Share

Salah Paham

Author: Widya Yasmin
last update Last Updated: 2023-09-25 10:00:28

"Non Bella selama ini kemana aja?"

Selama di perjalanan, wanita yang mengaku bernama Mbok Minten itu terus memegangi tanganku sembari terus menanyakan hal yang sama. Sementara aku terus menoleh kanan kiri, memastikan taksi yang kami naiki telah melaju jauh meninggalkan restoran tempat Bu Linda berada.

"Bu atau Mbok, sebenarnya saya bukan Bella, jadi saya mau turun aja di sini."

Setelah menyadari bahwa kami telah melaju sangat jauh, aku memutuskan untuk keluar dari taksi ini.

"Non jangan seperti itu, Non. Kita harus pulang ke rumah keluarga suami Non. Den Leo pasti akan senang dengan kedatangan Non."

"Leo siapa?"

"Anaknya Non Bella."

"Anak?"

"Oalah, sepertinya Non mengalami hilang ingatan," ujarnya sembari menatapku dengan tatapan pilu.

"Em...tapi..."

"Non tenang aja, nanti simbok akan bantu Non Bella untuk mengingat semuanya."

"Tapi saya bukan Bella."

"Kamu itu Bella, nama suami kamu Mas Gio."

Kepalaku pusing saat mendengar ucapan Mbok Minten, mataku seketika berkunang-kunang, lalu semuanya serasa berputar-putar. Maka kuputuskan untuk diam dan mengikutinya. Lalu tidak lama setelah itu, taksi yang kami naiki melaju menuju sebuah gerbang yang menjulang tinggi. Kulihat seorang satpam menghampiri kami.

"Ayo kita turun!" ajak Mbok Minten setelah membayar ongkos taksi tersebut.

"T--tapi.."

"Ayo Non Bella, jangan takut, ini rumah Non juga."

Aku menghela napas, lalu akhirnya turun dari taksi.

"Astaga, Non Bella." Satpam itu tampak terkejut saat melihatku hingga mulutnya tak berhenti menganga.

"Udah, tutup tuh mulut, nanti cicak masuk, loh, bawain tuh koper Non Bella," ujar Mbok Minten hingga membuat satpam tersebut menutup mulutnya yang sejak tadi menganga, lalu segera meraih koper dariku.

Rasanya aku tak bisa lagi menjelaskan pada mereka, bahwa aku ini bukanlah Bella. Maka akhirnya aku terpaksa mengikuti Mbok Minten berjalan menuju sebuah rumah yang besar dan megah. Rumah itu lebih pantas disebut istana, karena tampak sangat besar dan megah.

Setibanya di dalam rumah, aku dipersilakan duduk di sebuah ruangan yang tampaknya ruang tamu, sementara Mbok Minten langsung masuk dan meninggalkanku.

"Bella, akhirnya kamu kembali juga." Seorang lelaki yang rambutnya telah memutih sebagian langsung menyambut hangat kedatanganku.

Sementara di belakang lelaki itu, kulihat seorang wanita paruh baya bersama wanita yang rambutnya telah memutih sebagian. Kedua wanita itu menatapku dengan tatapan dingin, seolah tak menyukai kedatanganku.

"Mamaaaaaaa!" teriak seorang anak lelaki yang tampaknya berusia 4 tahun sembari berlari ke arahku.

Anak lelaki yang wajahnya begitu tampan dan menggemaskan itu langsung memelukku dengan erat lalu menatapku dengan berkaca-kaca.

"Ma, jangan tinggalkan Leo lagi," ujarnya hingga membuatku semakin bingung.

Lalu tidak lama kemudian muncul seorang lelaki tampan bersama seorang wanita yang tampaknya seusia denganku.

"Selamat datang kembali di rumah ini, Bella, aku sangat senang akhirnya kamu pulang." Wanita itu menyambut hangat kedatanganku.

"Sepertinya kalian semua salah orang, saya bukan Bella."

"Saya bertemu dengan Non Bella di terminal, tapi sepertinya dia hilang ingatan," ujar Mbok Minten.

"Bella, saya adalah Opa William, sahabat kakek kamu. Ini Oma Sandra, Mama Clara, lalu itu Gio suamimu." Lelaki yang tampaknya berusia 70 tahun itu mengenalkan semua anggota keluarga ini satu persatu.

