Share

Kabur

Penulis: Widya Yasmin
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-25 09:58:51

Keesokan paginya, saat ketiga adikku sekolah, sementara kedua orang tuaku tengah pergi ke pasar, diam-diam aku meninggalkan rumah dengan membawa koper. Aku tak bisa lagi membiarkan diri ini berada dalam tekanan mereka.

"Mau kemana, Neng Kirana?" tanya Mang Agus, tukang ojek di kampungku.

"Tolong antar saya ke simpang tol, Mang, saya mau pergi ke Jakarta."

"Loh, tapi bukankah kamu akan dinikahkan dengan Juragan Karta?"

Mendengar pertanyaannya seketika bulir bening berjatuhan hingga membasahi pipi. Perasaan pedih ini sulit sekali kusembunyikan, terlebih aku tak memiliki siapapun untuk mengadu.

"Mamang ngerti apa yang kamu rasakan, ayo naik, akan mamang antar ke simpang tol," ujarnya lalu memberikan helm.

Setelah itu Mang Agus membawaku ke jalan yang sepi.

"Kenapa lewat sini, Mang?"

"Biar gak ketemu sama orang tuamu atau Juragan Karta."

Aku mencoba memercayainya, karena setahuku Mang Agus adalah tukang ojek yang baik dan jujur. Namun, air mataku tiba-tiba tak berhenti mengalir, memikirkan bagaimana nasibku selanjutnya.

"Mamang bisa ngerti perasaan Neng, semua orang tahu kalau Neng selalu diperlakukan seperti anak tiri oleh si Herlan dan si Sumiati, jadi tidak salah jika Neng tiba-tiba kabur."

"Iya, Mang, sejak kecil aku selalu melakukan semua yang mereka katakan, tapi tetap saja mereka tak pernah menyayangiku."

"Sebenarnya mamang dan Bi Titin sudah lama merasa kasihan sama kamu, karena mereka sangat keterlaluan padamu, tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa."

"Apakah aku ini anak pungut, Mang? Soalnya mereka tak pernah terlihat menyayangiku."

"Soal itu mamang gak tahu, soalnya waktu pertama kali datang di kampung ini mereka membawamu yang masih bayi."

"Maksudnya bagaimana?"

Belum sempat ia menjawab pertanyaanku, tiba-tiba tampak Juragan Karta bersama anak buahnya. Mang Agus lalu putar arah, lalu mencari jalan lain. Setelah itu ia langsung melajukan motornya dengan kencang, hingga kami tak lagi bisa mengobrol.

Beberapa saat kemudian, kami telah tiba di simpang tol. Saat turun dari motor, kulihat bis jurusan Jakarta tengah melaju ke arahku.

"Neng ada tujuan di Jakarta?" tanya Mang Agus tiba-tiba.

Aku hanya menggeleng dan menunjukkan wajah pilu. Tiba-tiba ia langsung meraih dompetnya, lalu mengeluarkan sebuah kertas.

"Ini alamat si Fitri di Jakarta, Neng Kirana datangi aja alamat itu, soalnya beberapa hari lalu si Fitri bilang di telpon, kalau majikannya lagi nyari pembantu satu lagi."

"Iya, Mang, aku akan kesana aja." Aku meraih kertas bertuliskan alamat majikan anaknya Mang Agus.

"Kalau begitu cepetan naik bis, sebelum kedua orang tuamu menyusul ke sini."

Aku mengangguk, lalu memberikan selembar uang berwarna hijau untuk ongkos ojek.

"Hati-hati ya, Neng," ujarnya sembari membantuku membawakan tas dan mengantarku masuk ke bis.

"Hatur nuhun, Mang."

Ia mengangguk, lalu keluar dari bis dan melambaikan tangan. Aku menghela napas, semoga saja setelah ini aku menemukan kebahagiaan.

Karena perjalanan menuju Jakarta lumayan lama, aku menyandarkan kepala di kursi bis sembari memejamkan mata, kebetulan aku hanya duduk seorang diri, karena kursi sebelahku masih kosong.

"Teh, bangun, Teh, ongkos." Aku terhenyak saat mendengar sebuah suara.

Saat membuka mata, kulihat seorang lelaki berambut gondrong tengah menghitung lembaran uang berwarna ungu.

"Kemana?" tanyanya.

"Terminal Jakarta."

