Mendengar apa yang dikatakan dokter kepadanya membuat Cakra tidak bisa berkata-kata. Dia bingung harus percaya atau tidak. Selama ini Alena selalu dia jaga dan mereka ada cek rutin tapi kenapa tidak kelihatan sama sekali kalau Alena mengidap penyakit itu. "Dokter yakin istri saya mengidap penyakit itu?" tanya Cakra dengan suara bergetar dan matanya berkaca-kaca. Dokter tau saat ini Cakra pasti sedih, dia tidak bisa berbuat apapun. Dan pada akhirnya, Dokter yang memeriksa Alena angkat bicara. "Kita harus cek dulu. Saya sudah katakan kalau anda harus menandatangani surat untuk tersebut. Karena, dari sanalah kita tau ada atau tidak. Saya tidak bisa memutuskannya. Pemeriksaan darah tadi mengatakan hal itu, jadi lebih baik kita memastikan agar Anda tenang. Semoga saja, hasil tes darah tadi tidak benar dan ada kesalahan. Untuk itu, saya ingin memastikan lebih lanjut, semua keputusan ada di tangan Anda," jawab Dokter tersebut.Cakra lagi-lagi diam, dia tidak tau harus apa. Dia takut jika
Luna yang melihat Cakra berhenti ikut berhenti dan dia menoleh ke arah belakang. Luna heran kenapa Cakra berhenti dan meneh ke arah belakang. Ada apa sebenarnya. "You kenapa?" tanya Luna yang melangkahkan kaki ke arah Cakra. "Gue merasa ada yang mengikuti kita. Tapi, saat gue menoleh tidak ada sama sekali. Apa yang terjadi ya? Apa ada hantu di sini? Bukannya ini belum malam, masa hantu sudah keluar," jawab Cakra dengan wajah pucat.Cakra mengira itu hantu karena sedari dulu dia takut dengan arwah jadi dia memilih untuk menjauhi tempat yang angker. "Ya Tuhan, usia you sudah tidak muda lagi, kenapa you takut? Harusnya you tidak perlu takut, aneh you ini. Tidak ada siapa-siapa, hanya ada suster yang lewat, sudah jangan you pikirkan itu, ayo kita pergi sekarang!" ajak Luna yang berbalik ke arah lift. Cakra yang mendengar perkataan dari Luna menganggukkan kepala dan mengikuti Luna ke arah lift. Saat pintu lift terbuka, keduanya masuk dan berdiri tegak. Saat Luna ingin menekan tombol l
Luna tidak tau ada apa dengan Cakra kenapa dia mengatakan itu, dia tidak tau apapun yang di maksudkan oleh Cakra. "Gue hanya tanya kepada lo, apakah ada sesuatu yang akan lo katakan ke gue? Misal, kejadian hari ini, Kenzi dan anak-anak yang lain memakai topeng apakah mereka mafia juga?" tanya Cakra yang membuat Luna terdiam.Luna yang duduk di depan Cakra hanya diam dan dirinya tidak bisa mengatakan iya dan tidak bisa mengatakan tidak. Cakra yang melihat kalau Luna diam sudah dipastikan kalau dia menyembunyikan sesuatu. "Hah! Apakah ini karma untukku yang selama ini berbuat jahat, membunuh orang dan melakukan sesuatu diluar batas kewajaran. Apakah ini akibatnya, Luna?" tanya Cakra yang membuat Luna tidak berani menatap ke arah Cakra. Luna menundukkan kepala dan dirinya terdiam saat Cakra mengatakan karma. Kalau dia melakukan sesuatu apa kurangnya dengan dia. "You tau, ada pepatah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya? Pepatah itulah yang keluarga lo rasakan. Apa yang you lakukan ki
"Buat apa kamu di sini?" tanya Maria yang kesal dengan pria yang muncul tiba-tiba di belakangnya. "Mami, kenapa di sini? Bukannya Mami ada di Italia? Kapan datang? Dan Mami sembunyi dari siapa?" tanya Alex yang muncul dan mengejutkan Maria. Maria yang mendengar pertanyaan dari anaknya itu mendengus kesal, dia hampir saja ketahuan tapi syukurnya dia tidak ketahuan oleh mereka. Maria berjalan meninggalkan Alex yang masih tetap di sana. Alex yang melihat Maria pergi menghela napas dan mengikuti ibunya itu. "Keterlaluan sekali kamu datang ke sini. Apa misimu sudah selesai? Apa tidak ada yang tau kamu ke sini?" tanya Maria yang masih kesal dengan anaknya ini. Alex yang mendengar pertanyaan ibunya hanya tertawa. Dia tidak mengerti kenapa ibunya ini marah padanya. "Mam, kenapa denganmu? Aku ini sedang kerja, musuhku masuk rumah sakit, aku tidak tau kalau dia dilindung dan orang itu masuk rumah sakit. Sampai saat ini, aku tidak tau siapa dia. Awalnya mau kembali nanti tapi aku pikir-pik
