Share

Dikira Wanita Murahan

Author: Leon Hart
last update Last Updated: 2025-07-11 10:55:55

Keesokan paginya.

Sinar mentari menyelinap masuk diantara celah kain vitrase putih, membaur membentuk pendar memantul pada lantai keramik bening kamar bergaya eropa kuno nan mewah. Bella tersilau sehingga memaksanya membuka kelambu manik mata hazel brown miliknya.

"Aku ... Dimana?" Kalimat pertama yang sanggup terucap. Tubuhnya terasa menahan beban puluhan ton, begitu sulit membuatnya bergerak. Bella lakukan upaya pertama hanya lewat kedua matanya.

Langit-langit berukiran dengan lampu gantung tanpa nyala jadi pusat gravitasi Bella. Berkedip-kedip demi dapatkan keseimbangan, karena bukan hanya dunia terasa berputar-putar, tapi juga segala macam pikiran bertumpuk berputar-putar membentuk slide-slide kejadian saling tumpah tindih.

"Tidak!" pekikan lemah Bella. Dari kesemuanya, Bella tertuju pada bagian akhir dari usahanya mengingat-ingat. "Pria itu ..." Bibir Bella tercekat, ketika mulai mengingat telah melakukan sesuatu dengan seseorang. "Dia ... Aku ... Kami ..." Bella mengatur napasnya, lalu kumpulkan tenaga untuk tegakkan kepala, lalu perlahan-lahan menggerakkan tubuh agar bisa bertahan dalam posisi duduk.

Mulut Bella menganga. Kain putih yang telah dia singkap telah membukakan kenyataan akan ketakutan mimpi buruk untuk kesekian kalinya.

Tubuh Bella menggigil saat menatap cairan merah di antara paha dan selangkangan. Rasa perih dan nyeri pada singgasana mahkotanya jelas merupakan tanda telah terenggutnya apa yang selama ini dia jaga demi sebuah janji pada sang ibu. Air mata Bella menetes, merutuki kebodohannya sendiri.

Dalam keterpurukan berkali-kalinya ini, Bella kuatkan beringsut dari kasur untuk mencari pakaiannya. Betapa terkejutnya Bella, saat mendapati setelan wanita bermotif floral, serta set pakaian dalam berada di atas sofa tak jauh dari tempat tidur. Bukan hanya itu kemudian dia temukan, tapi berjejer tumpukan uang yang menggambarkan bahwa nilainya lebih dari puluhan ribu euro.

Bukannya senang mendapatkan itu semua, bahkan pakaiannya semalam juga telah menghilang, Bella justru memendam sebuah amarah.

"Apa dia kira aku wanita murahan!"

**

Di tempat lain, yaitu sebuah kamar pada rumah di atas bukit San Marino.

"Neil. Apa gadis itu sudah pergi?"

Suara gemericik teh bunga chamomile di campur jahe dari dalam teko jadi jawaban sementara selanjutnya. Hector menjauh dari jendela, wangi harum minuman hangat itu telah menggodanya. Wajahnya menegang setelah menyeruput setengahnya, lalu di perlihatkan tablet model note dengan tiap gerak gadis yang sempat bersamanya semalam.

"Gadis itu baru saja pergi," jelas Neil. Menjeda sejenak, karena ekspresi Hector saat memperhatikan layar tablet tersebutlah yang membuatnya lebih tertarik. "Anda pria pertama baginya, bukan?"

Hector tersentak. "Bagaimana kamu tahu?" Pertanyaan bernada ketersinggungan.

"Bukankah anda sendiri yang bilang sebelum pulang semalam?"

"Benarkah?"

"Iya. Mungkin karena anda sedang mabuk, jadi tak sepenuhnya sadar sudah banyak cerita sama saya."

Brakk!!

Hector menggebrak meja secara tiba-tiba, membuat Neil hampir saja melompat kaget.

"Siapa yang tahu kejadian semalam, selain kamu?!" Hector melotot bersiap-siap luapkan amarah.

"Tidak ada lagi," jawab Neil tenang. "Anda langsung tidur, jadi kejadian malam itu aman hanya sampai saya."

Hector duduk kembali. Dalam balutan bathrobe, kekusutan menyelimuti wajahnya. Selain efek mabuk semalam, Hector juga alami jetlag meskipun naik pesawat jet pribadi.

