"Apa yang kamu lakukan?"
Bella mundur selangkah karna tangan Kristan yang terulur itu kepadanya.
"Aku hanya ingin mengobatimu. Ada luka di bibirmu itu."
Bella mengelengkan kepalanya begitu mengetahui bahwa Kristan ingin mengobati luka yang sudah ia perbuat sejak semalam. Buat apa ia berucap untuk mengobati lukanya kalau kenyataannya ia tidak akan pernah bisa mengubah sikapnya. Benci tetap saja benci tidak bisa mengubah semuanya menjadi sayang kalau ia tidak ada niat dari dalam dirinya sendiri ia akan memperbaiki diri.
Dan luka ini, biarlah begini. Ini membuktikan betapa kasarnya yang telah ia lakukan pada Bella. Tak hanya kebenciannya yang terlihat tetapi juga sikap kasarnya juga terlihat jelas.
"Tidak perlu. Aku masih kuat menanggung perih ini. Kam
Bella rasa tindakan yang akan Bella lakukan sudah teramat fatal jika Bella dengan suka rela melaksanakan perintahnya. Bagaimana mungkin Bella menelanjangi diri dan dengan senang hati menganti pakaiannya itu di depan Kristan. Memang benar ia adalah suaminya. Tapi sudah sangat jelas bukan kalau yang ia perintahkan adalah tindakan untuk mempermalukannya dan juga secara tidak langsung membuat harga diri Bella terluka. Membuang semua gengsi dan harus mengikuti aturannya. Ia masih waras untuk melakukan hal itu. Bella bukan wanita yang tidak punya rasa malu. Ia punya dan ia tidak mau mempermalukan diri sendiri apalagi di hadapan Kristan. Lupakan! Seumur hidup Bella tidak akan pernah mau mempermalukan diri sendiri. Bella harus memikirkan cara lain supaya Bella tidak menemui jalan buntu. Lebih baik Bella memikirkan ide lain daripada harus bertemu dengan rasa malu pada diri sendiri. "Aku akan tidak mau membuka baju demi hasratmu semata. Aku bukan wanita yang dengan senan
Saat Bella mau duduk di kursi yang ada di sana. Tiba-tiba saja pandangan matanya langsung menggelap dan tak lama kemudian Bella terjatuh tak sadarkan diri. Kristan yang melihat Bella pingsan langsung terburu-buru mendekatinya dan berjongkok kemudian. Ia memeluknya sembari menepuk pelan pipi Bella untuk membangunkannya. Sementara itu Biantara yang melihat cucu kesayangannya terjatuh tidak sadarkan diri terlihat begitu panik. Ia juga menghampiri Bella dan menyentuh tangan Bella. Mencoba untuk membangunkannya. "Kenapa Bella bisa pingsan? Apa yang kamu lakukan sampai ia bisa pingsan begini? Apa Bella tidak makan. Makanya bisa pingsan? Oh aku tidak percaya ini." Kristan yang masih mencoba membangunkan Bella tidak mampu menjawab pertanyaan Biantara. Ia mencoba cara ini supaya Bella bangun. Namun cara itu tidak mampu membangunkannya. "Aku akan membawanya ke rumah sakit kenalanku Kek. Aku akan beritahu nanti bagaimana kondisinya setelah dokter mem
Selepas Biantara pergi bersama pelayan setianya yaitu Daniel. Kristan berjalan mendekati Bella yang saat ini sedang berbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah pucatnya. Tubuhnya terlihat begitu lemah tak berdaya. Tapi meskipun begitu, parasnya masih saja terlihat cantik dan tidak akan pernah pudar dari wajahnya itu. Bella melihat pemandangan dari balik kaca jendela yang berada di sana. Ranjang dan kaca jendela yang ada di ruangan itu memang tidak terlalu jauh sehingga ia bisa melihat keluar. Tidak terlalu banyak yang dapat Bella lihat. Hanya ada sebuah pepohonan yang tumbuh di sekitar rumah sakit itu dan orang yang berlalu lalang di sekitar sana. Bella meruntuki nasibnya lagi dan lagi. Kenapa penyakitnya harus kambuh di saat yang tidak tepat sih. Kakeknya sudah mengetahui kondisinya sekarang ini. Bukannya apa, yang ia takutkan akan terjadi lagi. Pemikirannya hinggap pada pekerjaan di kantornya dan juga para pekerja di sana. Bagaimana dengan para kary
Seorang pelayan masuk ke dalam ruang rawat Bella dengan langkah terburu-buru setelah ia menggetuk pintu ruang rawat inap Bella dan itu terjadi satu jam setelah Kristan pergi dari ruangan ini. Bella bisa menebak pelayan ini berusia sekitar 23 atau 24 tahun karna wajahnya masih kelihatan seusianya dan juga sangat bersih seperti sering pergi ke perawatan wajah. Pelayan masuk dengan senyumnya seraya menggengam beberapa kantong plastik di tangannya dan juga satu koper ukuran sedang yang di geret di satu tangan lainnya. Bella yang melihat ia kesusahan membawa semua barang-barang itu jadi prihatin sendiri. Apa Kristan yang menyuruh pelayan itu membawakan semua barang-barang itu agar kebutuhan Bella terpenuhi? Kalau ya, sudah jelas Kristan sangat keterlaluan. Pelayan dengan tubuh sekurus itu di suruh membawa begitu banyaknya barang. Ia memang kurang manusiawi. Mana ia hanya seorang diri lagi. "Nona ... saya bawa pakaian Nona dan makanan yang akan Nona makan nantinya,"
