
Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri
Talita harus menelan pil pahit ketika suaminya, Reynald, kembali menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya, Celine.
Hubungan keduanya justru di restui mertua dan adik iparnya, sampai membuat berbagai rencana asalkan Talita dan Reynald bercerai.
Sedangkan Reynald yang masih terbelenggu janji rahasia dengan mendiang Ayahnya, Raymond, harus hadapi dilema hati antara memilih cinta pilihan Raymond karena kepentingan bisnis ataukah merajut kenangan yang sempat berselimut luka dengan Celine.
Penindasan secara mental dan sebuah kesalahpahaman terencana pada akhirnya berhasil membuat bertekad meminta berpisah, meskipun dengan konsekuensi bisnis yang hanya dirinya dan Reynald yang tahu.
Namun semesta justru berada di pihak Talita yang sudah merana karena sakit hati dengan terbukanya jati dirinya sebagai cucu terbuang seorang konglomerat, sehingga dia kembali menjadi pribadi baru dengan bantuan dari mantan kekasih Celine, Mario, yang juga berniat membalas dendam pada Reynald tapi berujung jatuh cinta pada Talita.
Bagaimana dengan akhir pernikahan Reynald dan Talita?
Apakah akan benar-benar berakhir atau kembali bersama setelah Reynald menyesali kebodohannya dan ingin kembali menata serpihan keretakan pernikahan mereka demi sebuah janji pada kedua mendiang Ayah mereka dan membesarkan sisa cinta yang masih terpaut di hati?
Dan apakah Talita dengan gampangnya menerima Reynald beserta usaha-usaha penebusan untuk mempertahankan pernikahan ataukah memulai hidup baru dengan Mario?
Read
Chapter: Soal Celine Dan Mario"Dr.Willy?" Talita peras otak untuk mengingat-ingat. Selama ini memang jarang di libatkan dalam segala hal oleh Reynald, Talitapun lebih cenderung memaksa diri untuk jadi introvert. "Iya, Nyonya. Kita orang yang gantikan Profesor Winoto." "Ah iya. Anda yang datang ke rumah sewaktu Reynald sakit malam-malam itu?" "Iya, benar. Tapi waktu itu anda di minta Nyonya Veronica balik ke kamar. Sepertinya anda juga kurang sehat, ya?" "Oh ya, sekarang saya ingat bener. Mungkin karena sekarang anda pake kacamata sama sedikit brewokan, jadi saya baru ngeh." "Iya, tak apa Nyonya. Saya senang anda temani Pak Reynald disini, karena itu yang memang dia butuhkan sekarang." "Sa sa saya menemani Reynald? Maksud anda bagaimana ya, dok?" Talita jelas terlihat bingung, membuat Willy lebih heran lagi. "Anda mau ke apartemen sewaan Pak Reynald di atas, kan? Saya kira nanti suami anda itu bakal segera kasih tahu anda. Saya sendiri nggak bisa lama-lama. Rujukan sudah bisa di lakukan kapanpun dia
Last Updated: 2025-05-27
Chapter: Sontak Mengingat Pesan ReynaldJejak kenangan membaur di pikiran. Tatapan dan senyuman Reynald mendadak menghiasi lensa bening mata Talita. "Merayumu? Itu cuma agar kamu senang atau pembuktian perasaan cinta?" Kepercayaan diri Talita pada kenaikan levelnya. "What?" Mario ungkapkan keheranan. "Tunggu. Apa ini Talita yang aku sudah kenal?" tanyanya. Bukan pada sesungguhnya, tapi kiasan akan sebuah perubahan besar pada Talita. "Maaf. Aku cuma pengen tahu jawabanmu." Mario tarik tangannya dari atas sandaran sofa, lalu menghela napas agar lebih terlihat rileks. "Ck. Sudahi saja. Kesini saja, dan kita bicarakan hal lain saja." Mengalah adalah akhir dari usaha Mario. Talita tersenyum, lalu mendekati sofa. Di raih tangan Mario, untuk di lingkarkan pada pundaknya. Talita beringsut memeluk Mario dengan menyandarkan kepala di dadanya. "Aku selalu pengen lakuin ini. Please, jangan di protes." Dibelai lembut rambut Talita yang sudah berantakan. Tali-tali rambut anak menyembul keluar dari ikatan yang sudah mulai long
Last Updated: 2025-05-25