"Cepat atau lambat, skandal baru akan jadi headline portal-portal berita online dan offline." Hector memijit-mijit kening. Minuman anti pengar dari Neil baru saja di tenggak setengahnya. "Aku sudah bilang, bubarkan saja sistem monarki, dan buat parlemen jadikan negara ini murni republik," kesal Hector frustasi.

"Apa anda masih belum berniat menduduki tahta, Tuan muda?" Neil beralih berdiri di hadapan Hector.

"Aku lebih senang berbisnis, daripada harus menjadi raja seperti ayah, Neil."

"Ayah anda sudah menua, rakyat banyak yang tidak menghendaki Pangeran Victor atau bahkan Puteri Victoria menjadi penggantinya."

"Karena itu, Neil. Kamu tahu bagaimana selama ini aku tersiksa harus hidup di sini bersama mereka. Hidupku lebih bebas di luar istana. San Marino negara kecil. Lebih dari setengah aset telah kita miliki, dan itu bukan tantangan lagi buatku. Membosankan!" keluh-kesah Hector.

"Lalu kenapa semalam anda minta pulang ke sini? Anda tidak mau bertemu Nona Laura atau berkaitan dengan nona pelayan itu?"

Pertanyaan Neil membuat Hector tersinggung. "Wanita dimana-mana sama saja, Neil. Mereka kira dengan tidur denganku, maka otomatis sudah jadi kekasihku. Kamu tahu aku sudah tidak percaya sama yang namanya cinta, bukan?!" Hector menghabiskan minuman teh herbal tersebut, lalu mengganti bathrobe biru tuanya dengan setelan kemeja putih dan celana bahan warna moccachino. "Setelah selesai ke kapel ibu, siapkan penerbangan kembali ke Milan buat besok pagi," perintahnya.

"Tuan muda. Ayah anda minta bertemu malam ini. Sudah di jadwalkan bahwa anda dan juga saudara tiri kembar anda akan menemui Yang Mulia di sana."

Hector berbalik dengan kesal. Umpatan amarah dia ucapkan lirih. "Sialan. Kenapa harus ketemu dua orang menyebalkan itu, hah! Bilang saja pada ayah, aku masih ada meeting sama keluarga Roschild. Ada pembicaraan bisnis rahasia tanpa perlu protokoler kerajaan." Hector menutup pintu dengan keras, sampai membuat Neil memegang dada setelah sempat berjingkat kaget.

"Pantas saja anda di juluki 'Pangeran pemberontak." Neil geleng-gelengkan kepala. Bukannya meninggalkan kamar Hector, tapi Neil merogoh saku jas lalu mengeluarkan sesuatu. Ia tatap benda berkilau dalam genggamannya itu, lalu berdiri membeku di depan sebuah foto lukisan seorang wanita berwajah cantik, lalu tatapannya berubah sedih. "Seandainya anda masih hidup, putra anda tidak akan bernasib seperti sekarang."

**

Di sebuah kantor jasa pelayanan wardrobe dan keperluan pesta.

"Aku harus bertemu pria bernama Lorenzo itu, Bu Sandra!"

"Kau gila, Bella!" balasan lantang Sandra. "Dia itu pasti dari kalangan keluarga kaya raya. Kalau kamu ingin bertemu sama dia cuma karena mencari tahu kalung usangmu itu, yakinlah kamu akan di usir saat itu juga!" cemoohnya lagi. Alasan yang di utarakan Bella, baginya sungguh tak masuk akal.

"Tolonglah, Bu Sandra. Berikan aku alamat pria itu. Kalung itu sangat berarti buatku," hibah Bella setengah menangis. Ada maksud lain dari Bella selain mencari kalung pemberian ibunya, yaitu ingin bicara baik-baik soal one night stand yang sudah mereka lakukan, dan berharap pria itu tidak menceritakan pada siapapun, selain pengakuan itu suatu hari datang dari dirinya sendiri. Setelah alami pengkhianatan, Bella tidak berniat untuk jatuh cinta lagi.

"Memang penampakannya seperti orang kaya, tapi bagaimana kalau cuma pria biasa, dan pura-pura berdandan seperti pangeram biar dapat keuntungan di pesta itu, Bella?"

"Seperti apa maksudmu?"

