Terima kasih. Semoga suka.
Aqeela dan dua temannya sudah berada di tempat yang ditentukan untuk persiapan menyelam. Mereka melakukan pemanasan sebelum masuk ke dalam air.“Nona Aqeela, apa anda memilih free diving?” tanya seorang pria.“Ya,” jawab Aqeela penuh keyakinan.“Apa?” Vio dan Kiara terkejut.“Kami akan menjaga Anda,” ucap pendamping.“Terima kasih.” Aqeela tersenyum.“Qeel. Free diving cukup sulit,” ucao Vio.“Tidak. Itu lebih ringan. Kamu hanya perlu masker dan sirip saja.” Aqeela tertawa.“Baiklah. Kita sudah menentukan pilihan. Nona berdua akan menyelam di laut dangkal saja kan?” tanya pendamping sekaligus pelatih.“Kami akan mencoba bersama dengan Aqeela,” jawab Kiara cepat.“Okay. Kita melakukan pemanasan terlebih dulu. Ikuti saya berlari kecil di pinggir pantai,” ucap pelatih.“Ya.” Kiara sudah membayar petugas pantai untuk menjadi asistennya memegang kamera agar bisa melakukan live di dalam laut.Aqeela dan dua rekannya mengikuti pelatih melakukan pemanasan dengan berlari di pinggir pantai untu
Aqeela menyadari sentuhan pada bibirnya. Dia membuka mata perlahan.“Hm.” Aqeela melihat bayangan yang berlari dan keluar dari jendela.“Anginnya cukup kencang. Rasanya dingin dan terlihat seperti ada yang datang.” Aqeela beranjak dari kasur dan menutup jendela. Dia melihat sekeliling dan tidak mendapatkan ada yang jatuh atau terjun dari kamarnya.“Sepertinya aku bermimpi. Siapa pria itu? Seperti Om Bram, tetapi tidak mungkin.” Aqeela kembali ke tempat tidur. Dia menyentuh bibirnya.“Ciuman itu terasa nyata.” Aqeela menarik selimut dan memejamkan mata.Aqeela bangun lebih awal. Dia mau melihat matahari terbit. Villa miliknya benar-benar berada di tempat yang tepat.“Indah sekali.” Aqeela duduk di teras villa yang menghadap ke arah timur. Dia bisa melihat sunrise yang indah.Wajah putih Aqeela disinari cahaya matahari pagi. Dia tersenyum bahagia. Menikmati waktu yang tenang.“Permisi, Nona.” Pelayan datang mengantarkan sarapan.“Ya.” Aqeela menoleh.“Kami sudah menyajikan sarapan Anda
Bramasta memperhatikan Aqeela yang mengenakan dress putih panjang melewati lutut. Rambutnya tergerai indah. Melambai-lambai tertiup angin. Wajah putih bersih terlihat cantik dengan bibir yang mengukir senyuman lebar penuh kebahagiaan. “Aqeela. Nikmati hari bebas ini untuk kamu sendiri.” Bramasta tersenyum. Pria itu tidak mengalihkan pandangan dari depan laptop. Melihat istri tercinta yang cantik dan menawan. Aqeela dan dua temannya bermain di air. Mereka hanya di tepian pantai dan belum menyelam karena baru hari pertama di pulau maladewa. “Besok, aku akan menyelam. Apa kalian mau ikut?” tanya Aqeela yang duduk di pasir pantai. Kaki dan gaunnya sudah basah. “Aku mau keliling-keliling saja. Tidak bisa menyelam,” jawab Kiara. “Aku snorkeler aja, Qeel. Menikmati keindahan bawah laut dengan mengapung di atas permukaan,” ucap Vio. “Okay. Itu artinya aku sendirian saja.” Aqeela tersenyum. Dia sudah lama ingin menyelam agar bisa masuk ke dalam dan bergerak di antara kehidupan bawah laut
