Della dan Minahashiro benar-benar menghabiskan malam berdua mereka terus melakukan malam indah nan panas berdua. Berbeda dengan Cakra dan Alena. Selesai dari acara keduanya berjalan menuju kamar pengantin yang sudah disiapkan oleh pihak hotel. "Mulai sekarang jangan panggil saya, Pak. Saya suami kamu, mengerti!" tegas Cakra meminta kepada Alena untuk tidak memanggilnya Pak. Alena menganggukkan kepala menandakan dia mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Cakra. Cakra melirik Alena yang menjawabnya hanya dengan anggukkan kepala dia tidak mengerti kenapa Alena takut padanya. Alena masih memikirkan apa yang akan dia panggil kepada bosnya ini. 'Apa yang harus aku panggil nantinya, Mas, abang, apa..." Alena tersentak karena Cakra mengatakan sesuatu. "Panggil sayang saja, tidak masalah buatmu bukan? Dan satu lagi, bisa tidak kamu tidak bersikap seperti ini, aku suamimu lakukan yang menurutmu benar, aku tidak suka kamu diam saja, bisa tidak?" tanya Cakra kembali karena meminta Alena unt
Sejak bertemu dengan Della dan pria tersebut di lift Cakra memperketat penjagaan atas Alena. Dia sangat curiga dan waswas terhadap wanita itu. Pernikahan Cakra dan Alena sangat harmonis, Cakra benar-benar bucin dengan Alena, selalu ingin bersama dan tidak mau jika Alena pergi sendirian apa lagi kehamilan Alena sudah semakin besar. Cakra yang tengah duduk di ruang tamu bersama ibu Aminah melihat ibu hamil tersebut berjalan sambil membawa nampan. Jalan yang pelan ke arah dirinya. "Sayang, kamu jangan terlalu banyak jalan, minta saja Bibi yang bawain. Kenapa kamu yang melakukannya," ucap Cakra yang segera berdiri dan mengambil nampan yang ada ditangan. Cup! Cakra mengecup kening Alena dikarenakan dia gemes melihat istrinya yang susah dibilangin. Berkali-kali dia melakukan itu hingga dia harus bekerja dari rumah dikarenakan kandungan istrinya sudah menginjak tua.Alena tersipu malu dengan perlakukan manis suaminya ini. Sejak menikah, Cakra selalu memperlakukan dia dengan manis hingga
Cakra menemani Alena di ruang bersalin, dirinya tidak sabar untuk menunggu kelahiran kembar tiga yang selama ini hanya bisa dia sapa dan dia ajak bicara melalui perut sangat istri. Alena yang berada di ruang bersalin mencoba mengikuti apa yang Suster katakan. Dirinya benar-benar merasakan sakit. Cakra melihat Alena merasakan sakit berusaha untuk menenangkan Alena. Dia mengecup kening sangat istri dan mengenggam tangannya. "Ikuti apa kata Suster ya, aku ada di sini, jadi jangan takut, cepat keluarkan dan kamu akan tidak sakit lagi," ucap Cakra yang sontak membuat Alena menatapnya dengan horor. Cakra menelan salivanya dia salah bicara ternyata. Cakra perlahan menarik bibirnya membentuk lengkungan dia tidak mau sampai Alena marah padanya. Bahaya pikirnya bisa tidur diluar nanti. "Ayo Bu Alena tarik nafas, jika ibu tidak sanggup kita bisa Caesar aja. Bagaimana ibu mau Caesar?" tanya Suster kembali. Alena menggelengkan kepala, dia tidak mau Caesar karena dia ingin merasakan menjadi i
"Daddy jangan pikirkan itu. Karena apa yang terjadi bukan salah Daddy. Biarkan dia seperti itu, mau dia marah mau tidak itu bukan urusan kita lagi," ucap Cakra dengan raut wajah datar. "Om, semua itu karena jodoh, kalau pun Cakra berjodoh dengan dia pasti dilancarkan tidak mungkin tidak, karena menurutku dia saja yang baper, lagian sudah ditolak harus terima jangan marah ke kita, boleh marah lebih tepatnya kecewa tapi mereka tidak berjodoh, mana mungkin dipaksa," jawab Beno. Tuan Rosario menganggukkan kepala mendengar apa yang dikatakan oleh sahabat anaknya dan Cakra. Tapi, dia penasaran kenapa dia di sana. Timbul niat dari Tuan Rosario untuk mencari tahu siapa yang ada di rumah sakit ini. Apa sahabatnya atau anak sahabatnya atau mungkin suami dari anak sahabatnya itu. Cakra melirik ke arah Arvin yang duduk berhadapan dengannya. Arvin yang mengerti lirikan dari bosnya menganggukkan kecil, dia segera mengambil ponsel dan mengutak-ngatik apa yang harus dilakukan. Berbeda di tempat
