Cakra hanya bisa diam dan tidak mengatakan apapun dirinya tidak bisa berkata apa-apa dengan apa yang dilakukan anak buahnya itu. Cakra menahan amarahnya karena di depannya ada Alena yang mengatakan dirinya jangan menembaknya. Sejak kapan dia akan menembak mereka dan Cakra pasti menyangka jika ini ulah mereka yang mengatakan kalau dia marah akan menembak mereka. "Pak Cakra maafkan saya. Saya tidak sengaja," jawab Arvin merasa bersalah karena sudah membuat Cakra terluka."Saya juga bos, maafkan saya. Karena saya sudah membuat Anda juga terluka," sahut anak buahnya Bejo yang merasa bersalah karena sudah membuat Cakra terbentur pintu. Cakra hanya menatap tajam ke arah ketiganya dia hanya menganggukkan kepala dan memegang perban di keningnya. Kepalanya masih sedikit berdenyut. Melihat Alena duduk di kursi sebelahnya Cakra segera bergerak untuk bangun dia tidak tega melihat Alena duduk. Alena melihat Cakra bangun dirinya juga ikut bangun dan memegang lengan Cakra. Keduanya saling memanda
Cakra tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Tuan Rosario dan Tuan Mansyur juga tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh wanita yang akan dinikahi oleh Cakra. "Apa maksudmu mengatakan hal itu, siapa kamu yang berani meminta aku untuk tinggalkan dia, jangan bermimpi kamu," ucap Cakra yang emosi karena perkataan wanita yang ingin dijodohkan olehnya. "Aku calon istrimu, aku dan kamu sudah dijodohkan, jadi jangan melirik orang lain. Aku tidak terima karena aku ini orang yang akan menjadi pasanganmu. Jadi, tidak ada wanita lain yang menjadi pasanganmu!" pekik Della dengan kencang di depan Cakra. Della benar-benar tidak terima dengan pembatalan ini, dia sudah meninggalkan kekasihnya tapi pada kenyataannya dia malah ditolak oleh pria yang dia idamkan. Cakra yang melihat wanita di depannya ini berteriak kencang tepat di depan wajahnya mengepalkan tangannya. Tapi, Cakra tidak peduli dia segera berbalik. Sebelum berbalik dirinya menatap ke arah Daddynya dan juga Tuan Mansyur. "Sudah
Cakra menganggukkan kepala mengiyakan perkataan Alena, sebenarnya Alena sudah tahu jika orangnya di sini itu artinya sudah pulang. Cakra duduk kembali dan mencoba untuk tidak gugup dia memperlihatkan dirinya tenang di depan Alena. "Apa yang membuatmu terbangun, tidur saja lagi," ujarnya lagi. "Aku tidak tahu tiba-tiba ingin bangun dan aku tiba-tiba lapar, " jawabnya malu-malu. Cakra menyerngitkan keningnya, Alena lapar malam~malam. "Kenapa bisa lapar, apa tadi tidak makan? Apa tidak ada yang memberikanmu makan?" tanya Cakra kembali. "Ada, tapi aku lapar lagi. Entah kenapa aku lapar, aku mau keluar cari makan. Aku mau makan gado-gado, semoga ada yang buka," jawab Alena yang bergerak hendak turun tapi dihalangi oleh Cakra. Cakra menahan tangan Alena untuk tidak turun dan menggelengkan kepala ke arah Alena. "Jangan, aku saja yang beli," ucapnya lagi. Alena tertegun mendengarnya, dia tidak tahu harus apa. Bahagia, senang atau merasa bersalah karena mendengar perkataan dari Cakra yan
Cakra yang mendengar namanya dipanggil segera berbalik dan melihat siapa yang memanggilnya. Cakra menajamkan penglihatannya dan ternyata sahabat yang meminta dirinya untuk melepaskan masa lajang. Beno sahabat pompong Cakra mendekati sahabatnya itu dan tersenyum ke arah Cakra dia mendengar kalau Cakra tidak jadi melepaskan masa lajang karena wanita tersebut tidak datang. Melihat sahabatnya Beno muncul dengan senyuman yang menyebalkan membuat Cakra kesal dan berdecih. Beno tau jika sahabatnya ini pasti marah kepadanya. Beno menepuk pundak Cakra dan menaikkan alisnya ke atas. "Jangan komentar, pergi sana," ujar Cakra mengusir Beno yang mengejeknya. "Hahaha, bro sabar sebentar jangan marah bro, ingat kamu harus sabar jangan buat semuanya jadi runyam. Kalau ga bisa melakukannya maka lakukan lagi nanti, makanya jangan gila kerja dunk, masih perjaka tingting kan kamu," sindir Beno sambil tertawa memegang perut dan menepuk pundak Cakra. Cakra yang kesal menepis pundaknya Beno dia tidak
