Untuk malam ini aku kembali mendekam di penjara yang sama setelah beberapa jam terbebas dan sempat merasakan udara segar. Cawan perak pemberian Elgar itu adalah salah satu dari tiga benda berharga milik penyihir. Aku merasa begitu bodoh.
Elgar memang memberikannya padaku agar cawan perak itu disimpan di tempat yang paling aman, yaitu Glaze. Entahlah… semuanya begitu rumit. Kepalaku sakit memikirkan nasibku setelah ini.Aku bersandar pada tembok dan memeluk lutut untuk mengurangi hawa dingin. Tempat ini benar-benar kejam. Asap mengepul dari mulutku tiap kali menghembuskan napas. Aku berusaha untuk memejamkan mata walaupun aku tahu tak ada seorang pun yang mampu tertidur dalam keadaan seperti ini. Kemudian terdengar suara-suara kecil di sekitar. Sebuah bayangan hitam masuk melalui pintu utama, kemudian berhenti dan menunjukkan dirinya. Alden datang dengan membawa matras, bantal kecil dan selimut tebal serta secangkir teh panas. Ia memberikannya padaku melalui celaIkuti terus ceritanya yah..!! Akan semakin seru dan menegangkan loh
Seluruh dugaanku tak meleset satu pun. Tak butuh waktu lama, mereka telah menyiapkan tiang pembakaran dengan puluhan kayu bakar disekelilingnnya.Mereka benar-benar menuduhku sebagai penghianat dan menghukumku tanpa memberiku kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Aku tak ingin mati konyol seperti ini dan dianggap sebagai penyihir sampai akhir hayatku. Tapi aku tak akan berlutut memohonkan nyawaku.Aku melihat keluar melalui ventilasi kecil dan tumpukan kayu bakar menjulang tinggi di luar sana. Sepertinya upacara hukumanku ini dilakukan secara tertutup dan hanya orang-orang tertentu yang tahu. Sebelum aku kembali ke Glaze, Elgar dan Kathleen telah berjanji untuk menyelamatkanku.Alden juga melukai dirinya sendiri agar bisa menyelamatkanku. Semua dugaan kami rupanya berjalan sesuai rencana. Ini adalah hal terakhir yang harus kulewati, jika tidak hidupku benar-benar akan berakhir beberapa jam lagi.Terdengar sedikit keributan diluar dan aku mengalihkan pandanga
Setelah menjauh dari Glaze, aku dan Alden terus berjalan memasuki pedalaman hutan hingga diluar jangkauan Hunters lain. Kami terus menyusuri pepohonan dan belukar yang terlihat sama. Salju mulai menipis di akhir musim dingin. Sebagian sudah mulai mencair dan membuat permukaan tanah menjadi basah. Alden berhenti sejenak dan menyandarkan diri ke sebatang pohon."Kuharap Merliah tidak mati terkena tembakanku." suaranya terdengar lirih, dan wajahnya menunjukkan penyesalan. "Aku gagal membunuh penyihir terkuat tiga tahun lalu. Sekarang aku justru hampir membunuh seorang Hunters."“Dia akan selamat selama pelurumu tidak mengenai organ vitalnya. Merliah juga bukan orang sembarangan yang akan mati hanya dengan satu peluru." Aku berusaha menenangkannya."Siapa yang menyebabkan kekacauan tadi, Elgar dan Kathleen kah?""Benar. Mereka datang setelah aku menemui mereka di Cornwall. Kami tak bisa membiarkanmu mati begitu saja. Kingsleigh sudah tahu semuanya, aku yang m
Lima hari lebih aku menghabiskan waktu di rumah Elgar tanpa pernah keluar sekalipun kecuali di sekitar Cornwall untuk mencari jamur dan sesekali membantu Katheleen mencari tanaman herbal. Rasanya seperti terpenjara dan membuatku bosan setengah mati.Aku tak tahan terkurung dan berdiam diri tanpa melakukan apapun. Walaupun sulit untuk kembali ke Glaze, aku benar-benar mengkhawatirkan rumahku.Ayahku pasti begitu sedih setelah melihatku meninggalkan Glaze. Tapi aku tak akan menyesalinya, aku rela mengorbankan apa yang kumiliki untuk mencapai apa yang aku inginkan. Aku hanya ingin kedamaian tetap berlangsung.Kathleen dan Elgar mungkin sudah bosan melihatku duduk di dekat jendela sepanjang hari. Bahkan aku bisa menghabiskan waktu seharian tanpa melakukan apapun.“Sampai kapan kalian mengurung kami disini? Aku tak tahu apa yang terjadi di Glaze dan aku tak bisa melakukan apapun.”“Di luar tak aman Jenna, tidak hanya penyihir-p
Kami berencana menyusup ke Glaze untuk melihat apa yang terjadi sekarang. Instingku terus mengarahkanku agar aku cepat pulang ke Glaze dengan cara apapun. Aku menulis surat pada Kingsleigh dan mengirimkannya lewat burung Merpati."Kingsleigh, aku dan Alden baik-baik saja sekarang dan kami berada di suatu tempat yang aman. Aku memang tak punya alasan untuk pulang, tapi kau harus tahu kekacauan yang sedang terjadi di Glaze. Sebagai Hunters, instingku memanduku. Kupikir tak ada cara lain untuk memasuki Glaze selain menyusup secara diam-diam, tapi aku memang harus melakukannya. Hanya kau yang bisa aku ajak bicara tentang hal ini, karena aku yakin kau masih mempercayaiku sepenuhnya. Aku tak mau melibatkan ayahku dan membuat masalah semakin rumit jika ada orang lain yang tahu. Tolong katakan pada ayahku bahwa aku baik-baik saja dan aku sangat menyayanginya. Temui aku di belakang rumahku besok malam, dan bawakan beberapa senapan untuk kami."
