Home / Urban / Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder / One Night Stand Di Pesta Topeng

Share

Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder
Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder
Author: Leon Hart

One Night Stand Di Pesta Topeng

Author: Leon Hart
last update Last Updated: 2025-07-11 10:54:34

"BAJINGAN!"

Suara histeris hampir bersamaan dengan pintu terbuka itu sontak membuat dua orang dalam ruangan terkejut. Salah satu kamar dari hotel bintang 3 itu kini jadi saksi akan sebuah pengkhianatan cinta.

"Jadi benar, kalian main api di belakangku!" Teriakan itu berubah jadi getar di iringi tetesan air mata.

"Bella. Ini bukan seperti yang kamu lihat. Percayalah." Pria bernama Aldo ini cepat-cepat merapikan pakaian, dari menutup kancing kemeja sampai menaikkan celana panjang yang sempat hampir terlepas. "Kami hanya bersenang-senang," alasannya setelah menyisir rambut ke arah belakang dengan tangannya.

Ekspresi berbeda justru di tunjukkan wanita muda di sampingnya. "Bersenang-senang katamu? Kita sudah melakukan ini berkali-kali Aldo, dan aku nggak mau menutupinya lagi!"

"Benarkah itu? Dan kamu sahabatku, Elena!" Tak percayanya Bella. “Nggak aku sangka kamu setega ini!” 

Elena yang sudah selesai merapikan penampilan setelah hampir setengah telanjang kemudian mendekati Bella. "Maafkan aku, Bella, tapi kami saling mencintai," ucap Elena enteng.

"Elena!" teriak Bella. "Dia tunanganku. Kami menikah dua bulan lagi, dan kamu dengan mudahnya bilang kalian saling mencintai?!"

 Bella sungguh tak mempercayai ini semua. Kedua tangannya meraih kemeja Elena dan di tarik-tarik untuk luapkan kekecewaannya saat ini.

"Bella. Kendalikan dirimu." Aldo berusaha melepaskan tangan Bella yang semakin menangis histeris. "Kamu bisa menyakiti Elena. Lepaskan Bella!" pintanya lantang. "Kita terlalu cepat memutuskan bertunangan. Aku belum siap terikat, Bella." Aldo mencari pembelaan diri.

Bella tertegun. Bagaimana bisa tunangannya ini justru membela Elena, dimana seharusnya lebih memihaknya karena status mereka yang akan segera menikah. Bella juga tak menyangka akan alasan yang di kemukakan Aldo barusan.

"Dan kau Aldo ... Apa kamu juga ... Kamu ..."

"Tentu saja, Bella. Aldo juga sangat mencintaiku!" sela Elena tanpa perasaan.

Sesak dada Bella mendengarnya, terlebih melihat Aldo membalikkan tubuh, berjalan menjauh. Bella memanggil-manggil berharap mendapatkan tanggapan langsung, tapi Aldo tak bergeming. Dada Bella semakin sesak, karena derasnya air mata dan besarnya sakit hatinya.

"Kembali saja kamu ke asalmu, Bella. Milan bukan untukmu. Kamu hanya gadis desa yang sia-sia kejar mimpi, bahkan sekarang Aldo juga membuangmu!" usir Elena ketus, seraya membukakan pintu, mengusir secara terang-terangan.

Bella menoleh ke arah Aldo yang kini membawa segelas anggur. Tatapan pria tampan berambut pirang itu jauh keluar jendela, seolah acuh tak menganggap Bella ada di situ.

"Kalian jahat!" Hanya itu yang sanggup Bella ucapkan sebelum memutuskan meninggalkan ruangan, karena yang ingin dia lakukan sekarang hanyalah lari sejauh-jauhnya. "Aku nggak akan pernah lupakan ini!"

Bella bukan hanya menyumpahi Elena dan Aldo, tapi juga meneguhkan diri. Malam ini dia akan pergi jauh dari orang yang sudah mengecewakannya ini.

Tiap jejak kini adalah kepedihan bagi Bella. Pikirannya penuh akan perlakuan dingin Aldo serta tiap ucapan Elena yang sangat menyakitkan. Bella tak menyangka, gadis yang dia temui pertama kali di Milan justru adalah perusak kebahagiaannya.

Suara panggilan dari ponsel membuat langkah Bella berhenti mendadak. Tangannya bergetar menatap layar. Kalau saja bukan atasannya, Bella tak akan mungkin mengangkat dering tersebut.

