Home / Romansa / The Wildest Delusion (Delusi Paling Liar) / PART 10 - HUJAN DAN EFEK KUPU-KUPU

Share

PART 10 - HUJAN DAN EFEK KUPU-KUPU

Author: Noodles
last update Huling Na-update: 2021-03-21 07:41:00

MARISSA LOURD POV

Aroma rose menguar dari sabun mandi yang aku gunakan. Busanya aku mainkan membentuk bola-bola tak beraturan kemudian ku tiup, membuat mereka jatuh dan hancur.

Sepi dan kesepian. Kesibukan di kantor hanyalah sementara. Aku terjebak lagi di rumah ini.

Rumah yang didesain ramping dan hanya berlantai dua saja. 

Rumah ini aku beli lantaran ingin menjauh dari keadaan rumah orang tuaku. 

Sudah lima bulan lebih aku tidak berbicara dengan Bunda.

Apakah pria brengsek itu kembali lagi?

Bunda tidak akan pernah menghubungiku sekalipun ia tengah menderita.

Suara ketukan dari balik pintu rumahku membuatku malas beranjak dari bath-up.

Mungkin Alex? Astaga aku lupa tentang ajakan Pak Dylan.

Dengan tanggap, aku meraih handuk putih dan melingkarkannya ke badanku. 

Rambutku yang masih basah, airnya menitik seiring aku berlari kecil menuju pintu. 

Rumahku yang kecil tidak akan membuat orang lama menunggu pintu terbuka.

Dibaliknya bayangan tubuh tegap dan misterius berbalik ke arahku.

Noah Dylan, bosku yang tampan dan menggoda.

"Se-sebentar ya pak, sepuluh menit lagi saya sudah siap"

Aku yang masih memakai handuk, mohon pamit berganti pakaian. 

Namun dicegah oleh tangannya yang berotot, tangaku mencoba mencegah handukku supaya tidak melorot.

"Tubuhmu yang masih mengenakan pakaian rapi saja sudah membuat otakku tidak berpikir jernih, apalagi versi yang seperti ini" wajahnya sendu, matanya mengitari tubuhku yang masih basah dan lembab.

Namun bagian intiku lebih dari basah dan lembab akibat guyuran shower, namun tubuh pria jangkung yang mengenakan jas dan dasi abu-abu. 

Pikiran mesumku berfungsi kembali, dan ingin menarik dasinya menuntunnya ke kamarku. Memanjakan lubang intiku yang bergetar dan berdenyut.

"Na-nanti kita bisa terlambat, Mr. Dylan" bisikku lirih ke telinga kanannya, aroma parfumnya memabukkan. 

Ia menggigit bibirnya sendiri, melihatku dengan penuh rencana liar.

Tiba-tiba tubuh tegapnya mendorong tubuhku ke sudut dinding.

Handuk yang kukenakan hampir melorot mempertontonkan sedikit payudaraku.

Seketika diraihnya buah dadaku, dihujani jilatan panas lalu dihisapnya bagai meminum anggur merah.

Aku mengerang tanpa henti, menarik tengkuknya dan mengacak-acak rambutnya yang ditata rapi oleh hair stylist ternama.

Persetan dengan rambut.

"Tanganmu benar-benar handal untuk memicu tubuhku yang menginginkanmu"

"E-eh Mister Dylan"

"Yah, yah call me Mr. Dylan. I love that"

Jilatannya makin melebar di setiap anggota tubuhku. Menghirup bau wewangian sabun yang kupakai. 

Hembusan nafasnya mengalir ke area leherku, kepalanya tenggelam. Aku menjerit seiring tanganku mengajak rambutnya. 

"Jadi rambut ini adalah pemicunya"

"I-iya" balasnya kehabisan nafas lantaran menyelami tubuhku.

"Kau benar-benar luar biasa Mr. Dylan"

"Tubuhmu yang luar biasa" Dia mengangkat tubuhku, kakinya menendang pintu rumahku yang setengah terbuka. 

Pria ini benar-benar berpengalaman dan pandai memuaskan tubuh pasangannya.

