Home / Romansa / Tiba-tiba, aku bersamamu / Menikahlah Denganku

Share

Menikahlah Denganku

Author: Sellova96
last update Last Updated: 2022-01-05 10:09:54

“Apa otakmu sudah hilang? Bisa-bisanya kau mengatakan kalau aku adalah calon istrimu!” marah Raya ketika mereka sedang berada di perjalanan pulang.

Nafas gadis itu terdengar memburu. Dadanya naik turun menandakan ia tengah emosi. Matanya menatap ke jendela. Ia kesal dengan sikap Edard yang seenaknya. Bagaimana bisa lelaki itu mengatakan kalau ia adalah calon istrinya?

Menjadi istri? Itu bukanlah keinginan Raya. Dalam kamus hidupnya, ia tidak pernah menginginkan status istri. Ia hanya ingin hidup dengan dirinya sendiri. Hidup bebas tanpa ikatan adalah impian Raya sejak dulu. Ia tidak mau membuang waktu berharganya hanya karena urusan percintaan. Ia tidak peduli dengan tanggapan orang lain, yang ia butuhkan adalah kebahagiaan untuk dirinya.

Edard membuang nafas pelan. Mata lelaki itu masih fokus menatap ke jalan. Ia tahu ini kalau Raya kesal padanya. Ia juga menyadari itu. Kalau ia yang berada di posisi Raya, ia pasti juga akan melakukan hal yang sama. Tapi Edard tidak ada pilihan lain.

“Iya, aku tahu aku salah. Maafkan aku,” ujar Edard lirih. Lelaki tidak menatap Raya sedikit pun.

Raya meliriknya sinis, kemudian mencebik bibirnya. Gadis itu membuang nafasnya kasar. “Setelah ini, aku tidak ingin ada urusan apapun lagi denganmu,” tandasnya.

Edard tidak menjawab ucapan Raya. Ia tidak mau membuat gadis itu lebih kesal. Meskipun ia yakin, kalau Raya akan membencinya karena apa yang akan ia lakukan nanti.

Setelah pertemuan tak terduga beberapa hari yang lalu, Edard langsung meminta asistennya untuk mencari tahu tentang gadis itu. Tidak butuh waktu lama, Edard sudah mendapatkan informasi tentang gadis itu.

Raya Devani. Gadis yang diketahui selalu anti berhubungan dengan lelaki kecuali sahabatnya. Gadis yang kuliah di salah satu universitas ternama di kota ini sudah memasuki semester akhir. Kedua orang tuanya sudah meninggal dua tahun yang lalu karena kecelakaan. Saat ini, gadis itu tinggal di rumahnya sendiri sembari menjalankan bisnis restaurant milik keluarganya.

Edard tersenyum miring ketika membaca data milik Raya. Gadis itu cukup menarik. Membuat Edard ingin memiliki gadis itu.

Raya mengernyitkan keningnya ketika mobil milik Edard melewati jalan yang bukan menuju kantor lelaki itu. Mobilnya ada di kantor Edard. Lalu kemana lagi lelaki itu akan membawanya?

“Kemana lagi, sih?!” geram Raya.

Tangan gadis itu mengepal di sisi tubuhnya. Demi apapun ia ingin sekali memberikan bogem mentah ke wajah tampan Edard. Apa lelaki itu tidak peka kalau Raya sudah jengah berada di sekitar lelaki itu? Raya sudah muak berada di dalam situasi yang mana ada Edard di dalamnya. Beberapa hari yang lalu hidupnya masih baik-baik saja. Tidak ada emosi yang merajai hatinya. Tapi setelah mengenal Edard, tampaknya Raya sudah lupa bagaimana rasanya tenang.

“Ke suatu tempat,” ujar Edard kalem. Lelaki itu masih tidak berani melihat Raya yang sudah menatapnya dengan tatapan berapi-api.

“Berhenti!” desis Raya. Ia ingin hilang dari pandangan Edard.

“Tidak,” tolak Edard.

“Berhenti atau aku akan loncat?” ancam Raya dengan serius.

“Loncat saja,” tantang Edard. Lelaki itu yakin kalau Raya hanya menggertaknya saja. Gadis itu pasti tidak akan berani loncat dari mobilnya.