"I iya, Bu Sandra?" sapanya terbata, terpaksa bibir bawahnya di gigit agar tidak kentara sedang menangis.

"Hell yeah. Apa kau lupa dengan tugasmu malam ini, heh?" tanya Sandra dengan logat Amerikanya. Baru 6 bulan Bella bekerja di sebuah agensi dan konsultan pesta setelah lulus kuliah, dan sejak itu pulalah dia meninggalkan Atrani, sebuah desa kecil di barat daya Italia.

"Ma maaf, Bu Sandra. Saya berangkat sekarang," sahut Bella lirih, menutupi getar suara dimana masih mungkin keluar di tengah hatinya yang telah hancur.

"Cepatlah. Pestanya mau di mulai. Kalau tidak, gajimu bulan ini di potong setengah!"

"Saya sudah dapat taxi. Kira-kira tidak sampai 1 jam sudah sampai di sana." Bella setengah berlari setelah berhasil mendapatkan kendaraan menuju ke sebuah gedung opera di tengah kota Milan.

"Bagus, karena tamu yang paling di tunggu sudah datang."

**

Dalam perjalanan, Bella sempatkan menelpon neneknya. Gundah di hati segera mengingat pikirannya pada sang pengganti orang tuanya ini.

"Bella femme. Ada apa? Apa kamu melupakan sesuatu?"

Bella sadar sudah 2 kali ini dia menelpon hari ini. "Iya, nek. Apa nenek sudah ambil uang yang aku kirim tadi?" Alasannya menutupi kesedihan. Bella berharap dengan mendengarkan suara neneknya akan mengalihkan kegalauannya sejenak. 

"Sudah. Seperti biasa, uang itu langsung nenek buat bayar hutang belanjaan di toko Nelly tua dari minggu lalu."

"Oh syukurlah. Maaf, nek. Bella baru gajian. Uang lembur kerja part time di cafe belum juga di bayar. Mungkin minggu de ..."

"Kamu bicara apa Bella?" sela Marita. "Nenek hanya hutang 1 kantong tepung gandum, dan Nelly waktu itu sedang tidak ada kembalian. Nenek yang lamban karena baru selesaikan baju rajutan ke tuan Marco hari ini. Sudah, jangan salahkan dirimu."

Bella tahu Marita sedang berbohong. Gajinya tidak sepenuhnya cukup biayai hidup nenek dan adiknya, tapi neneknya itu selalu menutupi.

"Apa kamu bersama Aldo? Nenek sudah tidak sabar melihatmu pakai gaun pengantin. Dia pria baik, kamu sangat beruntung."

"Tidak, nek. Pernikahan itu tidak akan terlaksana. Kami putus."

"Putus?" 

Bella tak dapat mencegah air matanya untuk jatuh. "Maafkan aku, nek. Kami bertengkar hebat dan dari situ aku sadar dia bukan calon suami yang aku cari ." Sekali lagi Bella menutupi kenyataan yang ada demi menjaga perasaan sang nenek.

"Sayang. Apa karena ini kamu telpon nenek lagi ? Apa kamu habis menangis?"

"Aku ... Iya, nek. " Bella sesenggukan. "Nenek pernah tanya apa aku sudah yakin menikah dengan Aldo, karena firasat yang nenek ceritakan waktu itu. Sekarang aku sadar, nenek benar. Dia tidak menghormatiku, dan aku tidak boleh lemah dalam mengambil sikap. Lebih baik sekarang, kan nek daripada nanti sudah terlanjur menikah?"

"Bella, sayang. Hapus cepat air matamu, nak. Nenek tidak akan marah atau kecewa."

"Tapi orang-orang di sana sudah terlanjur tahu kalau aku akan menikah, nenek pasti nanti malu." 

Marita terdiam sesaat. Hal ini justru membuat Bella terbebani. 

"Nek. Jangan katakan apapun kalau ada yang tanya soal rencana pernikahanku. Aku akan kesana dan menjelaskan sendiri pada mereka, sekalian melihat keadaan Carlitos." Bella menghapus paksa air matanya. "Aku sudah tidak menangis lagi karena bicara sama nenek. Sekarang aku harus kerja lagi. Uang buatku lebih bahagia dibandingkan pria yang jadi beban pikiranku, nek. Doakan aku bertemu pria lain yang lebih baik ya." Tentu saja Bella hanya bersandiwara. Semua ini demi menjaga perasaan Marita. 

