Chapter 2
Independent Woman
Rasanya malam menjadi sangat panjang dan sedikit pun ia tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya karena memikirkan suaminya yang sedang berduka karena kehilangan saudara kembarnya.
Rain di matanya adalah pria yang lumayan hangat dan ramah meski tidak banyak bicara, nyaris seperti Ryan. Ya, tentu saja Rain seperti Ryan karena mereka kembar identik.
Cloudy tidak terlalu mengenal Rain karena ia hanya pernah berjumpa dua kali dengan saudara kembar suaminya. Pertama saat Ryan mengenakannya pada Rain dan kedua kalinya adalah saat pernikahannya dan sayangnya ketiga kalinya justru saat pemakaman pria malang itu.
"Kau sepertinya tidak dalam konsentrasi yang baik, Cloudy," ucap Axel Sheriidan, seorang ahli forensik lain di tempat Cloudy bekerja.
"Hari yang buruk," desah Cloudy seraya mengelus perutnya yang membuncit dan menyeret kursi kerjanya.
Ia baru saja kembali dari tempat terjadinya pembunuhan sadis yang dilakukan dengan sangat rapi karena pelaku sama sekali tidak meninggalkan jejak kejahatan. Pelaku itu pasti sedang bersembunyi dengan aman, setidaknya untuk beberapa hari atau beberapa jam.
"Sesuatu terjadi?" Pria tampan pemilik mata biru gelap itu menyeret bangku hingga berada di dekat meja kerja Cloudy kemudian duduk.
"Saudara laki-laki suamiku meninggal, baru saja." Ia mendapatkan kabar buruk dari suaminya saat dalam perjalanan kembali menuju kantor polisi.
"Aku turut berduka," ucap Axel tampak menunjukkan rasa prihatin. "Aku bisa memintakan izin kepada atasan untukmu jika kau harus berada di rumah duka sekarang."
Axel dan Cloudy telah menjadi rekan kerja selama dua tahun di kantor polisi, pria itu selalu bersikap sopan padanya juga selalu membantu kesulitan-kesulitan Cloudy. Axel sangat baik hingga terkadang Cloudy merasa sungkan karena kebaikan Axel.
"Tidak perlu, suamiku sedang mengurus semuanya dan dia mengatakan aku hanya cukup datang di pemakamannya besok."
"Baiklah." Axel tersenyum lembut. "Suamimu pasti tidak akan menjemputmu, biar aku yang mengantarkanmu."
Benar ucapan Axel, Ryan pasti tidak akan menjemputnya pulang dari kantor polisi pagi ini. Tetapi, ia bisa menggunakan taksi. "Aku tidak ingin merepotkanmu."
"Kau takut suamimu cemburu?"
Cloudy menyeringai hingga hidungnya berkerut. "Tidak, suamiku bukan pria pencemburu."
Namun, suaminya pria pengatur, Ryan tidak mengizinkannya mengendarai mobil sendiri sejak mereka resmi menikah. Ryan juga tidak memberikan sopir pribadi. Suaminya bertindak sendiri mengantarkan dan menjemput Cloudy bekerja. Cloudy menikmatinya, ia menyukai cara Ryan memperlakukannya seperti seorang ratu.
Axel tersenyum. "Baiklah. Tapi, untuk hari ini saja biarkan aku mengantarkanmu." Ia mengalihkan pandangannya dari wajah cantik Cloudy ke perut wanita itu. "Kurasa kau juga harus segera mengambil cuti."
Cloudy mengelus perutnya. "Aku mengambil cuti beberapa Minggu lagi."
Axel mengerutkan keningnya. "Bukankah itu terlalu berdekatan dengan hari perkiraan lahir anakmu?"
"Aku ingin mengambil cuti saat persalinanku tinggal beberapa hari lagi. Jadi, aku bisa memiliki waktu lebih lama bersama putriku nanti." Cloudy masih mengelus perutnya sembari tersenyum lebar.
"Kau benar-benar keras kepala." Axel menggelengkan kepalanya.
Cloudy terkekeh. "Nah, sekarang kita lebih baik menyelesaikan kasus pembunuhan ini," ucapnya seraya menggeser kursor laptopnya.