"Dia suamiku?" Aku menunjuk lelaki tampan yang sejak tadi menatapku dengan tatapan dingin.

"Iya, dia Gio, apa kamu tidak ingat dengan suamimu sendiri?"

Sejak tadi hanya lelaki yang bernama Opa William saja yang terus berbicara dan menyambutku dengan hangat, sementara yang lainnya hanya diam dengan tatapan dingin.

"Lalu dia siapa?" Aku menoleh ke arah seorang wanita cantik yang sejak tadi berdiri di samping Gio, wanita itu tersenyum hangat ke arahku, tampaknya ia memiliki kedekatan dengan wanita bernama Bella yang kemungkinan wajahnya mirip denganku.

"Bella, aku Vilia, aku istri kedua Gio, apakah kamu lupa padaku?" Ia menggenggam tanganku, lalu tersenyum hangat seolah ia dan Bella memiliki hubungan yang sangat baik.

"Sebenarnya dari mana saja kamu selama ini? Sadarkah kamu jika kepergianmu membuat Leo sempat di rawat di rumah sakit karena demam, ia terus memanggil namamu dan tak mau makan," ucap wanita yang kemungkinan adalah istrinya Opa Wiliam.

"Tapi aku bukan Bella."

"Bella, sepertinya kamu masih capek dan butuh istirahat, Gio bawa istrimu ke kamar," ujar Opa William.

Lelaki yang wajahnya mirip Justin Bieber itu menatapku lama, entah apa ia pikirkan.

"Ayo kita ke kamar," ajaknya sembari meraih tanganku.

"Tapi aku bukan Bella." Aku memghempaskan tangannya.

Tiba-tiba ia menggendong tubuhku hingga membuatku terkejut.

"Lepas!" Aku mencoba berontak dan memukuli dadanya.

Namun, ia tak memerdulikan teriakanku, ia tetap berjalan menaiki tangga sembari menggendong tubuhku, hingga tidak lama kemudian, kami tiba di sebuah kamar yang sangat luas. Kamar ini seukuran kamar majikanku saat manjadi TKW di Arab.

Setibanya di sebuah kamar yang begitu luas, ia menurunkan tubuhku di tempat tidur, lalu kembali menatapku.

"Aku harus pergi dari rumah ini, karena aku bukan Bella."

"Bella, maaf jika selama ini aku memiliki banyak kesalahan padamu, tapi aku mohon jangan lagi pergi dari rumah ini." Ia memelas.

"Bukankah kamu telah memiliki istri muda yang begitu cantik, jadi kamu tak perlu menahanku untuk berada di rumah ini."

"Tapi Leo sangat membutuhkanmu."

Leo, saat mendengar nama itu entah mengapa hatiku terasa bergetar. Wajah lugu anak lelaki berusia 4 tahun yang tadi menyebutku Mama tiba-tiba membuat perasaanku tak karuan. Lalu tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Lelaki berhidung mancung itu langsung berjalan menuju pintu, lalu tidak lama kemudian terdengar suara anak laki-laki yang baru saja mengganggu pikiranku. Ia datang bersama Mbok Minten.

"Mama, Leo kangen banget sama Mama." Ia langsung memghambur ke pelukanku.

"Tapi Mama harus istirahat dulu," ujar Gio sembari membelai lembut rambutnya.

"Gak apa-apa, aku ingin bersama Leo dan Mbok Minten, kamu pergi saja," ujarku.

"Baiklah, aku akan pergi, nanti kalau butuh apapun bilang saja sama Mbok Minten. Kamu pasti tak lupa, kan, pada orang yang telah mengasuhmu dari kecil?" tanyanya sembari melirik wanita paruh baya yang telah membawaku ke rumah ini.

"I..iya." Aku mengangguk.

Setelah itu Gio pergi, sementara Leo langsung berbaring di pahaku.

"Mama jangan lagi meninggalkan Leo, ya."

"Iya, Sayang, mama janji."

Entah mengapa kalimat tersebut meluncur secara spontan dari mulutku, rasanya aku tak bisa menolak permintaannya, meskipun suatu hari aku pasti mendapatkan masalah ketika Bella yang asli kembali ke rumah ini.

