Share

PART 10 - HUJAN DAN EFEK KUPU-KUPU

MARISSA LOURD POV

Aroma rose menguar dari sabun mandi yang aku gunakan. Busanya aku mainkan membentuk bola-bola tak beraturan kemudian ku tiup, membuat mereka jatuh dan hancur.

Sepi dan kesepian. Kesibukan di kantor hanyalah sementara. Aku terjebak lagi di rumah ini.

Rumah yang didesain ramping dan hanya berlantai dua saja. 

Rumah ini aku beli lantaran ingin menjauh dari keadaan rumah orang tuaku. 

Sudah lima bulan lebih aku tidak berbicara dengan Bunda.

Apakah pria brengsek itu kembali lagi?

Bunda tidak akan pernah menghubungiku sekalipun ia tengah menderita.

Suara ketukan dari balik pintu rumahku membuatku malas beranjak dari bath-up.

Mungkin Alex? Astaga aku lupa tentang ajakan Pak Dylan.

Dengan tanggap, aku meraih handuk putih dan melingkarkannya ke badanku. 

Rambutku yang masih basah, airnya menitik seiring aku berlari kecil menuju pintu. 

Rumahku yang kecil tidak akan membuat orang lama menunggu pintu terbuka.

Dibaliknya bayangan tubuh tegap dan misterius berbalik ke arahku.

Noah Dylan, bosku yang tampan dan menggoda.

"Se-sebentar ya pak, sepuluh menit lagi saya sudah siap"

Aku yang masih memakai handuk, mohon pamit berganti pakaian. 

Namun dicegah oleh tangannya yang berotot, tangaku mencoba mencegah handukku supaya tidak melorot.

"Tubuhmu yang masih mengenakan pakaian rapi saja sudah membuat otakku tidak berpikir jernih, apalagi versi yang seperti ini" wajahnya sendu, matanya mengitari tubuhku yang masih basah dan lembab.

Namun bagian intiku lebih dari basah dan lembab akibat guyuran shower, namun tubuh pria jangkung yang mengenakan jas dan dasi abu-abu. 

Pikiran mesumku berfungsi kembali, dan ingin menarik dasinya menuntunnya ke kamarku. Memanjakan lubang intiku yang bergetar dan berdenyut.

"Na-nanti kita bisa terlambat, Mr. Dylan" bisikku lirih ke telinga kanannya, aroma parfumnya memabukkan. 

Ia menggigit bibirnya sendiri, melihatku dengan penuh rencana liar.

Tiba-tiba tubuh tegapnya mendorong tubuhku ke sudut dinding.

Handuk yang kukenakan hampir melorot mempertontonkan sedikit payudaraku.

Seketika diraihnya buah dadaku, dihujani jilatan panas lalu dihisapnya bagai meminum anggur merah.

Aku mengerang tanpa henti, menarik tengkuknya dan mengacak-acak rambutnya yang ditata rapi oleh hair stylist ternama.

Persetan dengan rambut.

"Tanganmu benar-benar handal untuk memicu tubuhku yang menginginkanmu"

"E-eh Mister Dylan"

"Yah, yah call me Mr. Dylan. I love that"

Jilatannya makin melebar di setiap anggota tubuhku. Menghirup bau wewangian sabun yang kupakai. 

Hembusan nafasnya mengalir ke area leherku, kepalanya tenggelam. Aku menjerit seiring tanganku mengajak rambutnya. 

"Jadi rambut ini adalah pemicunya"

"I-iya" balasnya kehabisan nafas lantaran menyelami tubuhku.

"Kau benar-benar luar biasa Mr. Dylan"

"Tubuhmu yang luar biasa" Dia mengangkat tubuhku, kakinya menendang pintu rumahku yang setengah terbuka. 

Pria ini benar-benar berpengalaman dan pandai memuaskan tubuh pasangannya.

Handukku tergeletak di atas lantai berkayu, langkah kakinya terdengar renyah di telingaku. Berjalan menuju dapur.

Suara aneh muncul dari dalam perutku. Sialan dari tadi pagi aku belum sempat makan.

"Sepertinya bagian tubuhmu yang lainnya minta dipuaskan dengan cara berbeda" Kepalanya menunduk di depanku yang terduduk di atas meja dapur.

Aku terkekeuh melihat tingkahnya yang seakan sudah akrab denganku.

"Okay, kita cari makanan apa yang bisa membuat suara ini tidak mengganggu malam kita"

Noah membuka kulkas yang berada di ujung ruang dapur. Matanya menelusuri rak-rak yang menyala terang dan berembun.

