Share

Sebatas Formalitas

Raya berjalan menyusuri koridor gedung fakultas hukum. Kedua tangannya mendekap tumpukan buku tebal. Wajahnya terlihat kusut. Bibirnya tak henti menggerutu. Hari ini mood-nya benar-benar buruk. Bagaimana ia tidak kesal? Tadi ketika ia baru berangkat, tiba-tiba ia diserbu oleh banyak gadis terutama oleh Scarlett and the gank.

Awalnya ia bingung apa yang membuat mereka menyerbunya, namun ketika Scarlett menyebut nama Edard, Raya jadi mengerti apa permasalahannya. Terlebih lagi dengan berita yang menyebutkan kalau Raya akan menikah dengan Edard yang beredar di berbagai acara gosip dan berita di media sosial.

Tentu saja hal itu memicu berbagai argument. Apa lagi Scarlett. Gadis itu bahkan menyindir Raya kalau selama ini Raya tidak mau berhubungan dengan lelaki lain karena tidak memenuhi kriterianya. Jadi ketika Edard mendekatinya dan mengajak menikah, Raya langsung menerima karena menurut Scarlett, siapa sih yang bisa menolak pesona seorang Edard Stollin? Ada! Itu Raya menolak, buktinya.

“Menyebalkan!” ketusnya.

“Wah… calon nyonya Stollin kenapa wajahmu seperti itu?” ujar Sam, salah satu pentolan di kampus Raya.

Rambutnya yang gondrong selalu ia ikat, di tambah dengan tato di lengan lelaki itu menambah aura brandal. Namun Sam bukan juga orang yang suka ikut campur dengan urusan orang lain. Tapi hal itu tidak berlaku untuk Raya.

“Berisik!” hardik Raya sembari melayangkan tatapan tajam ke arah Sam. Gadis itu tidak suka dengan Sam yang kerap kali mengganggunya.

Sam menyunggingkan senyum sinis. Gadis yang selama ini disukainya, yang selalu mengatakan tidak ingin menjalin hubungan dengan lelaki, nyatanya sebentar lagi akan menjadi istri seorang pengusaha kaya.

Sam berdecih. “Munafik,” ujarnya tajam.

Membuat Raya meradang mendengar itu. “Apa maksudmu?!”

“Kau bilang tidak ingin menjalin hubungan dengan lelaki karena terlalu merepotkan. Tapi nyatanya kau malah mau menikah. Bukankah itu definisi dari munafik? Ah, aku tau. Kau pasti hanya mengincar hartanya saja, kan?” kata Sam sembari menunjukkan smirknya.

“Tutup mulutmu!” bentak Raya namun Sam malah tertawa meledeknya.

Emosi Raya semakin naik ke ubun-ubun. Sam, salah satu lelaki di kampusnya yang juga menyukainya sejak pertama ia masuk ke sini. Lelaki dengan tampang brandal itu selalu mengejarnya namun Raya tidak pernah merespon itu.

Dan sekarang, lelaki itu menganggunya dengan berita pernikahan yang dibuat Edard. Edard, lelaki itu benar-benar menguji kesabaran Raya. Awas saja kalau nanti ia bertemu dengan lelaki itu. Akan ia habisi sampai habis bahkan tak tersisa.

Sam masih setia berada di depan Raya. Menampilkan wajah menyebalkan yang membuat Raya ingin meninju wajah itu. Apa lelaki itu tidak ada kesibukan lain sampai harus mengganggunya?

Sam berjalan mendekat ke arah Raya. Tangan lelaki itu terangkat lalu mendarat di bahu Raya. Raya menepisnya namun Sam kembali merangkul gadis itu.

“Lepas!” desis Raya tajam. Matanya melotot ke arah Sam namun malah ditanggapi kekehan ringan oleh lelaki itu.

“Beri aku waktu untuk seperti ini sebelum kau menjadi istri orang, Ray.” Sam berujar sembari tersenyum lebar.

Raya merotasikan bola matanya. Sebal dengan sikap Sam yang seenaknya itu. Lalu dengan kasar, Raya menepis lengan lelaki itu sampai membuat Sam mengaduh sakit. Kemudian Raya menatap Sam dengan tatapan penuh amarah.

“Jauh-jauh dariku!” pekiknya.

“Raya?”

Sontak Raya mengalihkan pandangannya ketika ada suara yang memanggil namanya itu. Matanya membuat sempurna dengan mulut yang terbuka lebar.