"Tidak perlu, aku akan buat dia menyesal. Aku tidak ingin melibatkan kalian. Aku tahu kalian punya dendam tersendiri tapi aku harap ini urusanku, jika nanti aku butuh bantuan akan aku bantu. Arvin, cepat kamu lakukan apa yang harus kamu lakukan jangan sampai mereka lolos begitu saja," ucap Cakra. "Baiklah, kalau lo maunya seperti itu. Gue tidak akan mempermasalahkan. Karena gue tahu, lo pasti bisa lakukan itu. Jika lo butuh bantuan kasih tahu gue," ucap Pasha. Cakra menganggukkan kepala dia mengiyakan apa yang dikatakan oleh Pasha. Arvin pun segera melakukan apa yang diperintahkan oleh bosnya. Tanpa banyak bertanya dia sudah melakukan apa yang harus dia lakukan. Di mobil yang tengah melaju menuju villa, dua sejoli terus melakukan penyatuan. Mereka berdua tidak ada hentinya untuk terus menikmati permainan panas di mobil. Setelah sesion pertama mereka melakukan lagi, bagi Minahashiro Della pemuas nafsunya yang tidak akan dia lepaskan. "Kau sangat enak, Baby. Aku menyukaimu, sangat e
"Tidak, kali ini tidak ada yang mengetahuinya. Kamu tenang saja," ucap Minahashiro mengatakan kepada ketua Klan Woody bahwa kali ini rencananya akan berhasil. Ketua Klan Woody akhirnya menganggukkan kepala mendengar apa yang dikatakan oleh ketua Klan Minamoto. Mereka berdua pun ke ruang makan untuk makan karena sudah waktunya sedangkan di dalam kamar Della segera menghubungi orang yang dia perintahkan untuk mengawasi gerak gerik dari Cakra dia ingin tahu apa yang akan dilakukan ayah tiga bayi kembar itu. "Halo, bagaimana di sana? Apa mencurigakan?" tanya Della yang melakukan panggilan telpon. "Aman dan tidak ada pergerakkan sama sekali," jawabnya. "Baiklah, awasi segera aku mau kalian jangan lengah dia berbahaya, kabari aku segera paham!" seru Della memerintahkan kepada anak buahnya untuk memberitahukan kepadanya untuk segera melaporkan jika ada sesuatu dengan Cakra. Panggilan berakhir, Della tersenyum karena dia bisa mengetahui gerak gerik dari pria yang sudah menolaknya. Della p
Cakra yang menerima telpon dari Arvin yang mengatakan jika terjadi serangan. Alena yang melihat Cakra gelisah hanya bisa melirik nya dalam diam sambil menyusui si kembar. Setelah selesai barulah diletakkan kembali ke box. "Sus, boleh tidak bayi saya di sini saja? Nanti kalau ada yang saya butuhkan akan saya panggil. Saya tidak ingin berjauhan dengan dia, boleh ya?" tanya Alena meminta anaknya di ruangannya saja. "Iya boleh, saya akan letakkan di sini, tapi nanti saya akan bawa kembali kalau sudah waktunya dia kembali ke ruangan bayi ya Bu," ucap Suster kembali. "Terima kasih banyak ya, kira~kira kapan kami bisa pulang, saya sudah tidak sabar bawa bayi saya pulang terlebih lagi si bungsu," ujar Alena berharap mereka bisa membawa bayinya kembali ke rumah. "Kita akan koordinasi dengan dokter nanti kita kabari ya, kalau begitu kami permisi, jika ada perlu kabari ya," ucap Suster yang pamit kepada Alena dan Cakra.Alena menganggukkan kepala, dia senang akan pulang membawa si kembar. A
"Lo aja yang mafia jelangkung jangan gue, gue ga bakalan seperti itu, sudahlah, jangan buat masalah, gue lempar kalian ke luar dan jangan ada yang tertawa," ucap Cakra melirik ke arah Arvin. Arvin yang duduk di depan merubah raut wajahnya yang tadinya terlihat tersenyum kecil sekarang berubah menjadi datar. Ketiga sahabatnya melihat asisten Cakra merubah wajahnya menjadi datar semakin menertawakan dirinya. "Lo emang bener~benar tidak ada akhlak ya, masa kamu katakan hal itu. Memangnya kenapa kalau dia ketawa, toh dia belum berperang. Dan juga, lo biarkan Arvin mencari wanita dia ingin merasakan nikmat dunia seperti lo, bro. Benar tidak Arvin apa yang gue katakan," ujar Pasha. Cakra menghela nafasnya dia tidak mengerti dengan sahabatnya ini, sejak kapan dia melarang asistennya untuk dekat dengan wanita. "Aku tidak melarangnya," jawab Cakra."Tuh dengar Arvin dia tidak larang, cari kalau perlu kita akan carikan, mau tidak?" tanya Beno. Arvin menggelengkan kepala dia tidak mau seper