"Iya, sayang. Nenek akan selalu mendoakanmu, gadis cantik. Selalu ingat bahagiamu ya. Jangan khawatirkan nenek dan Carlitos. Nenek doakan kamu akan bertemu pria baik, segera."

"Terima kasih doanya, nek. Aku sudah sampai tempat kerja. Jaga kesehatan kalian ya." Bella menutup panggilan seiring jawaban salam perisahan Marita. Pandangannya kini tertuju pada tempat yang baru di datanginya itu seraya bergumam seperti janji tapi juga umpatan kekesalan. "Aku hidup untuk diriku sendiri, nenek, dan Carlitos. Persetan dengan para pria!"

**

 Di tempat lain.

"Ingat, jangan memanggilku pangeran atau tuan muda. Malam ini aku hanya ingin berpesta. Mengerti Neil?"

"Baik," sahut pria setengah baya bernama panggilan Neil pada pria tampan berumur 28 tahun di hadapannya. "Orang wardrobe sudah menunggu, jadi masuklah untuk ganti pakaian," ucap Neil, kemudian membungkuk sebagai tanda hormat pelayan pada tuannya.

Pria bernama Hector itu kemudian masuk ke dalam ruangan yang telah di buka oleh seorang pria berbadan tegap serta berpenampilan perwira militer.

"Selamat malam, Tuan Lorenzo . Saya Sandra, penata kostum pesta anda," perkenalan Sandra. "Ini kostum anda, dan maaf bila asisten saya sedikit alami keterlambatan," ungkapnya seraya mengambil satu set pakaian bergaya Victorian, lengkap dengan topeng sebagai atribut wajib pesta.

"Tapi nanti dia akan menemaniku, kan?"

"Tentu saja. Asisten saya akan lakukan tugas seperti yang sudah anda minta sebelumnya."

"Hmm. Apa pakaiannya sudah kamu siapkan juga? Dia paham perintahmu, kan?" keraguan Hector.

"Semua sudah di siapkan. Dia saya briefing jauh-jauh hari, dan bisa di percaya. Dia anak pendiam dan loyal. Ini jaminan dari saya langsung, karena anda berani membayar dua kali lipat."

Hector angguk-anggukan kepala dengan senyum smirk. Tidak sampai setengah jam telah selesaikan penampilan, lalu keluar dari ruangan khusus itu menuju ke arena hall utama.

***

Tiga jam berlalu, Bella merasakan kebosanan. Dalam balutan pakaian asisten rumah tangga era Victorian dengan topeng hitam hanya menutup bagian sekitar mata dan berdiri berjam-jam di depan sebuah ruangan, sungguh membuat Bella tersiksa.

"Akhirnya tugasku sudah selesai," gumamnya dengan helaan napas. Bellapun berniat menuju ke lantai bawah lewat jalur tangga belakang seperti saat naik, tapi pandangannya terusik oleh deretan gelas yang ada di atas meja tak jauh dari tempatnya berdiri tadi. "Mereka bilang ini minuman mahal, aku jadi ingin mencobanya," lirih Bella sambil melihat kanan dan kiri. Lorong dengan pencahayaan redup sedianya ramai pasangan lalu-lalang itu kini sepi. Tanpa berpikir panjang Bella teguk dua gelas sekaligus. "Aku harap ini cuma mimpi buruk ... Aldo ... Elena ... Kalian cuma mimpi burukku. Aku akan bangun segera munkin." Bella mulai terhuyung kehilangan kendali. Pikiran pendeknya spontan membuatnya menenggakkan lagi minuman itu, baru kemudian berbalik menuju arah ruangan sebelumnya.

"Kau. Berhenti!"

Bella terkejut sambil beberapa kali cegukan, kemudian menoleh. "Ya?" sahut Bella dengan jari-jari mencengkeram ujung meja guna menahan tubuh agar tidak sampai terjatuh. 

"Ternyata kamu juga minum cairan sialan itu. Asal kamu tahu ..." 

"Siapa kau?" sela Bella di tengah kesadaran tak penuh. Bella menyadari kalau pria di hadapannya dalam keadaan tak jauh beda dengannya. Bellapun semakin kuat berpegangan. 

"Aku?" Dari balik topeng pria itu tersenyum dingin.