Menjadi penggila kerja membuatku tidak becus mengurus diri. Jadi tidak heran apabila kulkas tidak berisi dan beralih fungsi menjadi pajangan semata. 

"Oh, sepertinya benda ini membuat otakku menciptakan ide yang akan memuaskanmu"

Di genggamannya terdapat whip krim alias krim kocok rasa strawberry. Di tangannya yang lain terdapat satu buah cherry.

Mulutku terbuka lebar melihat cherry yang ia bawa.

"Hold on baby, sabar ya"

Tangannya mengguncang krim kocok dan menyemprotknnya di atas putingku.

Lidahnya terjulur dan memakan habis krim berwarna putih itu.

Buah ceri yang ranum itu diletakkan di depan mulutnya. Mulutnya memagut bibirku dan mengalirkan rasa ceri yang manis. 

Pria ini benar-benar pandai membuat seks menjadi lebih bergairah dan tidak membosankan.

"Sekarang giliranku" kataku tersenyum nakal.

Krim rasa favoritku meluncur di atas permukaan kulit pria berwajah tampan itu.

Dadanya yang lebar dan agak berbulu diselimuti oleh krim kocok.

"Sepertinya mulai malam ini krim kocok dan ceri akan menjadi hidangan favoritku"

"Tidak akan lengkap tanpa tubuhku"

"You're right baby"

Lidahku menari seiring krim kocok itu habis kujilat dan kunikmati. Bukan hanya merasa kelaparan, perutku digerayangi kepuasaan dan kenikmatan. 

Dia mendesah, menarik rambutku yang masih basah.

Erangannya semakin deras ketika aku menjilat putingnya. 

Tanganku meraih bagian tubuhnya yang menegang.

Menyeprotkan kembali krim kocok itu ke ujung batangnya.

Aku kekeyangan.

Dia menarik tubuhku, dan menciumku penuh candu.

Ku balas ciumannya dengan lihai.

Kuarahkan tangannya ke area bawahku yang mulai basah dan meronta minta dipuaskan

sudut bibirnya terangkat sebelah dan nakal.

Aku terus mengerang ketika benda miliknya menghujam milikku dengan liar dan penuh nafsu.

Ia yang masih mengenakan pakaian

Tanganku meremas pantatnya yang selama ini membuat salivaku berceceran setiap membayangkannya

Kini tanganku benar-benar meremas dua bola yang presisi seperti dipahat langsung oleh malaikat.

**

Aku meringkuk seperti bayi di dalam pelukan Noah. Ia mengecup pundak polosku

Tidak seperti malama-malam biasanya setiap kali aku tidur bersama pria lain. Kita akan berakhir menjadi orang asing yang tidak pernah sekalipun bertemu. Satu malam yang dilupakan dan terkubur di antara malam-malam yang lain.

Kali ini wajah tegas yang menatapku membuat pikiranku dibungkam untuk berpikir hal lain. Wajah kami yang hanya berjarak beberapa inchi. Nafasnya menguar membuat ku ingin melumat bibir merah mudanya

Sungguh aku tidak ingin berakhir seperti Bunda yang dibodohi sepanjang hidupnya untuk seorang pria yang menyia-nyiakan pengorbanan Bunda.

Efek kupu-kupu mulai berenang di perutku.

Sesegera mungkin aku musnahkan efek aneh itu dengan menggelengkan-gelengkan kepala. Rambut panjang yang ku semir warna merah menyibak-nyibak ke arah wajah Noah, sontak ia pun terbangun dari tidur tampannya.

“Ada apa, Baby?”

“A-ah tidak apa-apa pak, tadi kukira ada serangga terbang di atas rambutku” balasku sedikit kikuk

“Pasti pikiran kotormu sudah bangun dari lelapnya. Buktinya pipimu merah sekali”

“N-nggak mungkin lah, pak” Senyuman kikuk kembali terbit

“Jadul banget kamu manggil aku pak, muka sudah tampa begini malah dipanggil kek bapak-bapak yang suka merokok, dan punya anak lima” protesnya macam anak kecil yang bawel.

Baru tahu bahwa seorang Noah Dylan yang terlihat tegas ternyata sangat banyak bicaranya.

Ia menghampiriku yang sedang bersiap-siap berangkat ke kantor. Pikiraku mencoba menata bagian-bagiannya untuk melupakan fakta bahwa aku telah tidur bersama dengan bosku sendiri. Tangannya menyapu lembut rambutku sembari mengecupku berkali-kali. Aku semakin tenggelam dan mabuk kepayang dihantam perasaan ambigu dan nikmat tercampur aduk. Hatiku mulai gusar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status