"Mbok akan membantu Non Bella untuk mengingat semuanya, kasihan sekali nasibmu, Non, apa yang terjadi padamu hingga kamu lupa dengan semua orang," ucap Mbok Minten sembari menatapku dengan tatapan nanar.

Aku tak menanggapi ucapannya, karena pikiranku terfokus pada sebuah foto sepasang pengantin berukuran besar yang terpajang di dinding kamar ini. Di foto itu tampak Gio bersama seorang wanita yang wajahnya sama persis denganku. Sepertinya dia Bella, pantas saja semua orang menyangka bahwa aku adalah Bella, karena wajah kami sangat mirip bak pinang dibelah dua. Namun, mengapa bisa ada seseorang yang wajahnya bisa sama persis denganku?

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Lelaki Yang Bersama Mama Clara

    Selama dalam perjalanan, Gio hanya terdiam, ekspresi wajahnya sama persis seperti semalam."Apa sejak malam kamu terus termenung karena telah mengetahui sesuatu?" Aku memberanikan diri untuk bertanya."Maksud kamu?""Bagaimana jika pelaku yang sebenarnya adalah mama kamu?""Siapapun pelakunya, dia tetap harus mendapatkan hukuman sesuai dengan perbuatannya. Namun...."Aku melihat ada raut kepedihan saat ia mengatakannya, lalu setelah itu ia kembali fokus menyetir."Namun kenapa, Gio?""Kita harus memiliki bukti yang kuat untuk memastikan bahwa Mama pelakunya.""Tapi kamu bersedia, kan, untuk membantuku menyelidikinya?"Ia mengangguk, tetapi kulihat ada gurat kepedihan di wajahnya.Aku bisa mengerti bagaimana perasaannya jika benar Mama Clara adalah dalang dibalik kematian Bella. Hati Gio pasti akan sangat hancur ketika wanita yang telah melahirkannya dipenjara, terlebih ia telah kehilangan ayahnya ketika ia berusia 5 tahun.Opa William pernah bercerita bahwa kakekku meninggal ketika Be

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Pengakuan Villia Pada Gio

    "Bagaimana caranya kamu tahu kalau aku dibawa ke hutan?" tanyaku pada Gio di dalam mobil setelah sejak tadi ia hanya diam."Tadi kebetulan aku sedang berada di jalan, pulang meeting. Lalu Tiar mengabarkan bahwa kamu diculik, ia shar location juga memberitahukan plat mobil si penculik. Setelah itu aku langsung mengejar sambil menelpon polisi.""Gio, untuk kedua kalinya, aku sangat berterima kasih karena lagi-lagi kamu menyelamatkanku.""Iya." Ia hanya menjawab datar sembari fokus menyetir, aku jadi semakin curiga jika ia menyembunyikan sesuatu dariku.Tidak lama kemudian, kami telah tiba. Setibanya di rumah, tampak Opa William dan semua orang menyambut kedatanganku."Mamaaa!" teriak Leo yang langsung menghambur ke pelukanku sembari berlinang air mata.Aku langsung memeluknya dengan erat, untunglah penculik tadi tidak menyakitinya sedikit pun."Saat Tiar mengatakan bahwa kamu diculik, jujur saja opa sangat khawatir sama kamu." Opa William menatapku nanar sembari sesekali memegangi dadan

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Penyelamat

    Dalam keadaan tubuh terikat dan mulut yang disumpal kain, aku menyandarkan kepala di jok mobil. Seluruh tubuh ini dibanjiri keringat, sementara dadaku terasa berguncang hebat memikirkan apa yang akan terjadi padaku selanjutnya. Kulihat para penjahat itu tertawa riang sembari melajukan mobil yang membawaku entah kemana. Sesekali terdengar obrolan mereka yang membuatku seketika bergidik ngeri."Sebelum kita singkirkan, kita nikmati dulu dia," ujar seorang lelaki berkepala botak yang sejak tadi menatapku penuh nafsu."Tentu saja, hari ini kita akan berpesta." Yang lainnya ikut menyahut, lalu setelah itu mereka kembali tertawa hingga membuat darah di tubuhku seakan berhenti mengalir.Jika harus memilih, aku lebih baik memilih mati daripada harus menjadi budak nafsu mereka. Mobil yang membawaku terus melaju menjauh dari keramaian kota, lalu mataku membelalak saat kulihat deretan pepohonan yang begitu rimbun disertai suara burung dan binatang alam lainnya, pertanda mobil ini memasuki kawasa