Setelah itu ia menyebutkan ongkos yang harus kubayar. Aku segera merogoh tas kecil untuk mengambil dompet. Namun, wajahku tiba-tiba menegang, saat tak menemukan dompetku du tas tersebut.

"Kenapa?" tanyanya.

"Dompet saya hilang."

Seketika ia langsung mendengus kesal saat mendengar jawabanku, seolah tak mempercayai apa yang aku ucapkan.

"Biar saya yang bayar," ucap seorang wanita dengan riasan tebal yang duduk di sebrang tempat dudukku.

"Masya Allah, terima kasih, Bu."

Ia mengangguk dan tersenyum, lalu pindah ke sebelahku setelah membayarkan ongkos kepada kondektur.

"Perkenalkan saya Rosalinda, panggil saja saya Linda." Ia mengulurkan tangannya.

"Saya Kirana, Bu."

"Kamu mau kemana?" tanyanya.

"Mau nyari kerja ke Jakarta."

"Sudah ada tujuan?"

"Iya, saya mau ke rumah majikan teman saya."

"Kerja apa?" Ia kembali bertanya.

"Jadi pembantu rumah tangga."

"Ngomong-ngomong, kamu sudah menikah?"

"Meski telah berusia 25 tahun, tapi saya belum pernah menikah."

"Kalau pacar?" Ia kembali bertanya.

Dahiku mengernyit saat mendengar pertanyaannya.

"Saya hanya memastikan bahwa tidak ada yang mengganggu konsentrasimu nanti saat bekerja," ujarnya.

"Saya belum pernah pacaran."

Tiba-tiba senyumnya mengembang saat mendengar jawabanku.

"Gadis cantik sepertimu tidak pantas menjadi pembantu, ikutlah dengan saya, maka saya akan naikkan derajat kamu."

"Maksud Ibu?"

"Saya akan menjadikan kamu model."

"T-tapi.."

"Semua keputusan ada di tangan kamu, saya gak akan memaksa. Tapi kalau kamu menjadi model, selain mendapatkan uang yang jauh lebih banyak, kamu juga akan lebih dihargai sebagai manusia."

Aku termenung mendengar ucapan wanita itu, bayangan saat menjadi TKW di luar negri kembali tergambar dalam ingatan. Betapa aku sangat menderita dan sering dipandang sebelah mata saat menjadi seorang pembantu.

"Tapi apakah orang sepertiku bisa menjadi model?"

"Tentu saja bisa, kamu sangat cantik, tinggi, tubuh kamu indah, selain itu kulitmu putih mulus."

Tanpa banyak berpikir lama akhirnya aku menyetujui ucapan wanita itu. Setelah lumayan lama melaju, akhirnya bis yang kami naiki berhenti di terminal Jakarta.

"Ayo kita cari tempat makan dulu!" ajaknya.

Aku mengangguk, lalu mengikutinya. Setelah itu kami memasuki sebuah restoran. Setelah memesan meja, kami dipersilahkan duduk oleh pelayan restoran tersebut.

"Pesan saja apa yang kamu mau," ujar Bu Linda saat pelayan memberikan menu.

"Emm.. tapi saya tidak lapar."

"Kamu pasti merasa canggung, kan, kalau begitu biar saya saja yang pesan."

Setelah itu ia memesan beberapa menu makanan, lalu minta izin untuk ke toilet. Setelah itu aku menunggu sendirian dengan wajah canggung. Baru beberapa menit saja ia pergi, tiba-tiba aku juga merasa ingin ke toilet. Maka kuputuskan untuk menyusulnya.

Setibanya di toilet, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita di ruangan sebelah yang tampaknya tengah menelpon.

"Saya baru sampai di terminal, Bos, barang yang saya bawa sangat bagus, Bos pasti puas, usianya sih 25 tahun, tapi saya jamin kalau dia masih perawan."

Degh! Aku terhenyak saat mendengar obrolan tersebut. Aku sangat yakin bahwa itu adalah suara Bu Linda. Tanpa berlama-lama aku langsung berlari dari toilet lalu mengambil koperku dan bergegas kabur.

Aku berlari terbirit-birit meninggalkan restoran itu, sebelum wanita yang kemungkinan seorang mucikari itu menjualku.

Saat tengah berlari, tiba-tiba aku bertabrakan dengan seorang wanita bertubuh gempal berjilbab lebar yang baru saja keluar dari bis.