Namun siapa sangka, Raya malah membuka pintu mobil dan belum sempat Edard menghentikan laju mobilnya, gadis itu sudah tersungkur di pinggir jalan. Dengan panik Edard langsung membuka pintu mobilnya dan berlari menghampiri Raya yang tergeletak di pinggir jalan.

Edard langsung mengecek keadaan Raya. Sementara gadis itu tengah meringis kecil. Merasakan sakit yang menyengat dibagian kaki dan sikunya. Terlebih lagi ia mengenakan pakaian kurang bahan. Membuat banyak luka yang tercipta di tubuh mulusnya.

“Apa kau bodoh?!” marah Edard sembari melihat luka Raya yang cukup parah. Terdapat goresan memandang di bagian  kaki dan  sikunya.

Gadis itu menatap tajam ke arah Edard. “Ini semua karena kau yang tidak mau menurutiku!” ketusnya.

Edard mengusap wajahnya frustrasi. Tak bisa berkata-kata dengan tindakan mengejutkan dari Raya. Gadis itu selain keras kepala, rupanya seseorang yang nekat juga.

Pandangan Edard turun ke lutut gadis itu yang berdarah. Tangannya terulur hendak menyentuhnya, namun segera ditepis kasar oleh Raya.

“Jangan sentuh!” ujarnya sembari menjauhkan lututnya dari jangkauan Edard.

“Aku hanya ingin melihatnya, parah atau tidak,” kata Edard.

Raya menatapnya tak percaya membuat Edard geram sendiri. “Aku hanya ingin melihatnya saja,” katanya sekali lagi meyakinkan gadis keras kepala itu.

Raya pun akhirnya membiarkan Edard melihat lukanya. Sesekali ringisan kecil terdengar dari bibirnya. Lukanya tidak terlalu besar tapi perihnya bukan main.

“Ayo aku obati,” ajak Edard sembari mengulurkan tangannya.

Raya menatap tangan Edard yang terulur. Antara ingin menerima atau tidak. Gadis itu terlalu gengsi untuk menerima bantuan dari Edard. Bayangkan saja, ia sudah memaksa keluar dari mobil Edard, lalu sekarang ia masuk lagi ke mobil itu. Betapa malunya Raya saat ini.

Tak sabar dengan respon Raya yang lambat, Edard malah bergerak menggendong tubuh mungil gadis itu. Membuat Raya tersentak karena gerakan Edard yang tiba-tiba.

“Turunkan aku!” pekiknya sembari mukul punggung Edard. Tubuhnya terasa melayang.

Edard tampak mencebik. “Sudah sakit, masih saja keras kepala,” cibirnya.

Edard pun mendudukkan Raya di kursi penumpang kemudian menjalankan mobilnya. Raya membuang muka ke jendela. Bukannya marah, tapi rasa malu lebih mendominasi saat ini. Ia bahkan tak memprotes tentang kemana laju mobil Edard.

Tak lama kemudian, mobil Edard memasuk kawasan rumah elit. Lalu terhenti di sebuah mansion besar berwarna putih. Raya sempat terpesona dengan kemewahan mansion itu. Dari luar saja sudah terlihat megah apalagi dalamnya? Raya yakin ini pasti rumah Edard. Memang Edard bukanlah lelaki biasa.

Edard melepaskan sabuk pengamannya dan keluar mobil. Kemudian ia membukakan pintu untuk Raya. Belum sempat gadis itu melayangkan protesannya, Edard sudah lebih dulu menyela.

“Jadilah gadis penurut, sebentar saja,” ujarnya berhasil membungkam bibir Raya.

Gadis itu bahkan pasrah saat Edard menggendongnya masuk ke dalam mansion itu. Ingat! Kalau bukan karena sakit, Raya juga tidak akan sudi digendong oleh lelaki itu. Lelaki yang bisanya membuat Raya darah tinggi setiap mereka bertemu.

Edard mendudukkan Raya di sofa kemudian meninggalkan gadis itu untuk mencari obat merah. Sementara Raya, gadis itu mengedarkan pandangannya menatap sekeliling. Raya dibuat takjub dengan interior-interior mahal yang berada di rumah ini. Memunculkan pertanyaan seberapa kaya seorang Edard Stollin?