Chapter: Rayu Aku"Tidak perlu. Kita tinggalkan saja." Talita paham kalau Tim sedikit bingung. Dia sudah mengatakan Reynald adalah temannya, tapi secara dingin akan membiarkannya menunggu antrian keluar bandara. "Baik, Nyonya." Talita tak lagi bergeming. Saat melewati Reynald, dia bersikap acuh dengan tegakkan kepala menatap lurus ke depan. Di kesampingkan belas kasihan atau rasa simpati, karena itulah yang Talita inginkan. Ketidakpedulian Talita berlanjut sampai telah tiba di apartemennya. Pemberitahuan dari Robby tak buat sikap dinginnya berubah. "Tuan Reynald tadi ada di bawah, Nyonya." "Maunya apa, sih tuh orang?!" kekesalan Talita. "Kamu saja yang temui dia balik, dan tanyakan apa maunya." "Tidak, Nyonya. Tuan Reynald cuma berikan ini, lalu pergi." Robby menyerahkan sebuah amplop besar. Talita penasaran akut, tak menunggu sampai Robby pergi sudah di bukanya. Talita kini tak lagi merasakan gugup atau khawatirkan akan kemungkinan hal buruk di berikan padanya. Talita sudah pada level a
Last Updated: 2025-05-22
Chapter: Bersama Denganmu"Ttta ... Tta ... pi ..." "Mau ngomong apa, sih? Nggak perlu bilang makasih, kok." Talita buka mulut, tertutup, kembali membuka, tak tahu harus seperti apa tuk menanggapi. "Apa, sih?!" kesal Talita. Inginnya menanyakan soal keadaan Celine, tapi Talita terlalu sombong sekarang. Tak bisa di pungkiri, setelah statusnya terkuak, Talita merasa harus membangun benteng pertahanan tersendiri. "Tidur saja kalau nggak bisa ngomong. Night night." Reynald menurunkan punggung, mencari posisi pas untuk tidur setelah kursinya juga di arahkan ke belakang. Talita hanya bisa membiarkan yang telah terjadi jadi tanda tanya di kepalanya seperti biasanya. Akan panjang perkara bila harus berargumen atau ungkapkan protes pada Reynald. Suaminya tersebut terlalu cerdas bila memainkan kalimat atau logikanya. Talita membuang muka, kegelapan di temani cahaya pernik dari bintang-bintang di luar jendelalah jadi santapan keterpaksaannya memandang ke luar. Di paksakan memejamkan mata demi bisa berpenamp
Last Updated: 2025-05-16
Chapter: Berganti PasanganMalam lewati tengahnya, bulan bersinar manja mengajak untuk lelap. Seharusnya itu berlaku bagi Talita yang akan menempuh perjalanan jauh, tapi nyatanya tidak. Sampai menjelang waktu penjemputan, Talita masih sulit memejamkan mata. "Kenapa pikiranku nggak bisa jauh-jauh dari Reynald, ya?" gumamnya setelah memutuskan berhenti dari jalur mondar-mandir di dalam kamar. Mewahnya dekorasi dan fasilitas kelas satu di hotel milik keluarga dari ibunya ini masih tidak bisa membuainya untuk tidur. "Aduh, Talita. Kamu bisa jadi gila sendiri kalau begini!" kekesalan pada diri sendiri. Ada rasa penasaran ketika mengingat isi percakapan Reynald dengan seseorang di telpon. "Bagaimana keadaan bayi itu? Apa Celine baik-baik saja, ya?" insting sebagai sesama wanita dan keibuan Talita muncul menjadi gangguan selanjutnya. "Bagaimanapun juga, bayi itu adalah anak Reynald juga." Talita sesumbar sendiri, hingga pada akhirnya harus memaksakan diri menuruti setiap arahan dari Robby yang sudah mengetuk pint
Last Updated: 2025-05-14
Chapter: Termangu HatikuReynald termangu. Tidak, ini bukan sekedar kecurigaan yang telah dapatkan jawabannya saja, tapi fakta bila alur cerita hubungannya dengan Talita nantinya tak akan lagi sama. Reynald kini harus memandang Talita bukan seperti pada dulunya. Talita bukanlah wanita dengan kerapuhan yang kompleks lagi. "Dokumen itu adalah berisi poin-poin kesepakatan yang sama dengan sebelumnya, tapi status dan posisi Nyonya besar sebagai pembedanya. Beliau adalah pimpinan tertinggi di Tanjung, corp, sehingga segala apapun yang berkenaan dengan kerjasama mega proyek kita harus melalui dan atas putusan dari beliau," jelas Wira lagi. Posisi bersandar dengan kedua tangan menyatu dimana sikunya terpaku di kedua lengan single sofa. Wira sedang tunjukkan rasa bangga pada tiap kata penjelasannya. "Saya akan pelajari nanti," tanggapan Reynald. "Sebenarnya tidak masalah, karena hanya ada pergantian soal status dan kedudukan Talita. Saya cuma belum pikirkan perubahan ini bila di hubungkan dengan kepentingan di
