Share

Sebatas Formalitas

Penulis: Sellova96
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-12 16:00:38

Raya berjalan menyusuri koridor gedung fakultas hukum. Kedua tangannya mendekap tumpukan buku tebal. Wajahnya terlihat kusut. Bibirnya tak henti menggerutu. Hari ini mood-nya benar-benar buruk. Bagaimana ia tidak kesal? Tadi ketika ia baru berangkat, tiba-tiba ia diserbu oleh banyak gadis terutama oleh Scarlett and the gank.

Awalnya ia bingung apa yang membuat mereka menyerbunya, namun ketika Scarlett menyebut nama Edard, Raya jadi mengerti apa permasalahannya. Terlebih lagi dengan berita yang menyebutkan kalau Raya akan menikah dengan Edard yang beredar di berbagai acara gosip dan berita di media sosial.

Tentu saja hal itu memicu berbagai argument. Apa lagi Scarlett. Gadis itu bahkan menyindir Raya kalau selama ini Raya tidak mau berhubungan dengan lelaki lain karena tidak memenuhi kriterianya. Jadi ketika Edard mendekatinya dan mengajak menikah, Raya langsung menerima karena menurut Scarlett, siapa sih yang bisa menolak pesona seorang Edard Stollin? Ada! Itu Raya menolak, buktinya.

“Menyebalkan!” ketusnya.

“Wah… calon nyonya Stollin kenapa wajahmu seperti itu?” ujar Sam, salah satu pentolan di kampus Raya.

Rambutnya yang gondrong selalu ia ikat, di tambah dengan tato di lengan lelaki itu menambah aura brandal. Namun Sam bukan juga orang yang suka ikut campur dengan urusan orang lain. Tapi hal itu tidak berlaku untuk Raya.

“Berisik!” hardik Raya sembari melayangkan tatapan tajam ke arah Sam. Gadis itu tidak suka dengan Sam yang kerap kali mengganggunya.

Sam menyunggingkan senyum sinis. Gadis yang selama ini disukainya, yang selalu mengatakan tidak ingin menjalin hubungan dengan lelaki, nyatanya sebentar lagi akan menjadi istri seorang pengusaha kaya.

Sam berdecih. “Munafik,” ujarnya tajam.

Membuat Raya meradang mendengar itu. “Apa maksudmu?!”

“Kau bilang tidak ingin menjalin hubungan dengan lelaki karena terlalu merepotkan. Tapi nyatanya kau malah mau menikah. Bukankah itu definisi dari munafik? Ah, aku tau. Kau pasti hanya mengincar hartanya saja, kan?” kata Sam sembari menunjukkan smirknya.

“Tutup mulutmu!” bentak Raya namun Sam malah tertawa meledeknya.

Emosi Raya semakin naik ke ubun-ubun. Sam, salah satu lelaki di kampusnya yang juga menyukainya sejak pertama ia masuk ke sini. Lelaki dengan tampang brandal itu selalu mengejarnya namun Raya tidak pernah merespon itu.

Dan sekarang, lelaki itu menganggunya dengan berita pernikahan yang dibuat Edard. Edard, lelaki itu benar-benar menguji kesabaran Raya. Awas saja kalau nanti ia bertemu dengan lelaki itu. Akan ia habisi sampai habis bahkan tak tersisa.

Sam masih setia berada di depan Raya. Menampilkan wajah menyebalkan yang membuat Raya ingin meninju wajah itu. Apa lelaki itu tidak ada kesibukan lain sampai harus mengganggunya?

Sam berjalan mendekat ke arah Raya. Tangan lelaki itu terangkat lalu mendarat di bahu Raya. Raya menepisnya namun Sam kembali merangkul gadis itu.

“Lepas!” desis Raya tajam. Matanya melotot ke arah Sam namun malah ditanggapi kekehan ringan oleh lelaki itu.

“Beri aku waktu untuk seperti ini sebelum kau menjadi istri orang, Ray.” Sam berujar sembari tersenyum lebar.