Tapi satu hal yang membuat Raya merasa aneh. Di rumah sebesar ini, terasa sangat sepi. Seperti tidak ada penghuni lain selain Edard. Dimana orang tua lelaki itu?

“Aku tinggal sendiri, orang tuaku ada di rumah mereka.”

Tiba-tiba suara Edard terdengar. Lelaki itu berkata seolah mengerti dengan isi kepala Raya. Raya hanya diam saja, tak mau membalas. Edard datang dengan perban, kapas, serta obat merah. Lalu ia mulai mengobati luka Raya.

Raya meringis pelan. “Bisakah kau menggunakan hati? Ini sakit!” ketusnya karena Edard malah menekan-nekan lukanya.

Edard tertawa pelan. “Maaf.”

Raya tak menanggapinya. Ia hanya fokus pada lukanya yang sedang di obati oleh Edard. Sementara Edard, lelaki itu menatap Raya dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Raya,” panggilnya.

Raya mendongak, alisnya terangkat sebelah seolah bertanya “Ada apa?”

“Menikahlah denganku.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Bertemu Jean

    Sumpah serapah jelas keluar dari bibir Raya apalagi saat mengingat bagaimana dengan gamblangnya, Edard melayangkan satu kecupan manis di bibirnya tanpa permisi.Hei! Bibir Raya yang awalnya masih suci jelas ternodai oleh tindakan Edard yang menurutnya kurang ajar. Ya, jelas saja kurang ajar meskipun mereka sudah menikah, tapi meraka menikah hanya di atas kertas. Tapi kenapa Edard selalu bersikap kalau mereka ini menikah sungguhan? Sangat menyebalkan.Raya tersentak saat merasakan sesuatu yang dingin menyentuh kedua pipinya. Ternyata itu Edard yang baru saja menempelkan sebotol minuman dingin ke pipinya."Ish!" Dengus Raya dengan sebal. Ia mengusap pipinya yang basah karena embun minuman itu.Edard duduk di sebelah Raya yang tampak cemberut. Lelaki itu tertawa pelan melihat ekspresi kesal milik gadis itu. Terlihat sangat menggemaskan. Bahkan Edard baru menyadari kalau istrinya itu menggemaskan.Saat ini mereka tengah duduk di sebuah taman kota. Sore hari yang cukup cerah. Apalagi Raya y

  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Tak Terduga

    "Biar aku yang antar kamu ke kampus."Raya yang sedang menyisir rambutnya itu sontak memalingkan wajahnya menatap Edard yang sudah berdiri di ambang pintu. Kening gadis itu mengernyit, sedikit heran dengan keinginan Edard yang tiba-tiba itu? Tumben sekali, biasanya Edard lebih mengutamakan berangkat pagi ke kantor."Tumben. Kesambet apa kamu? Tapi nggak usah, aku bisa berangkat sendiri," kata Raya lagi.Ia hanya malas saja jika nanti Edard akan merecokinya sepanjang perjalanan. Lelaki itu sangat bawel jika menyangkut dirinya. Membuat Raya risih.Edard melangkah masuk ke kamar sembari bersedekap dada. Menatap Raya dengan pandangan menilik."Kamu mau bertemu dengan lelaki itu, ya? Makanya tidak mau aku antar," tuduh Edard.Yah, bukannya ia berniat menuduh Raya. Hanya saja ia tidak suka melihat Raya berdekatan dengan lelaki kemarin. Bahkan kelihatannya mereka cukup akrab. Siapa lelaki itu? Bukankah kata Davin, Raya tidak suka berdekatan dengan lelaki manapun selain Davin?Raya mendelik m

  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Perkara Boneka

    Alis Raya mengerut dalam kala melihat seorang wanita memeluk Edard dengan mesra. Bahkan wanita itu dengan beraninya mencium Edard di depan Raya. Hei! Apa dia tidak lihat kalau Edard bersama orang lain? Siapa sih wanita itu? Bisa-bisanya bersikap agresif terhadap lelaki yang bukan mukhrimnya. Ditambah lagi Edard sepertinya tidak risih dengan kehadiran wanita itu. Buktinya lelaki itu malah mengulas senyum lebar.Raya menatap sekeliling. Banyak sekali orang yang memperhatikan dirinya dengan tatapan iba. Sial! Ia merasa seperti nyamuk disini. Lebih baik ia pergi saja. Toh, untuk apa melihat kemesraan dua orang yang tak tau malu itu. Buang-buang waktu saja.Raya berniat melangkahkan kakinya meninggalkan Edard. Namun lengannya dicekal oleh Edard. Raya meliriknya sinis."Je, kenalkan ini Raya," ujar Edard sembari merangkul pundak Raya.Raya menggerakkan bahunya risih akan keberadaan tangan Edard. Wanita yang dipanggil "Je" itu menatap Raya dari atas sampai bawah dengan tatapan menilai. Waja

  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Siapa Dia?

