Share

2. Independent Woman

Chapter 2

Independent Woman

Lower Manhattan, New York.

Rasanya malam menjadi sangat panjang dan sedikit pun ia tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya karena memikirkan suaminya yang sedang berduka karena kehilangan saudara kembarnya.

Rain di matanya adalah pria yang lumayan hangat dan ramah meski tidak banyak bicara, nyaris seperti Ryan. Ya, tentu saja Rain seperti Ryan karena mereka kembar identik.

Cloudy tidak terlalu mengenal Rain karena ia hanya pernah berjumpa dua kali dengan saudara kembar suaminya. Pertama saat Ryan mengenakannya pada Rain dan kedua kalinya adalah saat pernikahannya dan sayangnya ketiga kalinya justru saat pemakaman pria malang itu.

"Kau sepertinya tidak dalam konsentrasi yang baik, Cloudy," ucap Axel Sheriidan, seorang ahli forensik lain di tempat Cloudy bekerja.

"Hari yang buruk," desah Cloudy seraya mengelus perutnya yang membuncit dan menyeret kursi kerjanya.

Ia baru saja kembali dari tempat terjadinya pembunuhan sadis yang dilakukan dengan sangat rapi karena pelaku sama sekali tidak meninggalkan jejak kejahatan. Pelaku itu pasti sedang bersembunyi dengan aman, setidaknya untuk beberapa hari atau beberapa jam.

"Sesuatu terjadi?" Pria tampan pemilik mata biru gelap itu menyeret bangku hingga berada di dekat meja kerja Cloudy kemudian duduk.

"Saudara laki-laki suamiku meninggal, baru saja." Ia mendapatkan kabar buruk dari suaminya saat dalam perjalanan kembali menuju kantor polisi.

"Aku turut berduka," ucap Axel tampak menunjukkan rasa prihatin. "Aku bisa memintakan izin kepada atasan untukmu jika kau harus berada di rumah duka sekarang."

Axel dan Cloudy telah menjadi rekan kerja selama dua tahun di kantor polisi, pria itu selalu bersikap sopan padanya juga selalu membantu kesulitan-kesulitan Cloudy. Axel sangat baik hingga terkadang Cloudy merasa sungkan karena kebaikan Axel.

"Tidak perlu, suamiku sedang mengurus semuanya dan dia mengatakan aku hanya cukup datang di pemakamannya besok."

"Baiklah." Axel tersenyum lembut. "Suamimu pasti tidak akan menjemputmu, biar aku yang mengantarkanmu."

Benar ucapan Axel, Ryan pasti tidak akan menjemputnya pulang dari kantor polisi pagi ini. Tetapi, ia bisa menggunakan taksi. "Aku tidak ingin merepotkanmu."

"Kau takut suamimu cemburu?"

Cloudy menyeringai hingga hidungnya berkerut. "Tidak, suamiku bukan pria pencemburu."

Namun, suaminya pria pengatur, Ryan tidak mengizinkannya mengendarai mobil sendiri sejak mereka resmi menikah. Ryan juga tidak memberikan sopir pribadi. Suaminya bertindak sendiri mengantarkan dan menjemput Cloudy bekerja. Cloudy menikmatinya, ia menyukai cara Ryan memperlakukannya seperti seorang ratu.

Axel tersenyum. "Baiklah. Tapi, untuk hari ini saja biarkan aku mengantarkanmu." Ia mengalihkan pandangannya dari wajah cantik Cloudy ke perut wanita itu. "Kurasa kau juga harus segera mengambil cuti."

Cloudy mengelus perutnya. "Aku mengambil cuti beberapa Minggu lagi."

Axel mengerutkan keningnya. "Bukankah itu terlalu berdekatan dengan hari perkiraan lahir anakmu?"

"Aku ingin mengambil cuti saat persalinanku tinggal beberapa hari lagi. Jadi, aku bisa memiliki waktu lebih lama bersama putriku nanti." Cloudy masih mengelus perutnya sembari tersenyum lebar.

"Kau benar-benar keras kepala." Axel menggelengkan kepalanya.

Cloudy terkekeh. "Nah, sekarang kita lebih baik menyelesaikan kasus pembunuhan ini," ucapnya seraya menggeser kursor laptopnya.

Axel menghela napasnya. "Sebaiknya kau beristirahat, biar aku yang mengisi berkasnya."

"Kau terlalu banyak membantuku, Axel."

"Kita satu tim, kita bekerja sama untuk divisi kita."