Axel menghela napasnya. "Sebaiknya kau beristirahat, biar aku yang mengisi berkasnya."
"Kau terlalu banyak membantuku, Axel."
"Kita satu tim, kita bekerja sama untuk divisi kita."
Yang Axel ucapkan memang benar, tetapi sejak mereka berada dalam satu tim dan terlebih saat Cloudy semakin kepayahan bergerak karena kehamilannya, Axel benar-benar menjelma seperti seorang suami siaga di kantor. Pria itu mengambil sebagian besar pekerjaan Cloudy tanpa pamrih. Mungkin.
"Sepertinya aku harus memberikan sebagian gajiku untukmu," ujar Cloudy dengan nada bercanda.
"Suamimu sangat kaya, kau memang sepertinya tidak membutuhkan gaji dari kantor polisi." Axel menyeringai. "Tapi, Cloud, kau tidak boleh menjadi wanita manja karena suatu saat jika ada hal-hal yang tidak diinginkan, setidaknya kau masih memiliki karier."
"Aku tidak memiliki niat mengajukan pengunduran diri, aku mencintai pekerjaanku."
Sebenarnya setelah Ryan mengetahui jika Cloudy telah mengandung calon anaknya, Ryan beberapa kali mengusulkan agar Cloudy berhenti bekerja di kantor polisi. Tetapi, Cloudy dengan tegas menolak gagasan Ryan.
Bekerja di kantor polisi adalah cita-citanya sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Tepatnya sejak ia memiliki hobi membaca komik detektif Conan. Ia ingin menjadi agen CIA, menjadi agen mata-mata, untuk mengungkap kasus kejahatan.
Bekerja di kantor polisi terdengar keren, ia dapat menunggangi motor besar dan memakai kacamata hitam lalu mengejar penjahat, berkelahi kemudian meringkusnya.
Namun, karena tinggi badannya yang tidak menunjang Cloudy terpaksa menguburkan impiannya bersamaan dengan kekesalannya kepada Tuhan yang tidak mengizinkan tubuhnya tumbuh beberapa centimeter lagi. Tubuhnya berhenti tumbuh ke atas saat mencapai tinggi 159 cm, sedangkan syarat untuk menjadi polisi wanita adalah 160 cm.
Ia tidak patah semangat hanya karena tinggi badannya, ia dengan cepat mengubah haluan cita-citanya menjadi ahli forensik, dengan begitu ia tetap bisa bekerja di kantor polisi dan berada dalam departemen yang berhubungan dengan pengungkapan kasus kejahatan.
Bisa bekerja di kantor pusat kepolisian New York juga bukan hal yang mudah karena ia harus melalui banyak seleksi ketat. Jadi, ia tidak ingin menyia-nyiakan semua yang telah ia lalui untuk mencapai cita-citanya. Ia ingin bekerja untuk negaranya, membantu korban kejahatan. Bukan sekedar untuk uang. Baginya uang bukan segalanya, tetapi bukan berarti ia tidak membutuhkan uang. Dulu ia sempat tinggal sendiri di apartemen kecil dan berusaha menghemat pengeluarannya agar ia tetap bisa tampil modis.
Sekarang ia tidak perlu melakukan itu karena Ryan membelikan semua apa yang ia butuhkan tanpa harus meminta. Memiliki suami yang sepuluh tahun lebih tua ternyata lebih menyenangkan karena suaminya memanjakannya seperti kakak laki-lakinya. Atau mungkin ayahnya.
Pukul enam pagi Cloudy turun dari sofa tempatnya merebahkan tubuh di ruang kerjanya, ia mengambil mantel kasmirnya dan mengenakannya lalu menyambar sepatu boot tanpa hak-nya.
Cloudy benci sepatu tanpa hak karena di kantor polisi ia semakin terlihat kecil disandingkan dengan rekan-rekan kerjanya.