Raya merotasikan bola matanya. Sebal dengan sikap Sam yang seenaknya itu. Lalu dengan kasar, Raya menepis lengan lelaki itu sampai membuat Sam mengaduh sakit. Kemudian Raya menatap Sam dengan tatapan penuh amarah.

“Jauh-jauh dariku!” pekiknya.

“Raya?”

Sontak Raya mengalihkan pandangannya ketika ada suara yang memanggil namanya itu. Matanya membuat sempurna dengan mulut yang terbuka lebar.

***

“Berhenti menggangguku, Ed!”

“Bagaimana bisa aku berhenti mengganggumu? Kau adalah calon istriku.”

Raya langsung membalikkan badannya setelah mendengar ungkapan yang sangat tidak masuk akal baginya itu. Calon istri, katanya? Hei! Mereka bahkan tidak saling mengenal lalu dengan mudahnya Edard mengatakan kalau Raya adalah calon istrinya? Lelaki kurang waras! Batin Raya berteriak.

“Kau dengar baik-baik. Aku bukan calon istrimu!” ujar Raya dengan penuh penekanan di setiap suku katanya.

Kemudian gadis itu melanjutkan langkahnya lagi menuju halte bus. Sial! Tau begini mending ia bawa mobil saja tadi. Bukannya malah naik taksi. Jujur, Raya sangat kaget saat mendapati Edard dengan percaya dirinya datang ke kampus Raya dengan alasan ingin menjemput gadis itu.

Tentu saja hal itu memicu kehebohan di kampusnya. Mereka bahkan berbondong-bondong mendekati Edard bahkan ada juga yang meminta foto. Sudah seperti artis saja lelaki itu. Raya mengibaskan rambutnya. Seolah tengah meruntuhkan pikiran tentang Edard. Tidak penting juga baginya.

Tapi bukan Edard namanya kalau menyerah begitu saja. Lelaki itu bahkan ikut berjalan kaki menuju halte. Membuat Raya semakin risih karena kehadirannya. Raya duduk di kursi yang ada di sana. Pandangannya teralih menatap jalanan. Ia tak lagi peduli dengan Edard yang kini bahkan sudah duduk di sebelahnya. Ia terlalu lelah untuk berbicara dengan lelaki bebal seperti Edard.

“Kau sudah berjanji akan membantuku, Ray.” Edard tampak berujar dengan lirih.

Raya menajamkan pandangannya menatap Edard. “Tapi bukan untuk menikah,” tekannya.

“Seharusnya pernikahanku dilaksanakan hari ini. Namun terpaksa harus ku undur karena kekasihku berkhianat. Aku harus segera mencari penggantinya, Ray.”

“Apa hubungannya denganku? Kau tau? Sebelum aku mengenalmu, hidupku jauh lebih tenang. Tapi sejak mengenalmu, kau selalu membawa aura negatif untukku. Sebaiknya kau menjauh, aku tidak suka dekat denganmu,” ujar Raya membuat sudut hati Edard seperti tercabik. Untuk pertama kalinya ada gadis yang mengatakan tidak suka dekat dengannya.

“Aku butuh pengantin pengganti,” ujar Edard lagi.

“Ya kau cari saja. Akan ada banyak wanita yang mengantri untuk jadi istrimu. Dan yang paling penting aku bukan salah satu dari mereka.”

“Tidak semudah itu, Raya. Semuanya sudah aku siapkan tidak mungkin ku batalkan begitu saja. Ku mohon bantulah aku,” ucap Edard dengan wajah yang begitu sendu.

Satu hal yang terlintas di otaknya adalah bagaimana jika nanti keluarganya tahu kalau ia gagal menikah? Apa kata mereka? Namun ia juga merasa bersyukur, karena sejak berhubungan Lora, keluarganya tidak pernah tahu bagaimana wajah Lora. Mereka bahkan belum pernah bertemu karena orang tua Edard menetap di Kanada. Dan lagi pula, Edard juga sudah membayar seluruh channel televisi yang menayangkan berita tentang dirinya yang selingkuh. Jadi bisa dijamin kalau berita itu tidak sampai ke telinga orang tuanya.