"Misalnya berniat mencari gadis kaya, menjadi pacarnya, lalu memanfaatkan dan tidur dengannya."

Bella lesu. Cobaan hidup apa lagi yang harus dia hadapi, pikirnya. Meskipun demikian, Bella tetap pada pendiriannya.

"Kalau memang itu penilaian anda, biarkan saya buktikan sendiri. Apa benar dia seorang pria brengsek dan seorang pencuri ulung."

Sandra berpikir sejenak. Awalnya ragu, tapi kemudian dia menyerah akan sikap tak menyerah Bella. Sandra kemudian mencari-cari sebuah file di dalam laptopnya, lalu mengirimkan satu link ke alamat email Bella.

"Itu nama dan alamat yang dia berikan. Berjanjilah terus kabari aku, oke!"

Senyum Bella merekah. Walaupun bayangan ketidakpastian akan bagaimana sosok pria bernama Lorenzo itu, tapi apapun akan dia lakukan agar kalung pemberian ibunya bisa kembali padanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Pria Arogan

    Brukk!!Kali ini suara bemper depan mobil milik Hector itu menabrak pembatas trotoar dan taman sepanjang jalan. Dalam kondisi mobil masih menyala namun terhenti, Hector keluar lalu memukul keras pada wajah pria yang melecehkan Bella sampai terjerembab ke tanah. Bukanlah hal sulit, dimana postur Hector yang tinggi dan besar ini melawan pria bertubuh junkies."Banci!" umpat Hector pada orang yang sudah tak berdaya setelah mendapat beberapa kali hantamannya. Hector lalu berbalik kembali ke depan kemudi, kemudian membuka pintu di sampingnya sembari beri perintah pada Bella. "Masuk!"Dalam keadaan setengah takut setengah tercengang, Bella raih tasnya dengan cepat lalu masuk ke dalam mobil."Pakai sabuk pengamannya," perintah Hector lagi bersamaan suara alarm pengingat berbunyi.Bella memasang dengan tangan bergetar. "Terima kasih, tuan." Bella berucap sambil berkaca-kaca."Apa kamu selalu ceroboh seperti ini? Begitu mudahnya jadi santapan liar pria, hah?""Saya tidak melakukan apa-apa, tua

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Diserang Pria Tak Dikenal

    "Baiklah." Bella patuh pada tiap langkah pria berpostur tinggi dan besar di hadapannya. Bella tahu kalau Hector melakukan ini semua hanya demi harga diri di depan kakak tirinya, Victor.Keterkejutan Bella berlanjut saat Hector justru membuka pintu mobil pribadinya. Ini berarti mereka akan berdua saja selama perjalanan tanpa seorang sopir.Laju mobilpun bermula tak lama setelah mesin menyala. Suasana dingin dan hening jadi hiasan dalam benda mewah model sedan dan bertenaga besar tersebut."Saya turun bus shelter di ujung jalan bawah sana saja, tuan." Bella menunjuk ke arah depan pada beberapa menit perjalanan mereka."Memang kamu tahu jalan? Jangan asal nunjuk saja!"Bella melirik takut-takut pada Hector. Tidak menyangka seperti pikirannya telah terbaca. "Google map, dan itu mudah." Bella merutuki diri dalam hati. Tentu saja dia tidak tahu-menahu tempat itu, tapi tentu saja dia tidak akan mau menunjukkan kebodohannya itu pada Hector."Benar, kan. Kamu asal bicara.""Saya sempat perhati

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Tiba-Tiba Menjadi Milikmu

    Keesokan harinya.Entah ramuan apa yang telah di campur dengan susu coklat hangatnya semalam., Bella merasakan ngantuk teramat sangat. Silau mata pada mentari pagi. Bella tergagap bangun, memutar bola mata berkeliling."Apa aku masih di rumah Tuan Lorenzo?" Di kedip-kedipkan mata untuk menarik kesadaran. "Nyonya ..." Jantung Bella berdegup, ketika di hadapannya adalah pelayan tua dengan wajah patung hidup. Bagaikan masih tersangkut di mimpi buruk, tapi harus menyadari ini kenyataan."Semua sudah di siapkan. Bangun dan menurut saja!"Bella tarik selimut ketika pelayan tua itu berjalan mendekat, tapi segera menuruni kasur setelah pelayan tua justru membuka lalu melipatnya.Bella menoleh cepat pada manequin yang tadi tertutup korden tempat tidur bergaya eropa itu. "Itu ... Apa ... Apa benar aku akan di nikahkan hari ini?" Pembicaraan semalam dengan keluarga Umberto jadi penarik kesimpulan.Bella berjingkat, pelayan tua sudah berada di belakangnya saat berbalik. Diberikan sebuah bathrobe