Ia tersenyum menatap sepatu boot itu. Ryan melarangnya mengenakan sepatu boot dengan hak tinggi dan tadi malam sebelum ia pergi bekerja, Ryan memasangkan sepatu boot tanpa hak padahal ia merasa baik-baik saja meski menggunakan sepatu hak tinggi selama kehamilannya.
Catatan : Ahli forensik di negara barat tidak harus menjadi dokter umum terlebih dulu lalu mengambil pendidikan spesialis forensik. Di sana bisa kuliah fakultas forensik non medis.
Bersambung....
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak komentar dan RATE.Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.
❤️🍒
Chapter 3Ágape MouRain melirik Cloudy yang datang tepat saat jenazah Ryan hendak dimasukkan ke dalam liang lahad. Wanita itu datang menggunakan pakaian panjang berwarna hitam dan kerudung yang di letakkan di atas kepalanya dilengkapi dengan kacamata hitam dari merek Gucci.Dari balik kacamata hitamnya sorot mata Rain menyiratkan kesinisan yang luar biasa, ia menebak jika Cloudy adalah penggemar barang bermerek dan tidak segan menghabiskan uang suaminya."Babe, aku turut berduka cita atas kepergian saudaramu," ucap Cloudy seraya mengelus lengan Rain.Rain berdehem pelan. "Ya," sahutnya kaku."Aku juga turut berdukacita atas kepergian saudaramu, Mr. Holter," ucap Axel yang datang bersama Cloudy."Terima kasih," sahutnya datar.Namun, ia sama sekali tidak merasa
Chapter 4Rain's PastRain menatap layar ponselnya kemudian menekan tombol di samping kiri ponselnya untuk menonaktifkan dering ponsel."Cloudy menghubungimu lagi?"Rain mengedikkan kedua bahunya dengan malas. "Aku akan menjawab panggilannya nanti.""Setelah tiga hari kau belum menjawab panggilannya."Rain tidak bereaksi. Salah satu alasan ia tidak menjawab panggilan telepon Cloudy adalah karena menumpuknya pekerjaannya yang menjadi dua kali lipat karena pekerjaan Ryan yang kini menjadi urusannya. Juga ia belum sepenuhnya siap bertemu Cloudy dan menjadi Ryan di depan wanita itu."Kau benar-benar keterlaluan." Marcus berkacak pinggang di depan Rain. "Kau tidak memikirkan bagaimana perasaan istri Ryan jika ia tahu suaminya telah tiada? Ya T
 ✔ RATE️✔️ Comment✔️Share✔ Happy Reading  Chapter 5 Magic Spell Cloudy menghela napas berat, hari ke tujuh suaminya tidak kunjung kembali ke tempat tinggal mereka dan Ryan juga tidak menjawab panggilannya. Wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya di sandaran kursi kerjanya. "Perlu tumpangan untuk kembali?" Suara itu membuat Cloudy membuka matanya. Ia kembali menghela napasnya dengan berat kemudian menegakkan punggungnya. "Jika kau tidak
Chapter 6 Marcus's Friend Kondominium yang menjadi tempat tinggal Rain masih sama seperti saat Cloudy datang terakhir kali. Ruang tamu dengan dinding kaca menghadap pemandangan gedung-gedung tinggi di Manhattan, sofa berwarna abu-abu tua berpadu dengan warna abu-abu muda dan hiasan lampu kristal yang menggantung di tengah ruangan yang ditata nyaris menyerupai tempat tinggal Cloudy dan Ryan. Seorang pelayan menghampiri Cloudy dan mengangguk hormat padanya kemudian berucap, "Nyonya, silakan duduk. Tuan akan segera menemui Anda." Sedikit aneh kedengarannya karena ia seperti orang asing di tempat itu. "Di mana dia?" "Tuan ada di kamar dan baru selesai mandi," sahut pelayan. Mandi? Tidak biasanya Ryan mandi sore, sepanjang yang Cloudy tahu suaminya biasanya mandi sebelum mereka istirahat dan setelah bercinta.