"Gila kamu itu, jangan buat masalah. Kalau mau bertemu dia ya sudah, dasar playboy," ejek Cakra. Beno tertawa geli mendengar apa yang dikatakan oleh Cakra dia tidak menyangka jika sahabatnya ini percaya jika dia menemui dua wanita di rumah sakit tersebut dan satu profesi. Melihat, Beno tertawa membuat Cakra menunjukkan wajah masamnya. Dia tidak menyangka jika dipermainkan lagi oleh Beno. Dari kecil selalu di jahili oleh Beno. "Bro, jangan serius kali jadi orang. Lebih baik kamu itu pikirkan masalah yang terjadi. Oh ya, kalau aku boleh tanya, masalah itu bagaimana?" tanya Beno. Cakra mendekati meja kasir dan tidak memperdulikan pertanyaan dari Beno. Dia fokus dengan pesanan Alena. "Gado~gado satu, tunggu dulu satu apa dua? Oh gado~gado du ...." Cakra menghentikan ucapannya karena mendengar ada suara dari belakang. Beno juga ikut menoleh dan melihat siapa yang memotonh pembicaraan Cakra. Saat melihatnya, Cakra lagi~lagi harus menghela nafas, bocah kosong datang. Siapa lagi kalau b
Cakra tidak mengatakan apapun, dia tidak bisa berhenti dari dunia yang sudah lama dia geluti, baginya menjadi mafia itu sangat menyenangkan dan ada hal yang tidak dia dapatkan di dunia nyata dalam artian dunia bisnis. "Tidak bisa ya? Kalau tidak bisa, kamu harus jaga dia, jangan sampai mereka terluka karenamu. Aku tidak menakutimu, tapi aku menasehatimu untuk menjadi pria yang tangguh menjaga mereka. Apa kamu mencintai dia atau tidak?" tanya Beno. Cakra masih diam, dia tidak tahu apakah yang dia rasakan ini cinta atau hanya rasa kasihan saja karena dirinya sudah merebut sesuatu yang berharga dari Alena. Beno masih belum mendapatkan jawaban lagi dari Cakra. Beno menghela nafas, sahabatnya ini terkenal irit bicara tapi jika sudah dalam mode cerewet maka kepala mereka akan pusing mendengarkannya. Akhirnya Beno menyerah untuk menanyakan kepada Cakra. Percuma pikirnya toh, Cakra tidak akan menjawabnya sia~sia pikirnya. "Satu pesanku, jika kamu merasa nyaman maka jangan lepaskan dan ji
Cakra memandang ke arah sahabatnya, dia tidak tahu harus berkata apa, mungkin saat ini dirinya terlihat bodoh dimata teman-temannya yang memandangnya karena Alena mengatakan dia bodyguard. "Nona cantik, dia bukan bodyguard. Dia itu calon suami, kamu ga mau kah dengan dia? Kalau tidak mau ya sudah denganku saja, bagaimana mau tidak?" tanya Beno sambil mengedipkan mata ke arah Alena yang saat ini tersipu malu. Cakra yang melihatnya, segera melempar Beno dengan jasnya tapi beruntung Beno bisa menangkapnya. Beno, Malik dan Pasha tertawa geli karena Cakra emosi melihat mereka termasuk Beno yang menggodanya. Cakra memandang ke arah Alena yang masih menatapnya. "Jangan menatapku seperti itu, aku tidak suka ditatap seperti itu."Cakra meminta Alena untuk tidak menatap dirinya karena dia tidak mau sahabatnya itu makin menggodanya. Alena mendengar apa yang Cakra katakan segera menundukkan kepala. Cakra menghela nafas saat melihat Alena mulai dalam mode yang seperti ini. "Kalian pulang, be
"Kenapa kamu tidak mengundangku Cakra? Kenapa kamu tega padaku, setelah pembatalan itu kamu sama sekali tidak anggap aku sama sekali. Oh ya, kenalkan aku Della istri dari Cakra eh calon istri Cakra, kamu pasti wanita yang sudah merebut dia dari aku, apa yang kamu punya? Apa kamu punya perusahaan atau kamu menyerahkan harga diri kamu?" tanya Della. Della menatap ke arah Alena dengan sinis. Dia sebenarnya tidak mau datang tapi dirinya marah saat mengetahui dari mata~mata yang dia sewa untuk membuntuti Cakra dan ternyata dirinya menemukan Cakra di hotel dengan pakaian yang rapi dan sebelahnya ada wanita yang memakai kebaya putih. Della tidak terima dia yang harusnya menikah dengan Cakra bukan wanita ini. Cakra mendengar apa yang dikatakan oleh Della membuat Cakra mengepalkan tangannya. Dia tidak suka jika orang lain mengatakan hal itu padanya. "Harga diri seperti apa hmmm? Bukannya kamu yang ga ada harga dirinya muncul di depan orang yang tidak memilihmu," jawab Cakra tegas. Della m