Last Updated: 2025-05-12
Chapter: Kejutan Gagal Berbuah ManisPada hari jumat malam seminggu kemudian. Lea berada sendirian di dalam kondominium Vin tanpa pemiliknya. Vin harus terbang ke Italia tanpanya selasa lalu bersama dua teman prianya, karena ada keinginan dari salah satu calon investor untuk segera menandatangani perjanjian kerjasama, selain masa pengalihan dan pengucuran dana warisan dari Anthony juga sedang dalam proses, larena Vin telah selesaikan masalah dengan Helena sesuai amanat ayahnya tersebut, selain telah menikah dan akan memiliki anak. Lea meninggalkan kantor, dan menemui ibunya sebentar, sebelum akhirnya kini di depan deretan koper yang telah siap menemaninya menempuh perjalanan jauh. Morgan belum menjemput totak waktu yang di butuhkan lima belas menit untuk mengulur-ulur waktu sedikit, Lea membuka ponsel di bagian note dan memeriksa lagi. 1. Tiket pesawat ( Aku sudah melakukannya sekaligus mengkonfirmasinya. Dua kali ) 2. Memesan executive lounge bandara ( Juga sudah mengkonfirmasi dua kali ) 3. Berkemas ( Baru se
Last Updated: 2024-06-30
Chapter: Cinta Tanah AirPagi tidak lebih baik. Lea berguling turun dari ranjang pagi-pagi. Seminggu sudah telah berlalu dari kejadian yang penuh dramatis. Matahari bersinar melewati jarak antara dua gorden jendela kaca berukuran lumayan besar di kondominium milik Vin. Lea beralih ke dapur membuat susu coklat hangat. Vin masih tidur, dan kemungkinan tidak akan bangun untuk sejam dua jam ke depan. Lea melirik meja ruang tamu, botol kosong minuman kaleng beraneka macam masih di sana, sebagian adalah beralkohol. Dua teman pria kebangsaan Italia Vin semalam jadi penghisap hampir semuanya. Entah mereka berjalan kaki dari Italia ke Indonesia atau apa. yang pasti di atas meja ruang tamu sana benar-benar kacau dengan berbagai bekas makanan dan minuman berserakan. Mereka bertiga nampaknya sudah tak kuat bahkan untuk membuangnya ke dalam sampah karena sibuk bercanda berlanjut rasa kantuk di sertai setengah mabuk. Lea kemudian meringis membayangkan percakapan yang akan mereka lakukan. Secangkir susu coklat hanga
Last Updated: 2024-06-30
Chapter: Akhir Kejahatan Helena"Natalie?" Lea terkejut. Gadis muda berusia tak jauh dari dirinya itu tampak berpenampilan kusut tidak seperti biasanya, bahkan tidak ada pulasan kosmetik apapun sebagai make up semakin mempercantik diri. "Ngapain dia ke sini? Dia nggak lagi bangun tidur, kan?" pertanyaan canda Lea menatap bergantian antara Vin dan Natalie. Beberapa detik lalu Lea berada agak menjauh dari Vin untuk menghindari berinteraksi dengan Helena, tapi karena kehadiran tak terduga dari Natalie ini, membuatnya mendekati Vin dan berbicara berbisik untuk mencari tahu. Tatapan sembab dari bawah mata yang bengkak, membuat Vin spontan jadi bersikap awas. Di dorong Lea agar lebih mundur dan di posisikan tepat di belakang punggungnya, karena Vin menyadari tatapan Natalie menyorot di sekitar dia berdiri. "Tante Helena!" Mendengar nama ini di sebut dan di ketahui keberadaan posisinya, beberapa baris kerumunan tamu bergerak menyisir memberi jalan buat Natalie agar bisa melihat apa yang akan dia lakukan juga. "Na
Last Updated: 2024-06-30