Bagaimana dengan senjata yang kami minta?” tanya Alden.“Kalian jadi seperti perampok sekarang!” Kingsleigh tertawa.“Kami akan jadi apapun demi bertahan hidup. Kau tak tahu, kehidupan di luar tembok kita begitu berbahaya.” Alden merebahkan diri di sebelahku.“Tenang saja Tuan, aku sudah menyiapkan semuanya. Semua senjata yang kalian minta, aku menyiapkan yang terbaik.” Kingsleigh membuka pintu kecil di belakang tumpukan kotak-kotak kayu yang sudah lapuk.Ternyata dia telah menaruh puluhan senjata di ruangan ini yang semuanya masih baru dan belumpernah digunakan. Aku penasaran bagaimana Kingsleigh bisa mendapatkan semua senjata ini tanpa ketahuan.“Ini rahasia, hanya ayahmu dan aku yang tahu. Glaze sedang tidak stabil, para penyihir terus melakukan teror. Setelah kau ditangkap, para Hunters seolah saling tidak mempercayai satu sama lain. Kami tidak lagi kompak. Jika hal ini dibiarkan terus, Glaze bisa han
Aku hampir tak percaya dengan apa yang kulihat. Francis Blake tengah berbaring dengan tangan dan kaki terikat serta mulut tersubal tali di dalam sebuah kurungan besi. Secara reflek aku mendekatinya, namun Alden mencegahku.“Tunggu! Bagaimana kau bisa ada disini?” Alden terlihat tak percaya.Blake berusaha keras untuk menjawab. Namun karena mulutnya tersubal tali, Ia hanya mengeluarkan erangan tidak jelas sambil meronta ronta. Kingsleigh berlutut di depan kurungan untuk memastikan bahwa lelaki itu benar-benar Blake.“Ini aneh, bagaimana bisa ada dua Francis Blake di saat yang sama?””“Apa kau melihat dia sebelumnya?” tanyaku.“Francis Blake tak sekalipun menjauh dari sisi Chaz dan kawan-kawannya. Aku juga menyaksikan semua yang dia lakukan padamu di ruang inteeogasi. Tapi aku tak tahu apa tujuan dari lelaki satu ini.”“Jika dia benar-benar Blake, lalu siapa yang bersama Chaz sekarang?” aku benar-benar tidak mengerti.“Sepertinya dia bisa menjawabnya.” Kingsleigh
Suasana mulai agak membaik saat ayahku berlari di antara kerumunan. Beberapa orang menghindar untuk memberinya jalan.“Ayah!” Aku menghampirinya dan memeluknya. Setelah sekian lama tak bertemu, aku benar-benar merindukannya.“Akhirnya kau kembali Jenna! Ayah sangat merindukanmu, dan ayah selalu berharap kau baik-baik saja.”“Aku juga merindukan Ayah.” Jawabku sambil menyeka air mata agar aku tak terlihat lemah.“Ayah! aku tak pernah menghianati Glaze sekalipun. Semua yang telah kulakukan adalah demi kalian, tetapi kalian salah paham dengan cawan perak itu.” ujarku dengan suara lantang agar semua orang bisa mendengarku.“Lalu bagaimana kau bisa menyimpan cawan perak milik para penyihir itu di kamar tidurmu?” tanya salah seorang pemburu.Aku terdiam sejenak dan berusaha memikirkan jawaban yang paling tepat. Jika aku tak hati-hati, justru ucapanku bisa menyerangku sendiri.“Aku ta
Orang-orang masih sibuk melawan penyihir-penyihir itu, sementara kami bertiga menjauhi lapangan untuk mencari Millorick. Seperti dugaanku, rumah besar dibiarkan kosong tapa penjagaan. Semua orang sibuk melawan anak buah Millorick termasuk Chaz Egerton dan Ayahku. Kami masuk ke rumah besar dan berpencar.Aku bergegas naik ke lantai dua menuju ruang kerja ayahku. Lantai dua rumah besar begitu sepi dan sepertinya hanya ada aku disini. Ku kunci pintu ruang ayahku dan memeriksa kondisi sekitar. Rasanya tidak mungkin jika aku mengambil cawan itu dan memindahkannya ke tempat lain. Cawan itu lebih baik disana dan yang perlu kulakukan hanyalah menjaga pintu itu.Setelah mengunci pintu, aku memeriksa ruangan-ruangan kecil bersekat di sekitarnya, hanya ada satu ruang paling besar di lantai dua sebagai ruang utama. Kemudian terdengar suara-suara kecil di balik tembok yang menarik perhatianku.Seorang anak perempuan berusia sekitar tujuh tahun berdiri disana send