Share

Dikira Hilang Ingatan

"Meski hilang ingatan, tapi ikatan batin antara Non Bella dan Den Leo sangat kuat," ujar Mbok Minten sembari tersenyum saat aku mengelus rambut anak lelaki berusia 4 tahun yang tengah terlelap di pangkuanku.

"Apakah benar, Mbok pengasuhku sejak kecil?"

"Iya, mbok yang menjaga Non Bella sejak berusia 5 tahun, karena kedua orang tua Non selalu sibuk bekerja. Bahkan ketika menikah, Non Bella meminta pada keluarga ini agar simbok tetap mengurusi semua kebutuhan Non."

"Apakah sekarang kedua orang tuaku masih hidup?"

"Tentu saja, mereka pasti akan senang jika bertemu dengan Non Bella," ujar Mbok Minten.

"Kalau begitu ayo kita temui mereka! Aku ingin bertemu dengan mereka."

Aku sengaja mencari alasan untuk keluar dari rumah ini, lalu setelah itu aku akan kabur saat dalam perjalanan. Memiliki suami kaya raya adalah impianku, tapi suami dan keluarga ini bukanlah milikku, karena aku bukanlah Bella. Jika aku tetap berada di rumah ini, maka kelak aku akan mendapatkan masalah besar ketika Bella yang asli datang. Mungkin aku akan dijebloskan ke dalam penjara karena disangka menipu, meski aku telah berulang kali mengatakan bahwa aku bukanlah Bella. Aku sangat mengerti betul bagaimana sikap orang kaya.

"Lebih baik sekarang Non Bella mandi dulu, besok saja kita menemui orang tua Non," ujar Mbok Minten hingga membuyarkan lamunanku.

"Mbok, ada satu lagi yang ingin kutanyakan."

"Iya, Non, silakan."

"Diantara aku atau Vilia, siapa yang duluan Gio nikahi?"

"Kalian dijodohkan sejak kecil, hingga akhirnya dinikahkan. Namun, beberapa bulan setelah kalian menikah, Mas Gio ketahuan berselingkuh dengan Non Villia hingga hamil, padahal saat itu Non Bella juga hamil, akhirnya keluarga ini terpaksa menikahkan Mas Gio dan Non Villia."

"Setelah mengetahui perselingkuhan Gio, bagaimana reaksiku?"

"Awalnya Non sangat terpukul, tapi karena Non Bella sangat mencintai Mas Gio, Non Bella memutuskan untuk tetap bertahan dan menerima keberadaan Non Villia."

Menurutku, wanita bernama Bella itu sangatlah bucin, bagaimana bisa dia tetap mempertahankan rumah tangganya, padahal suaminya selingkuh.

"Lalu di mana anak Villia, kok aku gak melihat anak lain selain Leo?"

"Dia mengalami keguguran."

"Kasihan sekali."

"Sudahlah, lebih baik sekarang Non Bella mandi dulu."

Aku mengangguk, lalu menidurkan Leo di bantal, setelah itu beranjak dari tempat tidur.

"Semua pakaian ini biar Mbok bereskan aja, ya," ujarnya sembari meraih koperku.

"Em..tapi.."

"Non jangan lagi menggunakan pakaian-pakaian ini, karena pasti Nyonya Clara dan Nyonya besar akan marah. Non pakai saja pakaian Non yang ini," ujarnya sembari membuka lemari pakaian.

Seketika mulutku langsung menganga saat melihat deretan pakaian yang tergantung di lemari. Pakaian-pakaian itu tampak sangat bagus dan mahal. Mungkin tidak apa-apa jika aku mencoba salah satu pakaian itu selama aku berada di rumah ini, karena besok aku akan kabur dari rumah ini.

Saat aku masih termangu menatap deretan pakaian mahal itu, Mbok Minten masuk ke kamar mandi, lalu tidak lama kemudian ia kembali menemuiku.

"Ini handuk kimono punya Non Bella, ayo cepetan mandi, semua peralatan mandi beserta air hangatnya sudah simbok siapkan."

Aku mengangguk, lalu meraih handuk dari tangan Mbok Minten, setelah itu bergegas masuk ke kamar mandi. Setibanya di dalam, aku terpaku menatap kamar mandi yang begitu luas dan mewah, terdapat bath tub berisi air hangat, scrub dan minyak esensial yang pasti akan memanjakan kulitku. Semua ini memang tidak asing bagiku, karena aku sering melihatnya saat menjadi TKW, tapi kali ini aku akan merasakan semua kenyamanan ini, bukan sebagai pembantu yang biasa mencuci kamar mandi hingga kinclong.

Aku langsung membuka pakaian, lalu berendam di dalam bath tub, sepertinya tak masalah jika aku menikmati semua kenyamanan ini sebelum kabur.