Chapter: Mengkuliti Kejahatan Helena"Kamu nggak apa-apa, kan Sayang?" Kedua mata Lea terbelalak. Di hadapannya adalah pria tampan mengenakan seragam bodyguard serba hitam berikut kacamata berwarna senada juga. Memang seperti orang lain, tapi sebagai istri yang selalu bersama dari pagi sampai malam, Lea yakin pria penyelamat di hadapannya ini adalah Vin. "Ka kamu ngapain dandan begini?" Lea masih sempatnya bertanya di saat suasana jadi riuh, bahkan terdengar teriakan-teriakan agar ruangan hall segera di amankan. Pria tersebut perlahan membawa Lea bangkit dengan di dudukkan, perut Lea di elus-elus. Kekhawatiran merambat pada bagian tubuh Lea dimana sempat di rasakannya ada gerakan. "Demi anak kita ini. Maaf kalau buatmu kaget, tapi berhasilkan. Dugaanmu benar, keamanan buatmu tidak cukup mengandalkan Morgan saja." "Pak Presdir .... Pak Presdir Vin .... anda tidak apa-apa?!" pekikan berganti terdengar dari pria lain. Dia adalah Sekretaris Li, yang berdiri tak jauh dari keduanya berada. Vin berganti ulurkaj t
Last Updated: 2024-06-30
Chapter: Dia Pembohong!Kasak-kusuk terjadi lebih ramai dari sebelumnya. Ucapan santai Lea jadi pemicu rasa ingin tahu dari tamu undangan yang merupakan para pemegang saham dari perusahaan-perusahaan dari pengelolaan keluarga Dharmawan. Helena kembali berdiri. Berbeda dari aksi sebelumnya, kali ini Helena tampak lebih kusut, wajahnya merah karena amarahnya lebih memuncak. "Ini acara pengambilan voting, bukannya cari panggung buat hal yang nggak ada bukti dan dasarnya apa kayak begini. Kamu jangan sok ya. Kamu itu orang baru. Nggak ngerti apa-apa!" Lea tak menggubris. Seperti apa yang di instruksikan oleh Vin, agar dirinya tetap tenang dalam menanggapi tiap kelakuan Helena, tidak mudah terprovokasi dengan setiap nada tinggi Helena yang berkesan memojokkan. "Slide-slide selanjutnya memang berkesan tidak ada hubungannya dengan acara ini, tapi di sini kami inginkan siapa saja jadi terbuka matanya, tentang siapa yang sebenarnya bersalah dan siapa yang sering di jadikan kambing hitam. Sekali lagi ini semua
Last Updated: 2024-06-29
Chapter: Show TimeDi sebuah hall terletak di dalam hotel bintang lima, tamu undangan sudah mulai memadati tempat acara. Perhelatan yang sebenarnya akan di laksanakan bulan depan itu, nyatanya di majukan secara mendadak dengan alasan karena keperluan mendesak. Acara awal protokoler tengah di laksanakan. Seirang wanita jadi pusat perhatian di saat sesi sambutan sedang di jadikan awal dari pembicaraan mengenai Vin, sang presdir utama. "Kubu pertama yaitu mosi tidak percaya dan minta agar jabatan presdir di copot untuk di berikan pada saya, sudah dapat banyak dukungan meskipun perolehan suara belum di laksanakan, jadi saya harapkan rekan sekalian bisa menentukan pilihan sesuai dengan logika. Perusahaan ini butuh orang-orang berpengaruh kuat. Bukannya hanya mengandalkan cara kepemimpinan yang katanya revolusioner tapi ternyata bangak pihak yang tidak senang." Helena ungkapkan sesuatu dengan kesan menyindir lawan pemilihannya, yaitu Vin. Tepuk tangan bergema setelahnya, bahkan ada yang dengan berdiri,
Last Updated: 2024-06-29

Pengacara Miskin Itu Ternyata Miliarder
Dewa Gundala adalah seorang pengacara muda yang di kenal tanpa rasa takut. Menyadari berasal dari keluarga miskin dengan orang tua berprofesi sebagai penjual gorengan, membuat Dewa semakin berani memutuskan menerima kasus-kasus yang berkaitan dengan kaum lemah.
Pernikahan yang di jodohkan oleh pengusaha yang pernah di tolong Ayahnya, akhirnya kandas setelah sang istri berselingkuh saat dia tinggal mengambil pengalaman magang di salah satu lawfirm di New York.
Alasan klise karena Dewa hanya memiliki orang tua dan cap pengacara miskin, membuatnya sering di hina dan di rendahkan, meskipun berbagai perkara banyak dia menangkan, lewat kegemarannya sebagai Vigilante atau pencari kebenaran secara terselubung bersama sahabatnya yang berprofesi sebagai jaksa penuntut muda.