Di ruang tunggu, Cakra dan Luna masih duduk dengan tenang. Sekali-kali mereka melihat ke arah ruangan dimana Alena berada. "Lama sekali, gue takut kalau benar yang dikatakan dokter, gue akan merasa dunia gue hancur, tidak bisa gue bayangkan bagaimana nasib gue tanpa Alena," ucap Cakra dengan tatapan kosong. Luna masih diam, dia hanya mendengarkan apa yang dikatakan oleh Cakra padanya. Biarkan Cakra mengatakan apa yang ada dihatinya. "Gue harap semua hanya mimpi, gue ingin kembali seperti dulu, mengenang masa kebersamaan gue dan Alena. Gue dulu belum sempat mengenal Alena lebih dalam, malah gue hancurkan dia saat dia menjadi OB di perusahaan gue. Tapi, gue tanggung jawab karena saat itu gue merasa bersalah tapi lo tau tidak gue manusia paling bodoh yang tidak melihat dia dari awal, padahal dia dikantor gue kerja, kalau tau mungkin cerita tidak seperti ini," ucap Cakra yang bicara tentang masa lalu yang hanya didengar oleh Luna. "Dulu sekarang sama saja, you sudah bertanggung jawab
"Ada apa?" tanya Alena singkat dengan suara penuh tanda tanya. Cakra melepaskan pelukkannya dan menatap dengan lekat wajah wanita yang menemani dia selama ini. Dengan segala kekurangan dirinya dan wanita ini setia padanya. "Kenapa, bicara saja. Bukannya kita harus terbuka ya? Apa kamu sudah tidak mau bicara padaku lagi?" tanya Alena dengan lembut. Cakra menundukkan kepala, dia tidak sanggup melihat Alena, hatinya hancur dia saja yang mendengar sudah sehancur ini, apalagi istrinya pasti lebih hancur lagi dan sudah dipastikan kalau Alena tidak sanggup menanggung semuanya. Luna ikut menangis melihat apa yang terjadi dengan kedua sahabatnya ini. Luna juga tau berat untuk Cakra mengatakannya banyak hal yang dipikirkan oleh Cakra. "Aku sakit ya? Sakit apa? Hingga kamu tidak bisa mengatakannya padaku. Apakah separah itukah sakitku? Apakah sakitku ini akan membuat aku pergi dari sisimu?" tanya Alena dengan tatapan mata lembut namun suaranya bergetar. Cakra mendengar perkataan Alena seg
"You di sini? Bukannya you ikut Kenzo?" tanya Luna yang terkejut melihat Kiano datang dan berdiri di depannya. Luna juga melihat arwah yang dulu pernah membantunya. Mereka terlihat menggemaskan tapi menyebalkan. "Iya, aku di sini karena memikirkan Mommy, bagaimana dengan Mommy?" tanya Kiano yang duduk dan dirinya ingin tau bagaimana kondisi Mommy saat ini. Luna tidak tau harus berkata apa saat ini. Dia tidak mau terlalu mendalam dalam keluarga sahabatnya ini. "You masuk saja, tanyakan ke Mommy dan Daddy you yang di sana, siapa tau mereka mau mengatakannya. Kalau i hanya orang luar yang tidak pantas mengatakan apapun. Tapi, i harap you suport mommy you itu dan juga Daddy you. Karena keduanya butuh you bertiga, jangan tinggalkan mereka," jawab Luna. Perkataan dari Luna membuat Kiano penasaran dia ingin tau apa yang terjadi. "Baiklah, paman, aku masuk dulu. Aku penasaran apa yang terjadi dengan Momny dan Daddy," ungkap Kiano yang segera berdiri dan melangkahkan kakinya masuk ke da
Alex segera keluar dari lift karena dia sudah berada di mana dia menginap. Alex masih bingung kenapa dengan dirinya. Dia tidak pernah makan makanan yang membuat jantungnya bermasalah tapi tadi dia seperti ini. "Aku harus periksa ke dokter, kalau Mommy tau mana dirinya akan dimarahi oleh Mommy, semoga baik saja," ucap Alex yang akhirnya sampai di kamar hotelnya. Alex membuka pintu menggunakan kunci, pintu terbuka Alex masuk dan tidak lupa pintunya terkunci. Alex meletakkan amplop di depan meja, dia segera duduk dan membuka amplop yang anak buahnya berikan padanya. "Apa yang dia dapatkan, apakah dia mendapatkan data mereka, aku harap aku mendapatkan itu, jadi aku tau siapa yang membantu pembunuh ayahku itu," ucap Alex yang perlahan membuka amplop dan saat dikeluarkan isi amplop tersebut Alex menatap satu persatu foto tersebut dia tersenyum karena melihat foto yang dia dapatkan. Saat membuka lembaran yang dibawah, terdengar suara bel hingga membuat Alex terkejut dan menjatuhkan semu