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Diculik Lagi

    Setelah jam besuk berakhir, aku segera pulang. Selama di perjalanan, aku masih terus kepikiran ucapan Villia yang mengatakan bahwa pelaku sebenarnya bukanlah dia. Hatiku bertanya-tanya, jika bukan dia, lalu siapa lagi?"Non, sekarang kita kemana?" tanya Pak Jono."Kita ke sekolah Leo aja.""Baik, Non."Setelah itu ia melajukan mobilnya menuju sekolah Leo, lalu tidak lama kemudian, kami telah tiba. Setibanya di sana, kebetulan sudah waktunya jam istirahat. Tampak Tiar sedang menyuapi Leo makan."Hai Sayang." Aku berjalan menghampirinya.Leo menoleh, lalu seketika senyumnya mengembang saat melihatku."Mamaaa!" Leo langsung merentangkan tangannya lalu memelukku."Kok makannya disuapin? Leo kan anak pintar, harusnya makan sendiri." Aku mengelus lembut rambutnya."Oh, iya, kan bentar lagi aku jadi kakak, jadi aku harus makan sendiri." Dahiku mengernyit saat mendengar ucapannya, bisa-bisanya ia begitu ngotot untuk mendapatkan adik, sementara aku dan Gio tidak memiliki hubungan apapun."Sini

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Bukan Villia Pelakunya

    "Leo Sayang. Hari ini mama capek banget. Mama istirahat dulu, ya." Aku mencoba mengalihkan pembicaraan."Tapi Mama bisa, kan, ngasih adik buat aku?" Ia menatapku penuh harap."Itu gak mungkin, Leo. Mama gak mungkin ngasih adik buat Leo."Tiba-tiba ia tertunduk lesu. "Tapi kenapa? Bukankah tadi Papa bilang akan memberikan semua yang aku minta?" Kali ini ia menatap Gio sembari merengut."Papa sih mau aja ngasih Leo adik, cuma mamanya aja yang gak mau." Gio melirik ke arahku sembari memicingkan mata.Mataku membulat mendengar ucapannya, bisa-bisanya ia menjadikan Leo sebagai alasan untuk mendekatiku."Besok kita bahas lagi, ya, sekarang mama capek banget." Aku kembali mengalihkan pembicaraan."Tapi Mama harus janji dulu, akan memberikan adik buat aku.""Oma akan pastikan Mama dan Papa memberi adik baru untuk Leo." Tiba-tiba Mama Clara muncul lalu menyahuti obrolan kami."Horeeeee!" Leo seketika bersorak gembira.Aku menghela napas dengan apa yang dilakukan Gio juga Mama Clara, bisa-bisan

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Gio Semakin Agresif

    "Keluar kalian semua!" teriak para preman berwajah sangar itu sembari bersiap menghantamkan balok ke mobil Gio.Meskipun merasa takut, akhirnya kami semua keluar, karena mereka mengepung setiap penjuru mobil dan bersiap memecahkan kaca mobil."Apa mau kalian?" tanya Gio, ia tampak sangat tenang, tak kulihat sedikit pun rasa takut dalam dirinya, padahal jumlah para preman itu sangatlah banyak."Serahkan Kirana pada kami, maka setelah itu kalian bisa pergi!"Saat mendengar ucapan dari salah satu preman, aku baru sadar jika mereka adalah orang suruhan Juragan Karta."Ngapain kalian mau membawa putri saya? Tak akan saya biarkan kalian melakukannya!" teriak Ayah sembari melindungiku dengan badannya."Kirana itu calon istri juragan kami, apalagi ayahnya masih berhutang pada juragan kami," ujar seorang lelaki berkepala botak.Dahiku mengernyit saat mendengar ucapannya, padahal kini Ratih telah menjadi istrinya sebagai penebus hutang, tetapi mengapa ia masih saja mengincarku.Sementara itu Gi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status