Yang Axel ucapkan memang benar, tetapi sejak mereka berada dalam satu tim dan terlebih saat Cloudy semakin kepayahan bergerak karena kehamilannya, Axel benar-benar menjelma seperti seorang suami siaga di kantor. Pria itu mengambil sebagian besar pekerjaan Cloudy tanpa pamrih. Mungkin.

"Sepertinya aku harus memberikan sebagian gajiku untukmu," ujar Cloudy dengan nada bercanda.

"Suamimu sangat kaya, kau memang sepertinya tidak membutuhkan gaji dari kantor polisi." Axel menyeringai. "Tapi, Cloud, kau tidak boleh menjadi wanita manja karena suatu saat jika ada hal-hal yang tidak diinginkan, setidaknya kau masih memiliki karier."

"Aku tidak memiliki niat mengajukan pengunduran diri, aku mencintai pekerjaanku."

Sebenarnya setelah Ryan mengetahui jika Cloudy telah mengandung calon anaknya, Ryan beberapa kali mengusulkan agar Cloudy berhenti bekerja di kantor polisi. Tetapi, Cloudy dengan tegas menolak gagasan Ryan.

Bekerja di kantor polisi adalah cita-citanya sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Tepatnya sejak ia memiliki hobi membaca komik detektif Conan. Ia ingin menjadi agen CIA, menjadi agen mata-mata, untuk mengungkap kasus kejahatan.

Bekerja di kantor polisi terdengar keren, ia dapat menunggangi motor besar dan memakai kacamata hitam lalu mengejar penjahat, berkelahi kemudian meringkusnya.

Namun, karena tinggi badannya yang tidak menunjang Cloudy terpaksa menguburkan impiannya bersamaan dengan kekesalannya kepada Tuhan yang tidak mengizinkan tubuhnya tumbuh beberapa centimeter lagi. Tubuhnya berhenti tumbuh ke atas saat mencapai tinggi 159 cm, sedangkan syarat untuk menjadi polisi wanita adalah 160 cm.

Ia tidak patah semangat hanya karena tinggi badannya, ia dengan cepat mengubah haluan cita-citanya menjadi ahli forensik, dengan begitu ia tetap bisa bekerja di kantor polisi dan berada dalam departemen yang berhubungan dengan pengungkapan kasus kejahatan.

Bisa bekerja di kantor pusat kepolisian New York juga bukan hal yang mudah karena ia harus melalui banyak seleksi ketat. Jadi, ia tidak ingin menyia-nyiakan semua yang telah ia lalui untuk mencapai cita-citanya. Ia ingin bekerja untuk negaranya, membantu korban kejahatan. Bukan sekedar untuk uang. Baginya uang bukan segalanya, tetapi bukan berarti ia tidak membutuhkan uang. Dulu ia sempat tinggal sendiri di apartemen kecil dan berusaha menghemat pengeluarannya agar ia tetap bisa tampil modis.

Sekarang ia tidak perlu melakukan itu karena Ryan membelikan semua apa yang ia butuhkan tanpa harus meminta. Memiliki suami yang sepuluh tahun lebih tua ternyata lebih menyenangkan karena suaminya memanjakannya seperti kakak laki-lakinya. Atau mungkin ayahnya.

Pukul enam pagi Cloudy turun dari sofa tempatnya merebahkan tubuh di ruang kerjanya, ia mengambil mantel kasmirnya dan mengenakannya lalu menyambar sepatu boot tanpa hak-nya.

Cloudy benci sepatu tanpa hak karena di kantor polisi ia semakin terlihat kecil disandingkan dengan rekan-rekan kerjanya.

Ia tersenyum menatap sepatu boot itu. Ryan melarangnya mengenakan sepatu boot dengan hak tinggi dan tadi malam sebelum ia pergi bekerja, Ryan memasangkan sepatu boot tanpa hak padahal ia merasa baik-baik saja meski menggunakan sepatu hak tinggi selama kehamilannya.

Catatan : Ahli forensik di negara barat tidak harus menjadi dokter umum terlebih dulu lalu mengambil pendidikan spesialis forensik. Di sana bisa kuliah fakultas forensik non medis.

Bersambung....

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak komentar dan RATE.

Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.

❤️🍒

Comments (7)
goodnovel comment avatar
Daanii Irsyad Aufa
padahal Claudia ngga d sukai rain. lantas bagaimana rain akan bersikap kalo harus tinggal satu dgn Claudia
goodnovel comment avatar
Achmad Arif
sangat menarik untuk dibaca
goodnovel comment avatar
Wiwiek Suwito
oke sih crt nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status