***

“Berhenti menggangguku, Ed!”

“Bagaimana bisa aku berhenti mengganggumu? Kau adalah calon istriku.”

Raya langsung membalikkan badannya setelah mendengar ungkapan yang sangat tidak masuk akal baginya itu. Calon istri, katanya? Hei! Mereka bahkan tidak saling mengenal lalu dengan mudahnya Edard mengatakan kalau Raya adalah calon istrinya? Lelaki kurang waras! Batin Raya berteriak.

“Kau dengar baik-baik. Aku bukan calon istrimu!” ujar Raya dengan penuh penekanan di setiap suku katanya.

Kemudian gadis itu melanjutkan langkahnya lagi menuju halte bus. Sial! Tau begini mending ia bawa mobil saja tadi. Bukannya malah naik taksi. Jujur, Raya sangat kaget saat mendapati Edard dengan percaya dirinya datang ke kampus Raya dengan alasan ingin menjemput gadis itu.

Tentu saja hal itu memicu kehebohan di kampusnya. Mereka bahkan berbondong-bondong mendekati Edard bahkan ada juga yang meminta foto. Sudah seperti artis saja lelaki itu. Raya mengibaskan rambutnya. Seolah tengah meruntuhkan pikiran tentang Edard. Tidak penting juga baginya.

Tapi bukan Edard namanya kalau menyerah begitu saja. Lelaki itu bahkan ikut berjalan kaki menuju halte. Membuat Raya semakin risih karena kehadirannya. Raya duduk di kursi yang ada di sana. Pandangannya teralih menatap jalanan. Ia tak lagi peduli dengan Edard yang kini bahkan sudah duduk di sebelahnya. Ia terlalu lelah untuk berbicara dengan lelaki bebal seperti Edard.

“Kau sudah berjanji akan membantuku, Ray.” Edard tampak berujar dengan lirih.

Raya menajamkan pandangannya menatap Edard. “Tapi bukan untuk menikah,” tekannya.

“Seharusnya pernikahanku dilaksanakan hari ini. Namun terpaksa harus ku undur karena kekasihku berkhianat. Aku harus segera mencari penggantinya, Ray.”

“Apa hubungannya denganku? Kau tau? Sebelum aku mengenalmu, hidupku jauh lebih tenang. Tapi sejak mengenalmu, kau selalu membawa aura negatif untukku. Sebaiknya kau menjauh, aku tidak suka dekat denganmu,” ujar Raya membuat sudut hati Edard seperti tercabik. Untuk pertama kalinya ada gadis yang mengatakan tidak suka dekat dengannya.

“Aku butuh pengantin pengganti,” ujar Edard lagi.

“Ya kau cari saja. Akan ada banyak wanita yang mengantri untuk jadi istrimu. Dan yang paling penting aku bukan salah satu dari mereka.”

“Tidak semudah itu, Raya. Semuanya sudah aku siapkan tidak mungkin ku batalkan begitu saja. Ku mohon bantulah aku,” ucap Edard dengan wajah yang begitu sendu.

Satu hal yang terlintas di otaknya adalah bagaimana jika nanti keluarganya tahu kalau ia gagal menikah? Apa kata mereka? Namun ia juga merasa bersyukur, karena sejak berhubungan Lora, keluarganya tidak pernah tahu bagaimana wajah Lora. Mereka bahkan belum pernah bertemu karena orang tua Edard menetap di Kanada. Dan lagi pula, Edard juga sudah membayar seluruh channel televisi yang menayangkan berita tentang dirinya yang selingkuh. Jadi bisa dijamin kalau berita itu tidak sampai ke telinga orang tuanya.

“Ini bukan urusanku. Jadi kau urus saja urusanmu sendiri,” ujar Raya kemudian berdiri.

Gadis itu sudah bersiap untuk melangkah, meninggalkan Edard yang masih setia duduk di sana. Tatapan lelaki itu terlihat redup.

“Hanya kau yang bisa ku percaya saat ini, Ray.”

Raya mengernyit bingung mendengar ucapan itu. Gadis itu membalikkan badannya menatap Edard. “Maksudmu?”

“Menikahlah denganku hanya sebagai bentuk formalitas. Setelah itu kau bebas melakukan apapun. Segala kebutuhanmu, akan aku jamin. Kau sejutu?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status