Belum juga sempat mengucapkan kalimat lagi, tapi pria bertopeng dengan pakaian bergaya bangsawan era Victorian itu tiba-tiba saja menarik tangan dan mengajak Bella masuk ke dalam ruangan yang sudah 2 jam lebih sempat dia jaga.

Pria itu kemudian menutup pintu, lalu menyandarkan tubuh Bella di baliknya. Satu tangannya mengunci pintu, lalu satunya mengunci kedua tangan Bella untuk menjalin satu ikatan di atas kepala.

Tubuh Bella tak berdaya dalam kungkungan pria dengan postur jauh di atasnya ini. Bella juga bisa rasakan napasnya menderu mengikuti hasrat menjalar dari pemilik wajah hanya satu centi di hadapannya.

"Aku ... Man of Catalonia ... Akan dengan senang hati ikuti permainanmu!"

Serangan pertama adalah ciuman dalam tanpa jeda, lalu dengan gerakan cekatan Hector melucuti pakaian Bella tanpa perlawanan berarti.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (17)
goodnovel comment avatar
Novi M Q
aku malah ngarep Hector jatuh cinta sama Bella
goodnovel comment avatar
Noviani Siregar
aiiih.. ternyata nenek Bella pernah ingatkan kalo Aldo bukan laki² yg baik... dan skrg terbukti.... gimana rasanya minuman mahal itu, bell....
goodnovel comment avatar
lais_jk98
buang aldo ke tempat sampah cari yang lebih baik bell
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Terpantik Gairah

    Benar saja, yang di maksudkan dengan Yang Mulia itu adalah Umberto. Bella dan Madame Maria di minta menunggu di depan ruangan dengan pintu kembar besar dan tinggi terbuat dari kayu oak tua yang megah. "Bella. Jaga sikapmu." Bella satukan kedua tangannya di depan dengan remasan kegugupan. "Akan aku usahakan, Madame. Kalau panik atau gugup, bicaraku sering tidak terkendali. " kejujuran Bella dimana sering terjadi. Bella akan banyak bertanya atau berbicara panjang dan lebar, bertujuan untuk mengurangi kecemasan tak terkendali dalam dirinya sendiri. Terlebih saat ini yang akan dia temui adalah seorang raja. Bella memang pernah bertemu dengan Umberto, di kala pertama menginjakkan kaki di rumah tersebut, tapi situasinya saat itu tidak baik. Umberto hanya menemui sebentar saja, sebelum akhirnya di bawa ke ruangan kamar pribadinya untuk beristirahat. Saat Bella menatap nanar pada pintu kembar di hadapannya, dapat di rasakan genggaman penuh kehangatan dari wanita di sampingnya. "Jangan ce

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Pelajaran Pertama Untuk Bella

    "Kepala keamanan? Apa dirimu mantan tentara?" Secara spontan, Bella menelusuri penampilan Madame Maria dari ujung kepala sampai ujung kaki. Hal ini Bella lakukan saat memutuskan melepaskan sepatu high heelsnya untuk melemaskan kaki, memijit-mijit sebentar, baru kemudian memakai sepatunya itu kembali. Duduk bersebelahan seperti ini membuat Bella busa melihat dengan jelas tampilan Madame Maria, dan Bellapun merasakan ada yang salah dengan itu semua. Rambut dominan putih dengan tatanan ke belakang membentuk cepol itu membuat kecurigaan Bella semakin besar. "Apa ini jati diri anda sebenarnya?" tanya Bella kemudian. Madame Maria menoleh dan berikan senyuman untuk Bella. "Kamu memang gadis urakan yang norak, tapi untung saja sebenarnya kamu itu pintar!" "Hei, aku tidak norak!" Ketidakterimaan Bella. Dia memang gadis yang berasal dari desa, dandanan juga biasa saja. Bella menyadari itu, tapi sebisa mungkin dengan keterbatasan yang dia milili, tidak membuatnya jadi orang yang terlalu kuno

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Wanita Tua = Kepala Keamanan

