Chapter 3
Ágape Mou
Rain melirik Cloudy yang datang tepat saat jenazah Ryan hendak dimasukkan ke dalam liang lahad. Wanita itu datang menggunakan pakaian panjang berwarna hitam dan kerudung yang di letakkan di atas kepalanya dilengkapi dengan kacamata hitam dari merek Gucci.
Dari balik kacamata hitamnya sorot mata Rain menyiratkan kesinisan yang luar biasa, ia menebak jika Cloudy adalah penggemar barang bermerek dan tidak segan menghabiskan uang suaminya.
"Babe, aku turut berduka cita atas kepergian saudaramu," ucap Cloudy seraya mengelus lengan Rain.
Rain berdehem pelan. "Ya," sahutnya kaku.
"Aku juga turut berdukacita atas kepergian saudaramu, Mr. Holter," ucap Axel yang datang bersama Cloudy.
"Terima kasih," sahutnya datar.
Namun, ia sama sekali tidak merasa terharu dengan ucapan belasungkawa dari kedua orang itu. Ia justru geram karena Cloudy datang bersama pria lain. Ia nyaris menggelengkan kepalanya karena menganggap Ryan terlalu membebaskan istrinya. Terbukti jika Cloudy berani datang ke pemakaman bersama pria lain.
Bukankah hal seperti itu tidak pantas dilakukan oleh wanita bersuami?
Jika bukan karena Cloudy adalah wanita yang penuh dengan trik dan muslihat, tidak mungkin jika Ryan akan menikahinya. Ryan pasti telah dibutakan cinta palsu Cloudy.
Rain menggeram di dalam benaknya dan bersumpah akan membongkar kelicikan Cloudy sebelum menjauhkan wanita itu dari kehidupan penerus keluarga Holter.
"Apa tidak ada orang lain yang menghadiri pemakaman ini?" tanya Cloudy seraya menggamit lengan Rain.
Rain membeku saat Cloudy menggamit lengannya. Perutnya terasa kencang karena merasakan jijik oleh perlakuan Cloudy, matanya menyipit dan rahangnya mengeras memikirkan bagaimana Cloudy selama ini bersandiwara dengan sikap manja dan suara lembut untuk merayu saudara kembarnya.
Sialan! Rain benar-benar mual membayangkan harus berhadapan dengan sikap menjijikkan Cloudy hingga wanita itu melahirkan bayi di dalam kandungnya.
Rain menjilat bibirnya. "Ya. Kami tidak memiliki keluarga lagi."
Cloudy menggenggam telapak tangan Rain dan mengelusnya dengan lembut. "Kau masih memiliki kami."
Demi Tuhan, Rain semakin merasa jijik dengan semua perlakuan Cloudy. Tetapi, ia tidak berniat menarik tangannya menjauh dari genggaman Cloudy demi penyamarannya.
Ia tidak tahu bagaimana caranya Ryan memperlakukan istrinya karena selama Ryan menikahi Cloudy dan memutuskan tinggal bersama wanita itu, mereka semakin jarang bertemu dan pastinya Ryan tidak pernah menceritakan rumah tangganya bersama Cloudy.
Coba saja Ryan berani menceritakan keharmonisan rumah tangganya kepada Rain, sudah pasti hanya sikap dingin dan sinis yang Ryan dapatkan. Rain selalu menunjukkan sikap antipati terhadap sebuah hubungan asmara, sejak wanita yang ia cintai berlaku sama seperti ibu kandungnya. Berkhianat dan meninggalkannya.
Robert mengulurkan sekeranjang bunga kepada Rain dan pria itu dengan segera menerimanya—mengambil kesempatan untuk menjauhkan tangannya dari Cloudy, tepatnya.
Ketika ia hendak meraup bunga di dalam keranjang untuk ditaburkan ke atas peti mati Ryan yang telah berada di dalam liang lahad, tiba-tiba ia berpikir jika sebaiknya Cloudy yang melakukannya untuk pertama kali karena Cloudy adalah istri Ryan.
"Apa kau ingin menaburkan bunga untuk saudaraku?" tanyanya dengan suara berat.
Cloudy mengangguk. "Sebaiknya kita melakukannya bersama," ucapnya seraya meraup kelopak bunga di dalam keranjang dan menaburkannya ke atas peti jenazah Ryan. "Rain, semoga kau tenang di sisi Tuhan."
Sangat aneh didoakan seperti itu sedangkan dirinya masih berdiri dengan kokoh di tepi liang lahad, Rain melirik Robert yang berdiri kaku menyaksikan sandiwaranya kemudian ikut meraup bunga di dalam keranjang dan menaburkan seperti yang Cloudy lakukan.