"M-maaf, Bu."

"Loh, Non Bella." Ia langsung menatap wajahku dengan wajah terkejut seolah ia telah menemukan seseorang yang telah lama tak ia temui.

"Saya bukan Bella, Bu."

"Non, saya Mbok Minten, masa Non gak kenal?" Ia memelukku dengan erat hingga membuatku bingung.

Meskipun baru pertama kali bertemu, tapi aku yakin dia orang baik. Sepertinya aku harus ikut dengannya agar bisa terlepas dari wanita bernama Rosalinda itu.

"Iya, Mbok, saya Bella, ayo bawa saya pergi!"

"Iya, Mbok akan bawa Non Bella ke rumah mertua Non, mereka pasti sangat senang saat melihat Non."

Apa dia bilang, Mertua? Bagaimana mungkin tiba-tiba aku memiliki mertua, sementara aku belum pernah menikah. Namun, aku harus tetap mengikutinya, sebelum Bu Linda menemukanku. Tidak berapa lama kemudian, wanita yang mengaku bernama Mbok Minten itu menyetop taksi, lalu aku mengikutinya masuk ke taksi tersebut.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Lelaki Yang Bersama Mama Clara

    Selama dalam perjalanan, Gio hanya terdiam, ekspresi wajahnya sama persis seperti semalam."Apa sejak malam kamu terus termenung karena telah mengetahui sesuatu?" Aku memberanikan diri untuk bertanya."Maksud kamu?""Bagaimana jika pelaku yang sebenarnya adalah mama kamu?""Siapapun pelakunya, dia tetap harus mendapatkan hukuman sesuai dengan perbuatannya. Namun...."Aku melihat ada raut kepedihan saat ia mengatakannya, lalu setelah itu ia kembali fokus menyetir."Namun kenapa, Gio?""Kita harus memiliki bukti yang kuat untuk memastikan bahwa Mama pelakunya.""Tapi kamu bersedia, kan, untuk membantuku menyelidikinya?"Ia mengangguk, tetapi kulihat ada gurat kepedihan di wajahnya.Aku bisa mengerti bagaimana perasaannya jika benar Mama Clara adalah dalang dibalik kematian Bella. Hati Gio pasti akan sangat hancur ketika wanita yang telah melahirkannya dipenjara, terlebih ia telah kehilangan ayahnya ketika ia berusia 5 tahun.Opa William pernah bercerita bahwa kakekku meninggal ketika Be

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Pengakuan Villia Pada Gio

    "Bagaimana caranya kamu tahu kalau aku dibawa ke hutan?" tanyaku pada Gio di dalam mobil setelah sejak tadi ia hanya diam."Tadi kebetulan aku sedang berada di jalan, pulang meeting. Lalu Tiar mengabarkan bahwa kamu diculik, ia shar location juga memberitahukan plat mobil si penculik. Setelah itu aku langsung mengejar sambil menelpon polisi.""Gio, untuk kedua kalinya, aku sangat berterima kasih karena lagi-lagi kamu menyelamatkanku.""Iya." Ia hanya menjawab datar sembari fokus menyetir, aku jadi semakin curiga jika ia menyembunyikan sesuatu dariku.Tidak lama kemudian, kami telah tiba. Setibanya di rumah, tampak Opa William dan semua orang menyambut kedatanganku."Mamaaa!" teriak Leo yang langsung menghambur ke pelukanku sembari berlinang air mata.Aku langsung memeluknya dengan erat, untunglah penculik tadi tidak menyakitinya sedikit pun."Saat Tiar mengatakan bahwa kamu diculik, jujur saja opa sangat khawatir sama kamu." Opa William menatapku nanar sembari sesekali memegangi dadan

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Penyelamat

    Dalam keadaan tubuh terikat dan mulut yang disumpal kain, aku menyandarkan kepala di jok mobil. Seluruh tubuh ini dibanjiri keringat, sementara dadaku terasa berguncang hebat memikirkan apa yang akan terjadi padaku selanjutnya. Kulihat para penjahat itu tertawa riang sembari melajukan mobil yang membawaku entah kemana. Sesekali terdengar obrolan mereka yang membuatku seketika bergidik ngeri."Sebelum kita singkirkan, kita nikmati dulu dia," ujar seorang lelaki berkepala botak yang sejak tadi menatapku penuh nafsu."Tentu saja, hari ini kita akan berpesta." Yang lainnya ikut menyahut, lalu setelah itu mereka kembali tertawa hingga membuat darah di tubuhku seakan berhenti mengalir.Jika harus memilih, aku lebih baik memilih mati daripada harus menjadi budak nafsu mereka. Mobil yang membawaku terus melaju menjauh dari keramaian kota, lalu mataku membelalak saat kulihat deretan pepohonan yang begitu rimbun disertai suara burung dan binatang alam lainnya, pertanda mobil ini memasuki kawasa

