Kenzi seperti orang yang terhipnotis dirinya terpesona melihat bibir mungil dari Aluna. Seperti buah cherry yang merah merekah. Kenzi merapatkan bibirnya dengan bibir Aluna. Keduanya seperti kehilangan akal sehat. Kenzi melumat bibir Aluna dengan perasaan yang campur aduk jantungnya juga berdegup kencang begitu juga dengan Aluna. Cukup lama mereka melakukannya hingga kesadaran Aluna kembali dikarenakan napasnya hampir habis. Aluna menolak dada Kenzi dan matanya berkaca-kaca memandang ke arah Kenzi. Kenzi yang melihatnya terdiam, dia melihat bibir Aluna bengkak karena ulahnya. Kenzi mendekati dia namun Aluna menahan tangannya untuk tidak mendekati dia."Menjauhlah, jangan dekati saya. Saya mohon tuan, menjauhlah," ucap Aluna meminta kepada Kenzi menjauh. Air mata Aluna tiba-tiba saja luruh entah kenapa dirinya menangis. Kenzi terdiam dan dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. "Maafkan saya. Saya tidak sengaja, saya akan naikkan gaji kamu tapi maafkan saya dan lupakan
Kenzo berbalik dan melihat Cakra sudah berdiri tegak di belakangnya dan memandang mereka dengan tajam. Cakra naik anak tangga untuk mendekati ketiga anak kembarnya. Curiga pasti karena dia juga mendengar nuklir yang bersama dia diperebutkan oleh banyak klan mafia baru yang sangat kuat dan dia juga penasaran siapa pemimpin klan mafia tersebut. "Katakan, apa yang kalian katakan tadi. Kenapa bahas nuklir. Apa kalian masuk dunia gelap itu?" tanya Cakra dengan penuh selidiki. Ketiganya diam, wajah mereka datar dan tidak ada wajah konyol yang Cakra lihat dari ketiga anaknya tersebut. Mereka hanya diam dan menatap tajam ke arah Cakra. Cakra dan ke empat anaknya saling memandang satu sama lain dan tidak ada yang mengalihkan pandangan sama sekali. "Kenapa diam? Katakan pada Daddy, benar atau tidak? Karena Daddy bisa tau semuanya tanpa kalian katakan," ucap Cakra lagi mencoba mengorek apa yang dirahasiakan oleh ketiga anaknya. "Tidak ada, aku dan kedua adikku tidak ada kaitannya dengan ap
Kenzi menghela napas, dia tidak tahu harus berkata apa saat ini. Adiknya ini membuat dia harus menjelaskan kepada ibunya siapa Aluna. "Dia sekretarisku di kantor, karena sekretaris lamaku, dipindahkan ke tempat yang lain dan dia yang menggantikan sekretaris lamaku itu. Apa sudah cukup aku menjelaskannya, Mom. Ada yang mau ditanyakan lagi?" tanya Kenzi dengan suara lembut karena dia tidak mau ibunya itu tersinggung dengan apa yang dia katakan. Alena tersenyum karena anaknya itu bertutur kata lembut. "Ya sudah, jangan kejam-kejam dan ingat dia wanita bukan pria. Hargai dia," jawab Alena dengan lembut. Kenzi menganggukkan kepala dan segera pamit dia penasaran apakah sekretarisnya itu datang apa tidak. "Apakah dia datang? Kalau dia datang, itu artinya dia takut dengan perjanjian itu, tapi jika dia tidak datang awaslah dia, aku akan buat perhitungan dengan dia," ucap Kenzi yang mendekati Arvan. Arvan yang mendengar ocehan dari Kenzi mengerutkan keningnya. Siapa yang dimaksud oleh Kaka
"Kakak, bisa serius nggak?" tanya Arvan yang kesal dengan kakak sepupunya ini. Kenzi tersenyum kecil karena Arvan kesal padanya. Kenzi menepuk pundak Arvan yang wajahnya masam. "Aku tanya benar, kita mau kemana. Kamu tau kita mau kemana? Tidak bukan? Jadi, kamu kenapa marah, dasar aneh," jawab Kenzi yang makin membuat Arvan kesal padanya. Arvan membuang napas panjang dan melihat Kenzi tertawa dari belakang. Kakak sepupunya ini jarang tertawa sekali tertawa ketampanannya bisa meluluh wanita manapun. "Tertawa di depan orang banyak jangan di sini," sindir Arvan yang membuat Kenzi membolakan mata. "Tutup mulutmu itu, aku tidak memintamu untuk memberikan aku saran untuk tertawa di depan umum, menyebalkan sekali, cari rumah dia, kita kesana sekarang juga," ujar Kenzi yang meminta kepada Arvan untuk mencari alamat rumah dia sedangkan Arvan yang masih belum ngeh hanya diam saja. Kenzi memandang Arvan yang belum juga mengambil ponsel untuk menghubungi orang yang dia maksudkan. "Kenapa