Di balik tempaan berat ini, takdir berkata lain. Sahabat semasa SMA sekaligus cinta pertama yang tidak pernah terkatakan tiba-tiba hadir kembali. Kehadiran Kirana sebagai putri dari seorang Jenderal polisi telah banyak membantunya, di tambah pertemuannya dengan keluarga kandungnya yang semakin menyibak jati diri Dewa yang bernama asli Daniel Wijaya sebagai ahli waris tunggal keluarga konglomerat yang hilang akhirnya terkuak.
Siapa sebenarnya Dewa? Bagaimana asal-usulnya? Kenapa sampai dia mendapat julukan sebagai Pengacara Bajingan ketika melancarkan aksi balas dendam atas perlakuan musuh-musuh yang telah hancurkan keluarga kandungnya dulu? Dan bagaimana kelanjutan kisah cinta pertama terjeda bersama Kirana? Masihkah mereka terjebak dalam friendzone, ataukah akhirnya bisa bersama?
Read
Chapter: Bodyguard BayanganSetelah Anjasmara datang kembali ke kantor, ia masuk saja ke dalam ruangan Dewa setelah mendapati atasannya itu sedang merapikan penampilan. "Anda mau kemana, Pak?" tanya Anjasmara, penasaran dengan wajah dingin Dewa. Meskipun baru bekerja dengan Dewa, tapi Anjasmara sudah hafal akan sifat dan karakter kepribadian Dewa. "Janji ketemuan sama Pak Pramono baru nanti malam, kan?" "Sekretarisnya baru saja chat aku. Katanya, apa aku bisa datang sekarang juga." "Sekarang? Apa sepenting itu, Pak?" "Sepertinya gertakanku kemarin ada hasilnya, Jay." Dewa berikan seringai sembari memasukkan kancing kemeja bagian tangannya sebagai sentuhan akhir. "Kalau begitu saya temani, Pak." Anjasmara menyahut tas dokumen milik Dewa. "Takutnya nanti terjadi hal-hal yang di inginkan." "Apa maksudmu?" tanya Dewa dengan alis naik satu. "Kali aja Bapak mau di kasih uang, biar saya bantu bawain." Tawa Dewa menggema di ruangan. "Kamu kira aku akan semudah itu terima uang dari dia? Kalau menurutku s
Last Updated: 2024-10-03
Chapter: Dia Harus Jadi Milikku!"Nggak ... Aku tadi mengira Kakak orang yang aku kenal." "Itu berarti kamu melihatku sebelumnya. Emang seberapa persisnya aku sama orang yang kau kira itu?" "Cuma dari belakang miripnya, tapi waktu lihat ke depannya nggak sama ... Nggak mirip ... Maksudku." Mandapati jawaban gelagapan Lalita ini, membuat Dewa tak ingin lagi mengorek lebih jauh. "Oke kalau begitu. Tugasmu sudah selesai. Nggak ada yang perlu di beri catatan." "Kakak belum juga melihat berkeliling tapi sudah bilang semua oke?" "Kenapa kamu memanggilku kakak? Sorry, bagiku agak janggal." "Jadi nggak boleh panggil Kakak?" Kekecewaan terpancar jelas pada wajah Lalita. "Bukan begitu. Hanya saja dari awal kamu sudah memanggilku dengan Kakak. Tidak biasa di telingaku buat orang yang baru kenal." "Oh, maaf kalau lancang. Baiklah, aku panggil Tuan Muda saja." Sebenarnya Dewa merasa lebih tidak nyaman lagi dengan sebutan ini, tetapi karena yang di hadapi adalah seorang wanita yang baru di kenal, jadi dia tanggap
Last Updated: 2024-09-29
Chapter: Apa Aku Mengenalmu?Walaupun konsentrasinya sempat terpecah, tapi pikiran refleks Dewa masih tanggap ketika membalaa usaha pria penyandera itu dengan luruskan satu kakinya sebagai senjata untuk menjatuhkan lawan. Suara debuman keras terdengar. Dewa tak menolak lengah dengan menghimpit tubuh pria yang sudah dijatuhkannya, lalu memlnarik dua tangannya menjadi satu ke belakang dan memegangnya dengan erat. "Jangan membuat keadaan semakin sulit. Tenangkan dirimu, Pak. Kita bicara baik-baik!" kesal Dewa di luapkan dalam nada bicara lantang. Pria itu menangis seperti anak kecil. Dewa kemudian membantunya berdiri dan di tuntun untuk duduk pada salah satu kursi kantor yang masih di tutupi plastik. Para pria petugas keamanan menghampiri segera mengelilingi pria penyandera itu dengan sikap sigap. "Tolong saya, Pak. Kami sekeluarga bingung. Anak kami nggak bersalah. Dia cuma di jebak," ucapnya dalam sesenggukan. "Biarkan kami bawa ke pos buat interogasi, Pak." Salah satu security memaksa dengan menarik ta