Setelah setengah jam berada di kamar mandi, aku bergegas berpakaian. Saat lemari kubuka, tampak deretan pakaian yang tergantung hingga mataku terasa pusing karena semua pakaian itu bagus dan tampak mahal. Aku memutuskan meraih salah satu gaun selutut berwarna biru, lalu segera kukenakan.

Tidak lama kemudian, terdengar pintu diketuk.

"Non Bella sudah ditunggu di ruang makan."

Aku segera membuka pintu setelah menyisir rambut, lalu hendak turun.

"Kok gak dandan, Non?" tanya Mbok Minten.

"Memangnya mau kemana? Kenapa harus dandan segala?"

"Tapi biasanya Non Bella kan selalu menjaga penampilan. Ayo sini simbok bantu Non Bella buat menata rambut dan merias wajah."

Aku hanya menghela napas lalu mengikuti semua yang Mbok Minten ucapkan. Beberapa waktu kemudian tampak Leo terbangun lalu berjalan ke arahku.

"Mama jangan ninggalin aku lagi, ya," ujarnya.

"Enggak, ayo kita makan!" ajakku.

Ia mengangguk lalu pamit untuk ke toilet terlebih dahulu, setelah itu kami semua turun. Setibanya di meja makan, tampak semua orang telah duduk di tempatnya masing-masing. Hanya Opa William yang tersenyum hangat padaku, sementara yang lainnya tampak tak peduli.

"Ayo Bella, kamu pasti suka dengan beef steak with mushroom sauce, ini sengaja dihidangkan buat kamu," ujar Opa William yang langsung menyambutku dengan hangat.

"Villia memang pintar masak, dia bisa menghidangkan masakan apapun, dia memang menantu idaman," ujar Mama Clara.

Tampaknya wanita itu tidak menyukai Bella, biarkan saja, aku sama sekali tak peduli. Aku langsung duduk, lalu menyantap makanan yang dihidangkan.

"Bukan seperti itu cara makan steak, ambil pisau dan garpu, lalu lakukan seperti ini, selain itu dadamu harus tegak, jangan membungkuk seperti itu," ujar Oma Sandra.

Rupanya bukan hanya wanita bernama Clara saja yang tidak menyukai Bella, tapi juga Oma Sandra tampaknya kurang menyukainya. Rumah ini seperti istana, tapi aku seperti sesak napas saat berada di sini.

"Aku ini bukan Bella, usir saja aku dari rumah ini."

"Ayo makan saja, tak perlu pedulikan mereka," ujar Opa William tiba-tiba sembari tersenyum hangat padaku.

Entah mengapa perasaanku terasa nyaman saat mendapat sikap hangat darinya, karena sejak kecil aku selalu kekurangan kasih sayang dari kedua orangtuaku.

"Leo, Sayang, ayo makan, atau mau mama suapin?"

"Aku gak mau makan steak."

"Lalu Leo mau makan apa?"

"Apa aja, tapi jangan steak."

"Leo Sayang, padahal mama Vilia udah capek-capek masak loh buat Leo."

Istri muda Gio tampak terus mencari perhatian pada semua orang.

"Leo Sayang, gimana kalau mama buatkan chiken cordon bleu?" tanyaku.

"Sejak kapan kamu bisa masak? Bahkan membuat telor ceplok saja kamu tak akan bisa," ujar Oma Sandra.

"Buatkan saja jika kamu bisa," ujar Mama Clara dengan nada sinis.

"Jangankan hanya chiken cordon bleu, mau masakan Eropa, Turki, arab atau pun Korea, aku bisa semuanya."

Semua mata langsung menatapku seolah tak mempercayai ucapanku. Bahkan Opa Willim pun tampak tak memercayai apa yang aku ucapkan.

Tanpa banyak bicara aku langsung meminta Mbok Minten untuk mengantarku ke dapur, lalu setelah itu menyiapkan semua bahan yang diperlukan. Saat tengah asyik memasak, tiba-tiba kulihat semua orang masuk dapur, lalu saat aku menoleh, kulihat mulut mereka menganga seolah aku tengah melakukan hal yang amat luar biasa.

Mereka semua tak tahu jika sebelum menjadi TKW di luar negri, aku lama bekerja di restoran dan mempelajari banyak menu masakan luar negri. Lalu saat bekerja di Arab, majikanku sering memintaku untuk memasak menu makanan Western, Turki, Chinese food dan lainnya.

"Lagi caper ya, Non? Sudahlah, Non Bella tidak akan bisa mengalahkan Non Villia," ujar seorang wanita paruh baya yang belum sempat memperkenalkan diri padaku.

"Kamu siapa? Ngeribetin aja, deh."

"Saya Carlota, koki di rumah ini."

"Apa? Carlota?" Seketika aku langsung tertawa saat mengingat seorang pelayan kepo yang kerjaannya tukang nguping di Telenovela Rosalinda.

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status