Ia menghela napas pelan. Ryan, saudaraku semoga kau beristirahat dalam damai.
Kemudian dengan perasaan penuh sesal, Rain menatap peti jenazah Ryan sedikit demi sedikit ditimbun tanah yang dingin di bulan Februari hingga menjadi gundukan merah dan ditaburi bunga di atasnya.
Ia tersenyum tipis seraya mendengarkan suara Pastor yang bergema menyuarakan khotbahnya, matanya menatap sinis ke arah kelopak bunga di atas pusara.
Jika Rain mengumumkan kematiannya sendiri, ia berani bertaruh jika GREEN-WOOD CEMETERY, pemakaman untuk orang-orang elite di New York itu akan berubah menjadi lautan karangan bunga. Ia tidak mengerti untuk apa orang-orang mengirim karangan bunga untuk orang yang telah meninggal karena bisa dipastikan itu hanya akan menjadi sampah yang tidak berharga.
Pemakaman telah usai, Cloudy kembali menggamit lengan Rain dan berucap, "Kau telah melalui malam panjang yang melelahkan, jika tidak ada hal yang harus kau urus, bagaimana jika kita kembali ke rumah? Kau perlu istirahat, Sayang."
Sialan. Rain belum memikirkan lebih jauh bagaimana caranya ia bersandiwara menjadi Ryan di depan Cloudy karena saat itu ia mengambil tindakan secara impulsif. Tiba-tiba tercetus ide untuk memalsukan kematiannya sendiri demi mendapatkan hak asuh bayi yang masih berada di dalam kandungan Cloudy.
Ia tidak ingin bayi itu dibesarkan oleh wanita yang penuh muslihat, yang pada akhirnya akan mengincar harta keluarga Holter. Seperti ibunya dan juga mantan kekasihnya.
Rain berdehem. Bagaimana pun ia pernah mendengar Ryan berbicara dengan Cloudy di depannya melalui panggilan telepon dan Ryan memanggil Cloudy dengan panggilan : Agape Mou.
Menjijikkan.
"Agape Mou, kau kembalilah bersama temanmu. Aku perlu waktu untuk sendiri." Ia menjeda ucapannya sebentar dan melirik ke arah Axel. Sialan, mereka pasti bekerja di divisi yang sama, terlihat dari pakaian pria itu dan sepatu kerjanya, berarti ia harus tahu nama pria itu juga.
Benar-benar sial. Ternyata menjadi menyamar menjadi Ryan tidak semudah yang ia kira.
"Aku akan kembali sore nanti," lanjut Rain.
"Baiklah, aku akan menunggumu pulang, aku akan membuatkan sup kesukaanmu," ujar Cloudy seraya berusaha berjinjit untuk mencium Rain.
Namun, pria yang ia kira adalah suaminya tidak merespons tindakannya, Cloudy meletakkan telapak tangannya di tengkuk Rain dan menarik pria itu hingga membuat tubuh Rain condong ke arahnya kemudian memberikan kecupan singkat di bibir Rain. "Sampai jumpa di rumah, Sayang," ucapnya dengan lembut.
Agape Mou = Sayang.
Bersambung....
Jangan lupa tinggalkan jejak komentar dan RATE!
Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.
❤️🍒
EpilogueDua bulan kemudian.Rain memegangi gelasnya yang berisi sampanye dingin seraya mengamati Cloudy yang sedang berusaha menidurkan Iry yang kelihatannya sama sekali belum mengantuk padahal sudah menunjukkan jam sembilan malam.Mereka akan melangsungkan pesta pernikahan di pulau pribadi di Yunani dan akan diadakan dengan konsep outdoor. Tentunya pesta akan diadakan cukup mewah dan mengundang seluruh keluarga Cloudy, teman-temannya, juga para petinggi perusahaan Rain.Sebenarnya, Rain juga mengundang ibunya atas dasar keinginan Cloudy. Tetapi, ibunya mengatakan jika tidak bisa memastikan kehadirannya dan Rain juga tidak terlalu berharap. Baginya kehadiran keluarga Cloudy dan orang-orang yang bekerja untuknya sudah cukup karena ia menyadari jika dirinya bagi ibunya mungkin bukanlah anggota keluarga yang diinginkan.Tidak masalah karena ia akan memiliki keluar