    Raya menepuk pipinya berulang kali. Pikirannya masih melayang pada insiden tadi pagi. Bisa-bisanya Edard bersikap tidak senonoh padanya. Sembarangan menciumnya. Tentu saja hal itu membuat Raya kesal. Tapi, selain rasa kesal, perasaan aneh lebih mendominasi dirinya.Bahkan jantungnya seperti bekerja dua kali lebih cepat saat Edard menciumnya. Memang hanya sekilas, tapi tetap saja. Ini adalah yang pertama bagi Raya. Wajar jika Raya merasa aneh.Ditambah lagi dengan panggilan "sayang" yang lelaki itu sematkan. Sial! Kesambet apa dia sampai berubah jadi semanis itu. Ingin membuat Raya jatuh cinta? Tidak semudah itu. Apalagi hanya dengan ucapan manis, Raya sudah sering mendapatkan itu dari Sam yang sangat menyukainya.Perkara kejadian itu, Raya memutuskan untuk mengurung diri di kamar daripada harus bertemu dengan Edard. Berhubung ini hari libur, sudah pasti lelaki itu ada di rumah. Untung saja Emily sedang pergi bersama teman-temannya. Jadi ia tidak perlu berakting menjadi istri Edard se

  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Morning Kiss

    Kicauan burung kian terdengar bersahutan. Mengusik tidur tenang gadis yang masih setia di bawah gulungan selimut. Sinar mentari pun sudah naik. Menerobos masuk melalui kaca jendela.Gadis itu melenguh pelan. Tangannya terentang, meregangkan otot-otot. Selimut itupun tersibak, menampakkan gadis yang tengah mengusap kedua wajahnya.Gadis itu beranjak duduk dan menilik jam yang ada di nakasnya. Waktu menunjukkan pukul 7 pagi. Beruntung ini hari minggu, ia tidak perlu berangkat kuliah.Raya, gadis itupun bergegas turun dari ranjangnya dan berjalan menuju walk in closet. Berniat untuk mencuci mukanya.Tiba-tiba ia teringat akan sesuatu. Pikirannya langsung tertuju pada Edard. Semalam ia mengunci kamarnya, sudah pasti lelaki itu tidak bisa masuk. Lantas dimana lelaki itu tidur?Raya menggelengkan kepalanya. Untuk apa ia memikirkan Edard? Masalah lelaki itu tidur dimana saja bukanlah urusannya. Toh, rumahnya ini memiliki banyak kamar. Jadi tidak perlu berlebihan.Meskipun jika Emily melihatn

  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Ketahuan

    Kedua netra yang bertabrakan itu saling memutuskan kontak. Raya melengos begitu saja dan masuk ke dalam tanpa peduli dengan Edard yang terus memperhatikannya. Biar saja, demi apapun Raya membenci Edard yang egois seperti ini. Sudah memiliki kesepakatan namun dengan seenak jidatnya Edard mengubah kesepakatan itu. Ia pikir Raya akan setuju? Cih!Raya berjalan menuju kamarnya lalu mengunci pintu. Terserah bagaimana nanti Edard menjelaskan pada Emily perihal mereka yang tidak tidur satu kamar. Salah siapa mencari masalah dengan Raya.Sementara itu, Edard yang kini tengah berbaring di sofa ruang keluarga tampak termenung. Pandangannya menatap lurus ke plafon di atasnya. Memikirkan tindakannya barusan. Apa ia salah mengatakan itu pada Raya? Atau mungkin, apa ini terlalu cepat sehingga Raya belum siap menerimanya?"Sedang apa, Ed?" Edard tersentak kaget ketika mendapati Emily berjalan ke arahnya. Lelaki itu menilik jam yang tergantung di dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Edar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status