Last Updated: 2024-09-27
Chapter: Penyanderaan"MERUNDUK!" Anjasmara dan Rani spontan menuruti perintah Dewa. Tembakan memang tidak terdengar lagi, tapi perasaan was-was jadi bentuk kewaspadaan dua pria yang segera ambil posisi masing-masing di samping Rani. "Busyet!" umpat Anjasmara lirih. "Tadi apaan, Pak?" tanyanya pada Dewa yang sempat berposisi di paling depan. "Aku sempat lihat tadi ada wanita di dalam, terus ada pria bawa senjata sejenis pistol revolver, entah tipe glock ata apa, aku kaget terus langsung merunduk tadi," jelas Dewa lalu berjalan merembet masih dalam posisi jongkok. "Bapak mau kemana?" Anjasmara bergeser melewati Rani, lalu mengikuti Dewa. Dewa tempelkan jari ke bibirnya. Karena belum tahu apa yang terjadi, Dewa tidak mau menciptakan suara. "Siapa di situ?!" tanya seorang pria dalam bentakan. Ketegangan di mulai, terlebih terdengar suara isak tangis dari dekat pria tersebut dan menyebabkan Rani ikut terbawa suasana. "Pak. Saya takut," ujarnya. Dewa memberi kode tangan pada Anjasmara agar tetap
Last Updated: 2024-09-26
Chapter: Baru Saja SampaiDewa termenung dalam dilema. Kalau seandainya keadaan memaksanya untuk membenci Rizal Wijaya, tapi kenapa itu tidak di terima oleh hati nuraninya? "Apa sebenarnya rencanamu?" gumam Dewa dengan kepalan tangan di atas meja. Hiruk-pikuk di sekelilingnya jadi bahan pertimbangan akan keputusan yang harus dia ambil dalam waktu singkat ini. "Harusnya aku bisa menolak. Dokumen kesepakatan itu masih bisa di anggap tidak sah." Dewa berdiri menghampiri jendela dan memastikan ujaran Anjasmara memang benar adanya. Mobil yang di curigai sebagai pengawas itu masih ada di seberang jalan tak jauh dari kantor rukonya ini berada. "Pak. Bagaimana? Apa kita jadi pindah sekarang?" Dewa menoleh sebentar ke Anjasmara, lalu berbicara dengan tatapan ke arah luar. "Apa ada informasi lain lagi yang kamu dapatkan soal Rizal Wijaya?"tanyanya masih penasaran. "Hanya soal sepak terjangnya di bisnis. Banyak yang bersimpati padanya karena di balik kelemahan pada kondisi kakinya setelah kecelakaan itu, tap
Last Updated: 2024-09-25
Chapter: Skandal Di Masa LaluDewa berbalik, sedikit menjauh dari Kirana untuk menghormati Deasy sebagai sesama wanita. "Bicaralah di sini saja. Tidak masalah kalau Kirana tahu." "Tapi ini soal intern perusahaan keluargaku." "Saat ini apa ada hal penting di perusahaan keluargamu selain masalah modal di pasar saham?" "Tak apa, Dewa. Aku ke kamar mandi dulu." Baru saja akan berpamitan, tapi Kirana merasakan genggaman di tangannya. "Kirana keburu mau ke kamar mandi, jadi katakan saja apa yang ingin kamu bicarakan denganku." Dewa bersikap dingin. Bagaimana dia bisa lupa akan kejadian malam dimana kepulangannya dari New York waktu itu. Wanita yang sudah di harapkan akan dia jaga dan jadi pendamping baik suka maupun duka, ternyata nyata-nyata berselingkuh dan sengaja menjatuhkan harga dirinya. Pipi Kirana bersemu merah jambu. Ia yakin Dewa melakukannya bukan semata karena ingin buat benteng akan sakit hatinya pada pengkhianatan Deasy, tapi juga validasi akan statusnya sebagai kekasih Dewa. "Ehmm ... hanya so
Last Updated: 2024-09-24