“Ini bukan urusanku. Jadi kau urus saja urusanmu sendiri,” ujar Raya kemudian berdiri.

Gadis itu sudah bersiap untuk melangkah, meninggalkan Edard yang masih setia duduk di sana. Tatapan lelaki itu terlihat redup.

“Hanya kau yang bisa ku percaya saat ini, Ray.”

Raya mengernyit bingung mendengar ucapan itu. Gadis itu membalikkan badannya menatap Edard. “Maksudmu?”

“Menikahlah denganku hanya sebagai bentuk formalitas. Setelah itu kau bebas melakukan apapun. Segala kebutuhanmu, akan aku jamin. Kau sejutu?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Bertemu Jean

    Sumpah serapah jelas keluar dari bibir Raya apalagi saat mengingat bagaimana dengan gamblangnya, Edard melayangkan satu kecupan manis di bibirnya tanpa permisi.Hei! Bibir Raya yang awalnya masih suci jelas ternodai oleh tindakan Edard yang menurutnya kurang ajar. Ya, jelas saja kurang ajar meskipun mereka sudah menikah, tapi meraka menikah hanya di atas kertas. Tapi kenapa Edard selalu bersikap kalau mereka ini menikah sungguhan? Sangat menyebalkan.Raya tersentak saat merasakan sesuatu yang dingin menyentuh kedua pipinya. Ternyata itu Edard yang baru saja menempelkan sebotol minuman dingin ke pipinya."Ish!" Dengus Raya dengan sebal. Ia mengusap pipinya yang basah karena embun minuman itu.Edard duduk di sebelah Raya yang tampak cemberut. Lelaki itu tertawa pelan melihat ekspresi kesal milik gadis itu. Terlihat sangat menggemaskan. Bahkan Edard baru menyadari kalau istrinya itu menggemaskan.Saat ini mereka tengah duduk di sebuah taman kota. Sore hari yang cukup cerah. Apalagi Raya y

  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Tak Terduga

    "Biar aku yang antar kamu ke kampus."Raya yang sedang menyisir rambutnya itu sontak memalingkan wajahnya menatap Edard yang sudah berdiri di ambang pintu. Kening gadis itu mengernyit, sedikit heran dengan keinginan Edard yang tiba-tiba itu? Tumben sekali, biasanya Edard lebih mengutamakan berangkat pagi ke kantor."Tumben. Kesambet apa kamu? Tapi nggak usah, aku bisa berangkat sendiri," kata Raya lagi.Ia hanya malas saja jika nanti Edard akan merecokinya sepanjang perjalanan. Lelaki itu sangat bawel jika menyangkut dirinya. Membuat Raya risih.Edard melangkah masuk ke kamar sembari bersedekap dada. Menatap Raya dengan pandangan menilik."Kamu mau bertemu dengan lelaki itu, ya? Makanya tidak mau aku antar," tuduh Edard.Yah, bukannya ia berniat menuduh Raya. Hanya saja ia tidak suka melihat Raya berdekatan dengan lelaki kemarin. Bahkan kelihatannya mereka cukup akrab. Siapa lelaki itu? Bukankah kata Davin, Raya tidak suka berdekatan dengan lelaki manapun selain Davin?Raya mendelik m

  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Perkara Boneka

    Alis Raya mengerut dalam kala melihat seorang wanita memeluk Edard dengan mesra. Bahkan wanita itu dengan beraninya mencium Edard di depan Raya. Hei! Apa dia tidak lihat kalau Edard bersama orang lain? Siapa sih wanita itu? Bisa-bisanya bersikap agresif terhadap lelaki yang bukan mukhrimnya. Ditambah lagi Edard sepertinya tidak risih dengan kehadiran wanita itu. Buktinya lelaki itu malah mengulas senyum lebar.Raya menatap sekeliling. Banyak sekali orang yang memperhatikan dirinya dengan tatapan iba. Sial! Ia merasa seperti nyamuk disini. Lebih baik ia pergi saja. Toh, untuk apa melihat kemesraan dua orang yang tak tau malu itu. Buang-buang waktu saja.Raya berniat melangkahkan kakinya meninggalkan Edard. Namun lengannya dicekal oleh Edard. Raya meliriknya sinis."Je, kenalkan ini Raya," ujar Edard sembari merangkul pundak Raya.Raya menggerakkan bahunya risih akan keberadaan tangan Edard. Wanita yang dipanggil "Je" itu menatap Raya dari atas sampai bawah dengan tatapan menilai. Waja

  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Siapa Dia?