    'Aku akan mengirim seseorang untuk melindungimu. Kamu ... ' Itulah bunyi salah satu pesan terakhir dari Hector yang sempat di bacanya. Walaupun Bella hanya melihat dari notifikasinya saja, belum membaca keseluruhan. "Siapa kau?!" Pertanyaan bernada tegas dari salah satu trainer Bella yang ada di dalam ruangan. Pertanyaan sama dalam batin Bella. Ada dugaan kalau orang tersebut kemungkinan besar adalah yang di maksudkan Hector, tapi seorang wanita? Tua, lagi! Iya. Wanita yang baru datang itu berpostur lumayan tinggi untuk ukuran wanita, badannya sedikit tambun, dan umurnya di perkirakan Bella sekitar 60 tahunan. Penampilan lainnya adalah dia berkacamata dengan posisi agak melorot, sehingga mencerminkan kalau merupakan tipe plus atau untuk membaca jarak dekat, sebagian besar rambutnya berwarna putih atau beruban, dan membawa tongkat selain tas jinjing yang di kalungkan di lengan kirinya "Panggil saja aku Madame Maria," jawab wanita yang baru masuk dengan gaya bicara penuh percaya d

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Hilang Konsentrasi

    "Namamu Bella. Orang harus beranggapan kamu bertingkah laku cantik seperti arti dari namamu!" Bella terdiam. Kalau bersuara, apalagi melakukan pembelaan diri akan percuma. Dirinya akan tetap mendapatkan cercaan, bahkan berkesan mencari-cari kesalahannya. "Kami rasa kamu sudah mendapatkan penjelasan awal dari tuan putri." "Iya, saya sudah mendapatkannya," jawab Bella. Sebagai orang biasa, sebenarnya semua ini sangat menyiksa. Baru awal saja, sudah harus hadapi tempaan bahkan tidak pernah dia bayangkan dalam hidupnya selama ini. Tempaan itu di mulai dengan pelatihan attitude dari ketiga trainer tersebut. Hal yang di sebut kebiasaan jadi berbeda sekarang bagi Bella, dari cara duduk, berbicara, menjawab pertanyaan, dan lain sebagainya. Pada awalnya Bella tidak menyangka kalau training yang di maksud adalah tentang protokoler kerajaan, sehingga setengah dari pikirannya sekarang adalah reaksi dari orang-orang terdekatnya. Bukan training yang berhubungan dengan dunia showbiz atau enter

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Training Menjadi Bangsawan

    Sudah pasti yang menelpon itu Hector. Walaupun tak melihat layar ponselnya sendiri secara langsung, tapi Bella teringat akan ucapan Hector untuk menghubunginya setelah beberapa menit kedatangannya di gedung tersebut. "Cepat keluar dari sini!" Victoria memerintah dengan lantang. Ponsel Bella di letakkan di atas meja, kemudian membalikkan arah kursi sehingga kembali ke posisi seperti saat Bella pertama kali masuk. Asap rokok kembali mengepul. Bella hanya bisa menatapnya dalam diam. Setelah keluar bergegas dari ruangan, Bella mencari sang sekretaris yang di maksudkan oleh Victoria. Wanita tadi tidak ada lagi di mejanya, jadi Bella harus mencari lebih jauh. Baru setelah bertanya-tanya ke pegawai lain, barulah dia menemukannya di sebuah ruangan yang tidak jauh dari tempat tadi berada. "Oh, kamu orang yang sudah buat janji dengan nona presdir. Masuklah," ucap sekretaris dari Victoria. Bella masuk ke ruangan yang di maksud. Hal pertama yang dapat di lihatnya adalah sebuah meja panjang

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Victoria Garibaldi

    Perasaan belum adanya cinta, tak membuat Bella berpaling pada pendiriannya. Yang dia tahu sekarang adalah dia mempercayai Hector. Saat ini, kepercayaan itu sudahlah cukup buatnya melangkah lebih jauh. Bella menatap ponsel, pada nama Hector yang tertera di layar di ganti sebagai pemegang kontak VIP. Senyum tipisnya merekah setiap saat mengingat wajah pria gentleman yang pernah di kenal Bella. "Nona. Masuklah." Bella buru-buru memasukkan ponsel ke dalam tas kerjanya. Panggilan untuknya adalah awal untuk memasuki hal baru. Sebuah ruangan terbuka untuknya. Bella merasakan perbedaan dari model seleksi training seperti yang dia tahu, karena dari sejak waktu kedatangan dan sejauh mata memandang, hanya dirinya berada di ruangan tunggu tersebut. Belum ada tanda-tanda kedatangan peserta lain untuk mengikuti seleksi. Bella tertuju pada kursi putar yang masih menghadap ke jendela membelakanginya. "Selamat pagi. Saya Bella Costa, pegawai dari Pak Victor Garibaldi." Bella memperkenal diri, ber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status