Kenzi yang mendengar mereka berdua terkejut dan bersama-sama mengatakan "Apa" menatap keduanya dengan tajam. "Kenapa kalian bisa bersama mengatakan itu? Apa kalian ingin menghina aku?" tanya Kenzi dengan wajah kesal. Arvan menggelengkan kepala dengan cepat. "Ti-tidak kakak, aku hanya terkejut saja mendengar apa yang kakak katakan, itu saja. Aku tidak tau kalau dia juga mengatakan hal yang sama," jawab Arvan yang melempar pertanyaan ke Aluna. Aluna yang mendengar asisten Kenzi melempar pertanyaan ke arahnya langsung menatapnya dengan tajam. "Kenapa malah ke saya, harusnya Anda yang salah ikutin saya. Tuan, kenapa Tuan ke sini? Saya bukannya sudah dipecat ya, kenapa Anda datang lagi, saya mau pergi, lebih baik Anda pulang saja, daripada Anda ke sini," ucap Aluna yang berbalik ke arah pintu untuk mengunci pintu.Niat hati ingin mengunci pintu, tapi kerah bajunya bagian belakang ditarik oleh Kenzi layaknya menarik kucing dari belakang. "Eh, eh apa-apa ini! Lepaskan saya, cepat lepask
"Ikut saya," ucap Pak Penghulu kepada Aluna yang masih menatap ke arah Kenzi yang terlihat santai tanpa dosa sama sekali. Arvan hanya bisa diam dan masih belum tau apa yang kakak sepupunya ini katakan kepada Pak Penghulu. Arvan mendekati kakak sepupunya dan menoleh ke arahnya. "Apa yang mau kamu tanyakan?" tanya Kenzi dengan raut wajahnya yang tenang tanpa sedikitpun gelisah dan khawatir. "Apa yang akan kakak lakukan? Apa kakak yakin mau nikah dengan dia, bukannya dia katakan mau kembali kerja dengan kita, itu artinya dia tidak harus mengikuti peraturan yang ada di kontrak itu. Kakak juga nikah tanpa mereka ketahui, nanti Aunty bisa marah dengan kakak, apa kakak yakin tetap menikahi dia?" tanya Arvan dengan hati-hati. Kenzi baru ingat kalau dia harus memberitahukan kepada ibunya tapi sekali lagi Kenzi mengabaikannya. Melihat tidak ada reaksi sama sekali dari Kenzi membuat Arvan makin kesal. "Jangan kesal padaku, nanti aku potong gajimu. Bukannya kamu sudah cukup jadi saksiku apa
"Paman, sejak kapan di sini?" tanya Kenzo. "Sejak you tinggalkan i di mobil, i tidur you tinggalkan i, beruntung mobil tidak you kunci, kalau tidak i bisa lemes dan menghadap malaikat," jawab Luna yang masuk ke kantor Urusan Agama. "Ini kenapa? Apa you mau menikah? Desek yang you katakan itu? Apa orang tua you tau? Dan orang tua desek tau? Jangan you culik anak orang dan main nikah saja, jangan lupa you semua punya orang tua," ujar Luna yang saat ini terlihat sangat kesal karena keponakannya main nikah saja."Terlalu cerewet paman ini, kakak Aluna yatim piatu, dia tidak ada orang tua, jadi biarkan dia menikah dengan kakakku, siapa tau dia akan membuat kakakku yang dingin seperti kutub utara menjadi hangat," jawab Mika yang tersenyum dan mengedipkan matanya ke arah Kenzi. "Ya Tuhan, you keterlaluan, tapi tidak apa, keponakan i ini baik, ayo lakukan sekarang, i akan jadi saksi, tapi ini dibawah tangan atau bagaimana?" tanya Luna. "Aku akan selesaikan urusan bagian negara, nanti sur
Alena dibawa ke kamar, dokter keluarga datang ke rumah Cakra. Tuan Rosario juga datang dan terkejut melihat Alena datang. Dirinya yang datang terlambat melihat cucunya duduk dengan tenang dan ada wanita mungil cantik duduk di sebelah Kenzi. "Tumben kamu duduk dengan wanita? Apa dia asisten kamu yang baru? Terus Arvin, kamu kemanakan?" tanya Tuan Rosario yang membuat Arvin menatap Tuan Rosario dengan cemberut. "Jangan cemberut kamu Arvin, kamu tetap dihati kakakku, dia tidak lepas darimu. Kalau kamu wanita mungkin dia akan menikahimu," jawab Kenzo terkikik karena melihat Arvin dan Tuan Rosario kesal padanya. "Jangan begitu kakak, nanti dia merajuk. Kakak tidak lihat itu wajah keduanya sudah masam, nanti bisa berubah menjadi jeruk purut," sahut Dio menimpali apa yang Kenzo katakan. Tuan Rosario sudah tidak bisa berkata apapun dirinya benar-benar kesal karena dia bertanya malah di godain oleh cucunya ini. "Dia ini istri kakak Kenzi, Opa. Baru menikah, kalau bukan istri mana mau dia