    Raya menepuk pipinya berulang kali. Pikirannya masih melayang pada insiden tadi pagi. Bisa-bisanya Edard bersikap tidak senonoh padanya. Sembarangan menciumnya. Tentu saja hal itu membuat Raya kesal. Tapi, selain rasa kesal, perasaan aneh lebih mendominasi dirinya.Bahkan jantungnya seperti bekerja dua kali lebih cepat saat Edard menciumnya. Memang hanya sekilas, tapi tetap saja. Ini adalah yang pertama bagi Raya. Wajar jika Raya merasa aneh.Ditambah lagi dengan panggilan "sayang" yang lelaki itu sematkan. Sial! Kesambet apa dia sampai berubah jadi semanis itu. Ingin membuat Raya jatuh cinta? Tidak semudah itu. Apalagi hanya dengan ucapan manis, Raya sudah sering mendapatkan itu dari Sam yang sangat menyukainya.Perkara kejadian itu, Raya memutuskan untuk mengurung diri di kamar daripada harus bertemu dengan Edard. Berhubung ini hari libur, sudah pasti lelaki itu ada di rumah. Untung saja Emily sedang pergi bersama teman-temannya. Jadi ia tidak perlu berakting menjadi istri Edard se

  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Morning Kiss

    Kicauan burung kian terdengar bersahutan. Mengusik tidur tenang gadis yang masih setia di bawah gulungan selimut. Sinar mentari pun sudah naik. Menerobos masuk melalui kaca jendela.Gadis itu melenguh pelan. Tangannya terentang, meregangkan otot-otot. Selimut itupun tersibak, menampakkan gadis yang tengah mengusap kedua wajahnya.Gadis itu beranjak duduk dan menilik jam yang ada di nakasnya. Waktu menunjukkan pukul 7 pagi. Beruntung ini hari minggu, ia tidak perlu berangkat kuliah.Raya, gadis itupun bergegas turun dari ranjangnya dan berjalan menuju walk in closet. Berniat untuk mencuci mukanya.Tiba-tiba ia teringat akan sesuatu. Pikirannya langsung tertuju pada Edard. Semalam ia mengunci kamarnya, sudah pasti lelaki itu tidak bisa masuk. Lantas dimana lelaki itu tidur?Raya menggelengkan kepalanya. Untuk apa ia memikirkan Edard? Masalah lelaki itu tidur dimana saja bukanlah urusannya. Toh, rumahnya ini memiliki banyak kamar. Jadi tidak perlu berlebihan.Meskipun jika Emily melihatn

  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Ketahuan

    Kedua netra yang bertabrakan itu saling memutuskan kontak. Raya melengos begitu saja dan masuk ke dalam tanpa peduli dengan Edard yang terus memperhatikannya. Biar saja, demi apapun Raya membenci Edard yang egois seperti ini. Sudah memiliki kesepakatan namun dengan seenak jidatnya Edard mengubah kesepakatan itu. Ia pikir Raya akan setuju? Cih!Raya berjalan menuju kamarnya lalu mengunci pintu. Terserah bagaimana nanti Edard menjelaskan pada Emily perihal mereka yang tidak tidur satu kamar. Salah siapa mencari masalah dengan Raya.Sementara itu, Edard yang kini tengah berbaring di sofa ruang keluarga tampak termenung. Pandangannya menatap lurus ke plafon di atasnya. Memikirkan tindakannya barusan. Apa ia salah mengatakan itu pada Raya? Atau mungkin, apa ini terlalu cepat sehingga Raya belum siap menerimanya?"Sedang apa, Ed?" Edard tersentak kaget ketika mendapati Emily berjalan ke arahnya. Lelaki itu menilik jam yang tergantung di dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Edar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status