Handukku tergeletak di atas lantai berkayu, langkah kakinya terdengar renyah di telingaku. Berjalan menuju dapur.

Suara aneh muncul dari dalam perutku. Sialan dari tadi pagi aku belum sempat makan.

"Sepertinya bagian tubuhmu yang lainnya minta dipuaskan dengan cara berbeda" Kepalanya menunduk di depanku yang terduduk di atas meja dapur.

Aku terkekeuh melihat tingkahnya yang seakan sudah akrab denganku.

"Okay, kita cari makanan apa yang bisa membuat suara ini tidak mengganggu malam kita"

Noah membuka kulkas yang berada di ujung ruang dapur. Matanya menelusuri rak-rak yang menyala terang dan berembun.

Menjadi penggila kerja membuatku tidak becus mengurus diri. Jadi tidak heran apabila kulkas tidak berisi dan beralih fungsi menjadi pajangan semata. 

"Oh, sepertinya benda ini membuat otakku menciptakan ide yang akan memuaskanmu"

Di genggamannya terdapat whip krim alias krim kocok rasa strawberry. Di tangannya yang lain terdapat satu buah cherry.

Mulutku terbuka lebar melihat cherry yang ia bawa.

"Hold on baby, sabar ya"

Tangannya mengguncang krim kocok dan menyemprotknnya di atas putingku.

Lidahnya terjulur dan memakan habis krim berwarna putih itu.

Buah ceri yang ranum itu diletakkan di depan mulutnya. Mulutnya memagut bibirku dan mengalirkan rasa ceri yang manis. 

Pria ini benar-benar pandai membuat seks menjadi lebih bergairah dan tidak membosankan.

"Sekarang giliranku" kataku tersenyum nakal.

Krim rasa favoritku meluncur di atas permukaan kulit pria berwajah tampan itu.

Dadanya yang lebar dan agak berbulu diselimuti oleh krim kocok.

"Sepertinya mulai malam ini krim kocok dan ceri akan menjadi hidangan favoritku"

"Tidak akan lengkap tanpa tubuhku"

"You're right baby"

Lidahku menari seiring krim kocok itu habis kujilat dan kunikmati. Bukan hanya merasa kelaparan, perutku digerayangi kepuasaan dan kenikmatan. 

Dia mendesah, menarik rambutku yang masih basah.

Erangannya semakin deras ketika aku menjilat putingnya. 

Tanganku meraih bagian tubuhnya yang menegang.

Menyeprotkan kembali krim kocok itu ke ujung batangnya.

Aku kekeyangan.

Dia menarik tubuhku, dan menciumku penuh candu.

Ku balas ciumannya dengan lihai.

Kuarahkan tangannya ke area bawahku yang mulai basah dan meronta minta dipuaskan

sudut bibirnya terangkat sebelah dan nakal.

Aku terus mengerang ketika benda miliknya menghujam milikku dengan liar dan penuh nafsu.

Ia yang masih mengenakan pakaian

Tanganku meremas pantatnya yang selama ini membuat salivaku berceceran setiap membayangkannya

Kini tanganku benar-benar meremas dua bola yang presisi seperti dipahat langsung oleh malaikat.

**

Aku meringkuk seperti bayi di dalam pelukan Noah. Ia mengecup pundak polosku

Tidak seperti malama-malam biasanya setiap kali aku tidur bersama pria lain. Kita akan berakhir menjadi orang asing yang tidak pernah sekalipun bertemu. Satu malam yang dilupakan dan terkubur di antara malam-malam yang lain.

Kali ini wajah tegas yang menatapku membuat pikiranku dibungkam untuk berpikir hal lain. Wajah kami yang hanya berjarak beberapa inchi. Nafasnya menguar membuat ku ingin melumat bibir merah mudanya

Sungguh aku tidak ingin berakhir seperti Bunda yang dibodohi sepanjang hidupnya untuk seorang pria yang menyia-nyiakan pengorbanan Bunda.

Efek kupu-kupu mulai berenang di perutku.

Sesegera mungkin aku musnahkan efek aneh itu dengan menggelengkan-gelengkan kepala. Rambut panjang yang ku semir warna merah menyibak-nyibak ke arah wajah Noah, sontak ia pun terbangun dari tidur tampannya.