Happy reading and enjoy.70. EndCloudy bersandar di dada Rain setelah seks panas yang membuat seluruh tubuhnya terasa lemas. Ia memejamkan matanya, merasakan riak kecil kenikmatan yang masih tersisa di tubuhnya."Luar biasa," ucap Rain seraya mengecup rambut di puncak kepala Cloudy.Cloudy juga mengakui jika seks yang baru saja mereka lakukan sangat luar biasa, seolah mereka adalah sepasang kekasih yang melepaskan seluruh kerinduan setelah perpisahan panjang.Begitu membara, tetapi lembut."Apa kau lelah?" tanya Rain seraya menyingkirkan sejumput rambut yang menutupi Cloudy.Cloudy membuka matanya dan mendongak. Ia langsung menemukan mata biru Rain yang sedang menatapnya dengan mesra. "Ya. Aku lelah," ucapnya dengan suara parau kemudian mengalihkan pandangannya.Rain meraih telapak tangan Cloudy dan menghadiahkan k
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 69Right Now!Ya. Rain mengakuinya jika semua yang diucapkan oleh Cloudy adalah benar. Bukan hanya itu, ia juga terlalu pengecut untuk berhadapan dengan Cloudy dan memilih menjauh lalu justru mengirim Robert untuk memberikan kontrak pernikahan.Sekali lagi, setiap ia mengambil tindakan impulsif , dan itu semua karena Cloudy. Wanita di depannya benar-benar satu-satunya wanita yang dapat membuatnya bertindak tanpa berpikir panjang terlebih dahulu karena saat itu dirinya berniat membalas Cloudy dengan cara menyiksa wanita itu sepanjang hidupnya dalam genggamannya, tetapi Cloudy lebih memilih untuk menjauh darinya sebagai pembuktian jika dirinya tidak bersalah dan menurut Rain, itu adalah tindakan cerdas meskipun sangat berat harus meninggalkan putrinya.Rain meraih telapak tangan Cloudy. "Maafkan aku," ucapnya dengan nada serak.
Happy reading and enjoy! Chapter 68 Our Relationship Cloudy memejamkan matanya sesaat dan berpikir jika semuanya harus diselesaikan sekarang, termasuk kesalahan pahaman di antara mereka. Kemudian Cloudy mengangkat dagunya untuk menatap Rain dengan tegas dan bertanya, "Rain, apa sebenarnya yang kau inginkan hingga harus membawaku ke sini?" Yang diinginkan Rain tentu saja Cloudy—menjauhkannya dari Axel. Rain hendak menyuarakannya, tetapi tidak mampu melakukannya. Rain berdehem. "Kukira kau cukup cerdas untuk menilai kata-kataku tadi," sahutnya. Cloudy sudah merasa cukup buruk karena membiarkan dirinya jatuh cinta kepada Rain. Seharusnya ia tetap berjalan di jalannya, berpegang teguh pada untuk mendapatkan Iry, bukan malah bermain-main dengan hatinya. Mungkin Rain sangat membencinya hing
Happy reading and enjoy!Chapter 67Private IslandCloudy merasa jika kantuknya di luar kendali, ia tidak pernah diland kantuk yang menyiksa hingga mungkin akan tertidur sambil berjalan sekali pun. Ia adalah tipe orang yang tidak bisa tidur di sembarang tempat apa lagi di pesawat. Senyaman apa pun kursi di pesawat, ia tidak bisa tidur nyenyak. Tetapi, kali ini matanya seolah diberati dengan timah hingga ia tidak mampu untuk membuka kelopaknya.Sialan, umpatnya di dalam benaknya. Rain pasti memberikan obat tidur dan sekarang pria itu juga mengambil kesempatan.Namun, sejujurnya Cloudy menyukai berada di dalam pelukan Rain. Hangat dan seolah dunia begitu tenang sekarang. Hanya ada suara deru mesin pesawat samar-samar di telinganya.Bibirnya mengulas senyum kemudian perlahan berusaha membuka matanya dengan sekuat tenaga melawan kantuknya. Ia me
Happy reading and enjoy. Chapter 66 I Love You, Cloud. Bukankah seharusnya Cloudy yang bertanya demikian? Unit kondominium itu adalah miliknya. Rain adalah orang asing di sana dan secara hukum, ia dapat melaporkan Rain ke pihak keamanan karena masuk ke dalam tempat tinggalnya masuk tanpa izin. Namun, itu dirasa terlalu berlebihan karena bagiamanapun pria itu secara harfiah adalah saudara iparnya. Dan tidak mungkin nRain datang jika tidak ada kepentingan dengannya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali menatap Rain kemudian mengalihkan pandangannya kepada Marcus lalu kembali menatap Rain bibirnya mengulas senyum tipis. "Seharusnya aku yang bertanya. Kenapa kau ada di tempat tinggalku?" tanyanya dengan suara yang sangat canggung. "Aku ke sini karena Iry," jawab Rain tanpa membalas tatapan Cloudy. Kar