Kristan menyeringai lalu ia mendekati Bella perlahan tapi pasti sampai benar-benar dekat dan membuat Bella tersudut menjadikan tangannya memegang dadanya yang keras itu. "Apakah aku membuatmu takut? Hm?" Bella mendelik seketika dengan apa yang Kristan katakan. Tindakan dari Kristan sendiri membuat jantungnya refleks berdegup dengan kencangnya. Dengan jarak sedekat ini membuatnya sangat terganggu. Bella tak bisa berpikir dengan tenang saat ini. Tadinya Bella pikir ia akan pergi begitu saja setelah Bella bersikap ketus sama Kristan. Tapi yang ia lakukan malah sebaliknya. Bella malah menjadi gagal fokus sekarang. Aroma parfum yang dipakai Kristan tercium semerbak harum menambah rasa hangat menjalar ke seluruh tubuh Bella saat itu disertai godaan Kristan yang sangat memabukkan membuatnya tidak bisa berpikir lagi. "Kristan apa yang kamu pertanyakan? Itu sangat membuatku terganggu. Apa aku harus menyentuhmu di sini juga? Gila. Ini tempat umum. Jika kamu
Langit sudah menggelap begitu mobil yang kami tumpangi masuk ke dalam sebuah mansion yang cukup besar itu. Warna yang terkesan wah terlihat kontras dengan arsitektur bergaya Eropa dalam penglihatan Bella saat ini. Warna kebanggaan dari seorang Kristan terlihat begitu jelas menarik dari apa yang Bella lihat. Gold. Dominan dan sangat berani. Bella akui Kristan yang Bella kenal sama halnya dengan warna mansion yang akan kami tempati. Bella turun dari mobil setelah Kristan membuka pintu mobil untuknya begitu juga mobil di belakang kami yang di peruntukkan untuk para pelayan dan satu perawat dari rumah sakit tadi. "Mansion yang bagus. Aku tidak pernah memuji orang. Tapi apa yang menurutku menarik, aku tak sungkan untuk memujinya. Dan ku akui kamu memang cukup menarik dalam memilah gaya, warna dan bangunan yang akan kita tempati ini." Kristan tidak menjawab ia malah lebih tertarik dengan langkahnya masuk ke dalam mansion itu ketimbang membalas ucapan Be
"Bella... astaga... lo yakin lo datang ke sini?" teriak Firly begitu membuka pintu ruang Ceo. Ia langsung terkejut mendapati Bella sudah duduk di kursi kebesarannya dengan tablet di tangannya. Buru-buru Firly berlari mendekatinya dan memegang bahunya untuk mempercayai apa benar Bella-nya sudah ada di kantor itu atau yang di lihatnya malah sebuah ilusi semata. Semenjak tahu Bella masuk rumah sakit. Bayangan keinginan Bella masuk kantor adalah sebuah keinginan semu. Tapi begitu melihat Bella sudah duduk di kursinya. Ia menjadi binggung sendiri, bagaimana menanggapi semua ini. Apa ia harus senang atau malah sebaliknya? "Eh lo emangnya udah sembuh tiba-tiba udah datang ke sini? Kristan tahu lo datang?" Mendengar nama laki-laki itu tidak hanya membuatnya geram tapi juga merinding ke seluruh tubuh. Jangan dikira nama itu tidak punya energi kuat. Mendengars sedikit saja nama itu di ucap membuat aura aneh yang bisa bikin serangan jantung. Ia adalah laki-laki yang tidak
Kristan yang membopong Bella seperti karung beras keluar dari ruang kantornya sampai ke parkiran dimana mobilnya di letakkan di sana. Sesampainya di parkiran mobil. Kristan membuka pintu penumpang dan menurunkan Bella dari gendongannya. Ia menyuruh Bella untuk masuk ke dalam mobil. "Masuk Bella," kata Kristan dengan ketus "Aku tidak mau!" kata Bella dengan kesal sambil melemparkan pandangan ke arah lain. Lihat saja bagaimana orang-orang yang memandang ke arah kami. Mereka pasti berpikir kalau Bella dan Kristan sedang melakukan lelucon. Padahal yang terjadi sebaliknya, Bella dilanda dilema. Kristan sangat menyebalkan, ia selalu saja menekan Bella dengan segala aturan yang telah Kristan buat. Apakah Kristan tidak tahu, Bella juga manusia, memiliki perasaan yang tidak bisa ditekan terus menerus. Ia akan berontak jika ada yang tidak sesuai dengan harapannya. Nafasnya terdengar kesal ketika melihat Bella yang tidak mau diatur sama sekali olehnya. Dengan sekali dor