“Ada apa, Baby?”

“A-ah tidak apa-apa pak, tadi kukira ada serangga terbang di atas rambutku” balasku sedikit kikuk

“Pasti pikiran kotormu sudah bangun dari lelapnya. Buktinya pipimu merah sekali”

“N-nggak mungkin lah, pak” Senyuman kikuk kembali terbit

“Jadul banget kamu manggil aku pak, muka sudah tampa begini malah dipanggil kek bapak-bapak yang suka merokok, dan punya anak lima” protesnya macam anak kecil yang bawel.

Baru tahu bahwa seorang Noah Dylan yang terlihat tegas ternyata sangat banyak bicaranya.

Ia menghampiriku yang sedang bersiap-siap berangkat ke kantor. Pikiraku mencoba menata bagian-bagiannya untuk melupakan fakta bahwa aku telah tidur bersama dengan bosku sendiri. Tangannya menyapu lembut rambutku sembari mengecupku berkali-kali. Aku semakin tenggelam dan mabuk kepayang dihantam perasaan ambigu dan nikmat tercampur aduk. Hatiku mulai gusar.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • The Wildest Delusion (Delusi Paling Liar)   PART 26 - CURUG

    MARISSA LOURDSuara ngorok membuatku terbangun. Dengan keadaan tubuh tanpa sehelai kainpun aku terkapar di atas karpet yang berada tak jauh dari ranjang. Saking capeknya sepulang kerja ditambah perjalanan yang cukup jauh membuat mataku langsung terkatup dengan mudahnya.“Kita pulang yuk ke vila, disana lebih hangat dan indah”Suara yang belum sempurna dicerna olehku yang masih setengah tidur. Sepasang tangan mengangkat ku dengan lembut menuju mobil. Mataku seakan dibebani puluhan batu sulit terbuka.“Mar, bangun woi”Suara cempreng Alex yang agak serak dan maskulin sukses membikinku terperanjat. Aku terkejut melihat jam digital yang duduk di atas meja samping ranjang king size yang kutiduri.Dimana gue? Bukannya tadi di motel ranjangnya ga semewah ini?Pikiran tentang dimana aku sekarang sekejap pudar mengingat matahari sudah nyelonong masuk melalui cela

  • The Wildest Delusion (Delusi Paling Liar)   PART 25 - FRIEND WITH BENEFIT STILL GOING ON

    AUTHOR POV“Apaan sih lu” Marissa masih kaget melihat gelagat manusia yang terkenal aneh untuk dirinya.Tapi, alasan ia mengeraskan suaranya supaya suara detak jantungnya tak terdengar ke telinga Alex.Alex yang masih berusaha agar tak tergagap – kebiasaan lamanya ketika gugup.Fakta itu membuatnya makin gugup dan gelisah. Hingga sesuatu yang basah mulai mengguyur tubuh mereka. Bandung yang dikelilingi bukit dan pohon semakin dingin ketika dibasahi hujan.Jaket kulit milik Alex yang digunakan untuk menutup rambut Marissa bahkan tak mampu mengurangi volume air yang membasahi tubuh mereka. Kedinginan mulai menusuk sampai ke tulang.“Bibir lu gemeter, lu gapapa?” Alex yang melihat tubuh basah kuyup Marissa segera mendekapnya tanpa permisi. Tak seperti biasanya rasa gugup semakin mengikat mereka berdua. Mereka yang sudah menjadi “Friend with benefit” di at

  • The Wildest Delusion (Delusi Paling Liar)   PART 24 - JAGUNG BAKAR ATAU JAGUNG REBUS?