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Diculik Lagi

    Setelah jam besuk berakhir, aku segera pulang. Selama di perjalanan, aku masih terus kepikiran ucapan Villia yang mengatakan bahwa pelaku sebenarnya bukanlah dia. Hatiku bertanya-tanya, jika bukan dia, lalu siapa lagi?"Non, sekarang kita kemana?" tanya Pak Jono."Kita ke sekolah Leo aja.""Baik, Non."Setelah itu ia melajukan mobilnya menuju sekolah Leo, lalu tidak lama kemudian, kami telah tiba. Setibanya di sana, kebetulan sudah waktunya jam istirahat. Tampak Tiar sedang menyuapi Leo makan."Hai Sayang." Aku berjalan menghampirinya.Leo menoleh, lalu seketika senyumnya mengembang saat melihatku."Mamaaa!" Leo langsung merentangkan tangannya lalu memelukku."Kok makannya disuapin? Leo kan anak pintar, harusnya makan sendiri." Aku mengelus lembut rambutnya."Oh, iya, kan bentar lagi aku jadi kakak, jadi aku harus makan sendiri." Dahiku mengernyit saat mendengar ucapannya, bisa-bisanya ia begitu ngotot untuk mendapatkan adik, sementara aku dan Gio tidak memiliki hubungan apapun."Sini

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Bukan Villia Pelakunya

    "Leo Sayang. Hari ini mama capek banget. Mama istirahat dulu, ya." Aku mencoba mengalihkan pembicaraan."Tapi Mama bisa, kan, ngasih adik buat aku?" Ia menatapku penuh harap."Itu gak mungkin, Leo. Mama gak mungkin ngasih adik buat Leo."Tiba-tiba ia tertunduk lesu. "Tapi kenapa? Bukankah tadi Papa bilang akan memberikan semua yang aku minta?" Kali ini ia menatap Gio sembari merengut."Papa sih mau aja ngasih Leo adik, cuma mamanya aja yang gak mau." Gio melirik ke arahku sembari memicingkan mata.Mataku membulat mendengar ucapannya, bisa-bisanya ia menjadikan Leo sebagai alasan untuk mendekatiku."Besok kita bahas lagi, ya, sekarang mama capek banget." Aku kembali mengalihkan pembicaraan."Tapi Mama harus janji dulu, akan memberikan adik buat aku.""Oma akan pastikan Mama dan Papa memberi adik baru untuk Leo." Tiba-tiba Mama Clara muncul lalu menyahuti obrolan kami."Horeeeee!" Leo seketika bersorak gembira.Aku menghela napas dengan apa yang dilakukan Gio juga Mama Clara, bisa-bisan

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Gio Semakin Agresif

    "Keluar kalian semua!" teriak para preman berwajah sangar itu sembari bersiap menghantamkan balok ke mobil Gio.Meskipun merasa takut, akhirnya kami semua keluar, karena mereka mengepung setiap penjuru mobil dan bersiap memecahkan kaca mobil."Apa mau kalian?" tanya Gio, ia tampak sangat tenang, tak kulihat sedikit pun rasa takut dalam dirinya, padahal jumlah para preman itu sangatlah banyak."Serahkan Kirana pada kami, maka setelah itu kalian bisa pergi!"Saat mendengar ucapan dari salah satu preman, aku baru sadar jika mereka adalah orang suruhan Juragan Karta."Ngapain kalian mau membawa putri saya? Tak akan saya biarkan kalian melakukannya!" teriak Ayah sembari melindungiku dengan badannya."Kirana itu calon istri juragan kami, apalagi ayahnya masih berhutang pada juragan kami," ujar seorang lelaki berkepala botak.Dahiku mengernyit saat mendengar ucapannya, padahal kini Ratih telah menjadi istrinya sebagai penebus hutang, tetapi mengapa ia masih saja mengincarku.Sementara itu Gi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status