikan mampu meluluhlantakkan duniaku. Berikan aku kesempatan, maka akan kubuktikan tiada penyesalan saat kau kelak bersamaku.' Tony.

Aubrey menatap telepon genggamnya yang berbunyi. Dalam hatinya berpikir, siapa yang mengirimkan pesan selarut ini? Namun, rasa penasarannya akhirnya membuat dia memeriksa teleponnya.

"Dia lagi. Dari mana dia tahu nomorku? Ah, tentu saja mereka 'kan bersahabat. Pasti Dominique yang memberikannya," gumam Aubrey.

Dengan pertimbangan yang cukup lama, akhirnya Aubrey membalas pesan Tony.

'What do you want?'

Mata Tony terbelalak dan tampak berbinar. Akhirnya, yang diharapkan datang juga. Lekas dia membalas pesan Aubrey.

'I just want to know you.'

'Bukankah kau sudah mengenalku?'

'Ya, aku ingin mengenal dalam arti sesungguhnya.'

'Maksudmu?'

'Aku ingin kau menjadi kekasihku.'

'Wow, to the point sekali. But sorry, aku sedang tidak ingin berhubungan dengan siapa pun.'

'Kalau berteman dulu, bagaimana?'

'I Will see.'

'Okay, simpan nomorku Tony Blair. Kita akan bertemu lagi suatu saat nanti.'

Aubrey mengakhiri percakapannya. Dia tampak malas sebenarnya, tetapi sejenak dia berpikir tidak ada salahnya mencoba keluar dari dunia yang selama ini tinggali. Setelah selesai dengan obrolan perkenalan dengan Tony, dia pun akhirnya terlelap.

Tony tampak bahagia malam itu. Pesannya dibalas juga oleh Aubrey. Dia berpikir, inilah kesempatan bagus yang tidak akan dia sia-siakan.

***

Dominique duduk di balkon mansionnya. Ada rasa gundah di dalam hati yang kini menyapanya. Sesekali dia mengacak rambut dan berteriak kesal. Entah apakah keputusan untuk memberikan nomor Aubrey kepada Tony itu benar atau justru akan membuat dia menyesal.

"Rasa apa ini? Aku seperti menyesal memberikan kesempatan kepada Tony, tapi tidak mungkin, masa aku tertarik dengan gadis yang jauh kriterianya seperti mami. Bahkan setengahnya saja tidak mendekati." Dominique bermonolog.

Malam semakin larut, Dominique tenggelam bersama bintang-bintang dan rasanya. Dia mengambil telepon genggam dan menggulir layarnya, kemudian berhenti di kontak sebuah nama 'Aubrey Calandre'.

'Good night and see you again tomorrow.'

Dominique mengirimkan pesan kepada Aubrey sebelum beranjak menuju ke peraduan. Hatinya terus bergejolak sebelum akhirnya pun terlelap.

***

Empat anak manusia dengan pikirannya masing-masing menghabiskan malam panjang itu. Mereka berharap semoga esok dunia mereka 'kan lebih baik dan penuh warna.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status