    ALEX ANDREW POVMataku seperti dibakar api di perapian yang ada di villa milik keluarga ku. Muka ku kusut dan bau, sudah dari kemarin malam tubuh ku tak terkena air selain air mataku sendiri. Tanganku memar akibat terlalu banyak memukul tembok.Brengsek! Aku meraih handphone dengan malas memencet dengan kasar sebuah kontak yang bertuliskan Marissa – si jalang.Dari seberang suara sesenggukan memenuhi isi telingaku. Suara yang akhirnya meluluhkan amaraku terhadap Marissa.Setidaknya Marissalah yang cukup memahami situasi yang aku alami.Mungkin kita tengah berada pada fase teralihkan akibat perasaan jemu dan kesepian yang menggiring kita merasakan perasaan yang mungkin hanya berlaku untuk sementara.“Lu dimana?” Baru kali ini aku melihat dia seterpuruk ini. Seorang Marissa sangatlah anti mewek-mewek club. Ia sangat benci ketika terlihat lemah di depan ora

  • The Wildest Delusion (Delusi Paling Liar)   PART 23 - NAFSU ATAU RINDU?

    MIKA LODGE POV“Aku mencintaimu Mika,meski tubuhku terjerat dan tidak leluasa memilihmu sebagai satu-satunya” bisik Noah di lekuk leherku.Aku terisak mendengar kalimatnya.Tapi manusia seperti diriku tidak cukup untuknya. Tidak akan pernah.Bukan hanya itu saja, aku pun akan menyakitinya lagi dan lagi seperti yang sudah sudah. Kita akan menjadi lingkaran setan dan saling menyakiti.Entah sejak kapan aku menjadi manusia yang rakus dan melupakan diriku. Atau apakah inilah wujud diriku yang sesungguhnya.Yang pasti, ungkapannya di sela ketidaksadarannya membuat hatiku terasa lebih hampa.Perasaan bersalah menggerayangi tubuhku.Aku menggeser layarku dengan buru-buru, beberapa dering kemudian.“Selamat malam pak, ada sebuah kecelakaan di jalan depan perpustakaan Timba Ilmu”Selamat tinggal Noah.Ku kecup bibirnya yang kering dan

  • The Wildest Delusion (Delusi Paling Liar)   PART 22 - BERITA YANG MEMBUAT GILA

    NOAH DYLAN POVBelum sempat aku merebahkan diri setelah kejadian semalam. Badanku yang masih kaku sudah berada di atas kursi kebesaran keluarga Dylan.Belum ada kabar dari Mika. Apakah semalam hanyalah delusi?Tapi aku ingat betul, ketika aku berbicara dengannya di telepon.Tubuhku pun masih terkenang akan tubuhnya yang duduk di atas pahaku.Tubuhku tidak bisa ditipu ketika dipuaskan.Bayangan wajahnya membuatku tidak bisa berpikir jernih.Apakah ia kembali bersama Alex? Jelas aku ingat semalam aku berterus terang perihal keadaanku yang jauh dari kata normal.Pikiranku saling memaki dan bertengkar.Kepalaku semakin berdenyut.“Permisi pak, ada kiriman khusus untuk anda” kata Marissa melangkah menuju mejaku.Wanita ini benar-benar memiliki nyali yang besar. Atau lebih tepatnya tidak punya urat malu. Bagaimana tidak, setelah kelakuannya yang

  • The Wildest Delusion (Delusi Paling Liar)   PART 21 - 3 SAHABAT

    32 Panggilan Terjawab dari Wanda.“Lex, maafin Mika, kalau udah denger pesan ini. Telpon Mika ya”Pesan suara dari Mika mengalir ke seluruh ruang apartemen Alex yang sepi.Maafin Mika, serius jangan tinggalin Mika ya Lex.suara isakan Mika membuat hati Alex semakin perih.Sejak malam mengerikan itu, Alex tak sempat memejamkan matanya. Gelagatnya seperti orang yang sedang keranjingan. Mukanya kusut, otaknya tak berhenti memutar dan memikirkan perempuan itu.Kamarnya sudah berantakan akibat amukan Alex yang kerasukan iblis tampan.“Alex”Suara familiar diiringi bunyi bel dari pintu apartemen membuatnya berhenti.Penampakan Marissa yang amburadul. Matanya setengah menyeramkan lantaran maskara yang luntur, rambutnya benar-benar kusut bahkan bajunya robek di bagian pahanya. Tidak sekalipun Alex melihat penampilan sahabat—mantan sahabatnya acak-acakan se

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status