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Di Paksa Menikah

    Setelah bertemu dengan Victor, Bella di bawa seorang pelayan wanita ke sebuah kamar. Tentu bukan hal yang di sangka-sangka bagi tamu seperti Bella."Nyonya pelayan," terpaksa Bella mengajukan pertanyaan pada wanita setengah baya dengan wajah judes di hadapannya. "Apa sudah aturan di keluarga ini kalau tamu harus menunggu di dalam kamar?" Bella rapatkan tautan jemari-jemarinya sebagai kebiasaannya bila dalam keadaan gugup."Aku tidak tahu!" jawab pelayan tua itu dingin.Bella memang di jamu dengan baik, tapi apalah semua itu kalau hatinya tak tenang dengan seribu pertanyaan di pikiran. "Boleh aku keluar dan jalan-jalan di taman. Kali saja orang yang ingin aku temui sudah datang.""Tapi Tuan Sul ..."Belum sampai selesai pelayan tua menjelaskan, pintu di ketuk sekali lalu pelayan lain masuk. "Tuan Sulung minta tamu di bawa ke ruang keluarga," ucapnya meneruskan apa yang di perintahkan Victor."Apa itu artinya aku akan bertemu Tuan Lorenzo?" Bella senang. Bukan hanya karena ingin menanya

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Tidak Ada Nama Lorenzo

    Di dalam sebuah rumah bergaya eropa kuno, seorang pria tampan berbicara di ruang kerja."Ayah. Apa Hector tidak akan datang?" tanyanya pada pria berusia 70 tahun di depannya. Dia bernama Umberto, yang kini berbicara dengan putranya Victor."Neil melapor kalau kemungkinan Hector sudah dalam perjalanan.""Maaf, Yang Mulia. Pangeran Hector sudah di bandara. Tidak sampai dua jam di pastikan sampai di sini," koreksi sang pelayan di sampingnya.Victor tersenyum mencibir. "Aku kira anak itu tidak punya nyali buat menghadap ayah.""Kalau menurutmu karena masalahnya dengan putri Agustine, sepertinya itu tidak akan mempengaruhinya.""Sampai kapan ayah membelanya terus? Dia cuma anak manja yang suka bikin masalah. Ini rencana proyek bisnis besar. Mana bisa dia di beri tanggung jawab besar?"Mendengar protesan Victor, dada Umberto mendadak sesak."Yang Mulia. Anda tidak apa-apa? Apa perlu saya panggilkan dokter?" tanya sang pelayan panik.Umberto menolak, tapi lebih meminta hal lain. "Tidak. Ting

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Dikira Wanita Murahan

    Keesokan paginya.Sinar mentari menyelinap masuk diantara celah kain vitrase putih, membaur membentuk pendar memantul pada lantai keramik bening kamar bergaya eropa kuno nan mewah. Bella tersilau sehingga memaksanya membuka kelambu manik mata hazel brown miliknya."Aku ... Dimana?" Kalimat pertama yang sanggup terucap. Tubuhnya terasa menahan beban puluhan ton, begitu sulit membuatnya bergerak. Bella lakukan upaya pertama hanya lewat kedua matanya.Langit-langit berukiran dengan lampu gantung tanpa nyala jadi pusat gravitasi Bella. Berkedip-kedip demi dapatkan keseimbangan, karena bukan hanya dunia terasa berputar-putar, tapi juga segala macam pikiran bertumpuk berputar-putar membentuk slide-slide kejadian saling tumpah tindih."Tidak!" pekikan lemah Bella. Dari kesemuanya, Bella tertuju pada bagian akhir dari usahanya mengingat-ingat. "Pria itu ..." Bibir Bella tercekat, ketika mulai mengingat telah melakukan sesuatu dengan seseorang. "Dia ... Aku ... Kami ..." Bella mengatur napasny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status