Chapter 7 Our Home Rain tidak akan takut bekerja sendirian, Alyssa tahu betul siapa Rain. Pria itu jauh melampaui perkiraannya, otak Rain berisi gagasan cemerlang yang mungkin tidak pernah dipikirkan oleh kebanyakan orang dan di mata pria itu terdapat jejeran kode-kode komputer. Ketika ia menendang Rain dari perusahaan yang mereka berempat bangun, nyatanya tidak memerlukan waktu lama pria itu kembali bangkit dari keterpurukannya dan kini perusahaan milik Rain selalu menjadi bayangan bagi Contemporary Scurity. Tanpa Ryan, ILP akan baik-baik saja. Alyssa yakin jika sesuatu yang sedang Rain sembunyikan dan nilainya lebih berharga dibandingkan perusahaan. "Apa kau menyelidikinya lebih jauh?" "Rain memakamkan Ryan di GREEN-WOOD CEMETERY." Alyssa James tersenyum dengan lembut. "Kau mendapatkan rekaman CCTV di tempat itu?" Ello Hurley men
Chapter 8 Devil's Wishper Cloudy merasakan aneh pada sikap Ryan, baru saja suaminya itu bersikap lembut, tetapi dalam sekejap sikap Ryan menjadi kaku bahkan menjauh dan meninggalkannya sendiri tanpa mengatakan apa pun. Lima menit kemudian Rain keluar dari walk in closet dan telah berpakaian rapi, ia menghampiri Cloudy yang masih berdiri di tempat semula dan berucap, “Aku akan memberitahu Bride untuk mengurus semua keperluanmu di sini.” Amarah Cloudy yang tadinya telah meredup berganti perasaan iba seketika muncul kembali. “Kita belum selesai bicara.” Rain mengerutkan alisnya. “Maksudmu?” “Aku belum sepakat untuk tinggal di sini.” “Kau akan tinggal di sini.” “Kau tidak bisa mengambil keputusan tanpa bertanya padaku," ucap Cloudy dengan nada sedikit meninggi. Rain tidak perlu bertanya pada Cloudy, tidak kepada siapa pun. Ia adalah pendiri dan pemilik tunggal ILP Scurity, ia pria cerdas dan kaya yang tidak memerl
Chapter 9Idiot WomanMemasuki kamar Ryan dan memberikan perhatian kecil kepada Cloudy adalah kesalahan besar. Sangat besar hingga Rain tidak bisa memaafkan dirinya sendiri.Ia tidak bisa berkelit saat Cloudy menyuruhnya naik ke atas peraduan, hingga satu-satunya pilihan adalah mengejawantahkan perintah itu dan berbaring di samping Cloudy dengan perasaan jengkel yang ditujukan kepada dirinya sendiri. Untunglah saat berganti pakaian mengenakan pakaian Ryan, ia sempat menyemprotkan parfum milik Ryan hingga membuat Rain terhindar dari perasaan gugup saat jaraknya dan Cloudy hanya terpisah kain yang melekat di tubuh mereka.Wanita yang sedang hamil tua itu memeluk Rain seperti seekor koala dan sial bagi Rain, ia tidak bisa memejamkan matanya meski kantuk menggelayuti dirinya.Aroma manis dari rambut Cloudy, gesekan lembut rambut wanita itu di lengannya membuat gairah kelelakian
Happy reading and Enjoy!Komen kl ada typo dan kesalahan lain ya.... HihihiChapter 10A Slap"Oh, fuck!" Rain meraih kemeja dan mengenakannya.Seharusnya tidak ada yang perlu dijelaskan kepada Cloudy karena ia tidak sedang berselingkuh, mereka bukan pasangan, dan dari pada menjelaskan kepada Cloudy, ia lebih tertarik memecat Gustav ya g dianggapnya tidak becus mengurus Cloudy."Ágape Mou?" tanyanya dengan nada seolah-olah terkejut sembari mengenakan kemejanya. "Kau pergilah," ucapannya dengan nada jengkel kepada wanita yang seharusnya menuntaskan hasratnya.Seluruh sendi Cloudy seolah tercerai berai, ia nyaris tidak mampu menopang berat badannya sendiri dan ia merasakan bayi di dalam kandungan seperti ikut menegang merasakan sakit yang menikam jantungnya. Tetapi, apa ia harus menangis di depan suam