Pesawat mendarat pada pukul setengah empat pagi. Aqeela dan dua temannya masih terlelap di dalam tidur. Pramugari membangunkan mereka. “Nyonya kita sudah sampai.” Pramugari menepuk lengan Aqeela dengan lembut. “Ya.” Aqeela membuka mata dan tersenyum. Dia melihat langit yang masih remang. “Mobil hotel telah menunggu,” ucap pramugari mengambilkan tas Aqeela yang ada di kabin dan membantu membawakan turun dari pesawat. “Pelayanan pesawat benar-benar beda. Mereka bahkan membawakan tas ku.” Aqeela tersenyum. Dia mengikuti pramudari dari belakang. Gadis itu tidak tahu bahwa hanya tas dirinya saja yang dibawakan oleh pramugari. “Kiara. Vio. Kalian sudah di mobil.” Aqeela melihat Vio dan Kiara berada di dalam mobil yang hanya ada dua baris. “Iya. Mobil yang jempul kecil sekali. Kamu dijemput setelah kami,” ucap Kiara. “Apa tidak bisa bertiga?” tanya Aqeela. “Sempit Qeel. Perjalanan kita masih panjang,” jawab Kiara. “Kamu akan lebih nyaman sendirian,” lanjut Kiara. “Atau kam
Mobil berhenti tepat di ujung tangga pesawat yang akan membawa mereka ke luar negeri. Sopir membuka pintu untuk Bramasta dan Aqeela. “Sayang, kita sampai,” bisik Bramasta di telinga Aqeela.“Mm.” Aqeela membuka mata dan melihat Kiara serta Vio sudah menunggu di depan pintu.“Oh. Kenapa Om tidak turun duluan? Pintu hanya ada satu,” ucap Aqeela.“Karena kamu masih tidur.” Bramasta merapikan diri.“Apa kalian bisa menyingkir dari depan pintu?” Bramasta menatap tajam pada Vio dan Kiara.“Maaf.” Vio menarik tangan Kiara menjauh dari depan pintu mobil.Bramasta turun dan mengulurkan tangannya pada Aqeela. Wanita itu tanpa ragu menerima dan bergandengan dengan suaminya.“Terima kasih sudah mengantarkan kami sampai bandara,” ucap Aqeela.“Tentu saja. Selamat liburan.” Bramasta memeluk Aqeela dan mencium dahi istrinya.“Mesra sekali. Siapa bilang Bramasta ini pria dingin?” Kiara menatap Bramasta yang memeluk Aqeela.“Ya.” Aqeela dengan cepat melepaskan pelukan Bramasta. Dia malu dilihat Vio da
“Ah! Om.” Aqeela menutup mulut Bramasta dengan tangannya agar bibir dan lidah pria itu berhenti.“Aqeela. Apa kamu membenciku? Aku melakukan itu untuk mencari pelaku kejahatan yang membahayakan nyawa kamu. Apa kamu tidak tahu bahwa aku hanya mau melindungi kamu, Aqeela.” Bramasta merebahkan tubuhnya di atas Aqeela.“Hah!” Aqeela terkejut karena ditimpa tubuh seksi yang hanya mengenakan handuk.“Jangan marah padaku. Apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan kepercayaan dan cinta kamu, Aqeela,” bisik Bramasta di telinga Aqeela. Dia mencium leher belakang istrinya dengan pelan dan lembut.“Aqeela.” Bramasta memutar posisi dengan membalikkan diri dan Aqeela di atasnya.“Aaah!” Kedua tangan Aqeela menempel di dada Bramasta.“Kenapa kamu diam? Apa masih marah? Apa kamu membenciku, Aqeela?” tanya Bramasta memegang leher Aqeela.“Tidak,” jawab Aqeela.“Aku tidak marah. Aku juga tidak membenci siapa pun,” ucap Aqeela menatap Bramasta.“Dia sadar suaminya memang tampan. Matanya sangat normal.