Share

BAB 41

last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-06 08:20:33

Naura akhirnya memilih duduk kembali ke kursi. Dia menunggu Indra bicara agar semua selesai. Jangan sampai hari ini berakhir begitu saja masih meninggalkan ganjalan padahal Wahid dan Dewi sudah sangat baik memberikan waktu untuknya.

Hening menjadi jeda di antara mereka. Indra sesekali terbatuk karena tenggorokannya terasa sakit. Dia menatap Naura yang terlihat gelisah. Dia mengembuskan napas kencang. Indra menata kalimat agar bisa berbicara karena bisa jadi inilah satu-satunya kesempatan baginya bisa berbicara dengan Naura.

“Aku tidak pernah memiliki pikiran sepicik itu, Nau.” Indra bicara dengan suara perlahan. Dia menatap Naura dalam-dalam. “Aku tidak punya pilihan. Yang ada di kepalaku saat itu hanya agar kondisi kesehatan Ibu yang sedang turun tidak semakin parah hingga aku tidak bisa berpikir panjang.” Tatapan Indra menerawang jauh, menembus dinding rumah makan, melampaui lautan hingga dia seakan bisa mencium aroma kampung halaman.

“Aku tertekan, panik dan juga dalam keadaan berd
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Adfazha
Indra ttplah banci pengecut kna dy gk bs jujur ttg cerita sbnrnya mgkn kna tkt aibnya Aini terbongkar jd dy biarkan Naura dg asumsinya sendiri tnpa jelasin alasan dy nkhi Aini.... jgn2 Aini hml mgkn ngidam soto Banjar kan mereka rajin ngadon ddnya Arjuna tp smg Indra mandul akibat dr dosanya dl
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Titik Nadir Sang Pendosa   BAB 45

    Naura menghela napas panjang mendengar ucapan Fatih. Masalahnya, apa yang menjadi ganjalan di hati Naura tidak sesederhana masalah Fatih yang hanya lelaki lemah karena butuh teman curhat. Dia menyimpan aib kelam di masa lalunya yang bisa membuat persepsi orang tentang dirinya akan berubah jauh andai hal itu terbuka.Naura akhirnya memejamkan mata. Kilas balik saat orangtuanya berpisah kembali berputar di dalam kepala. Dia yang tadinya disayang dan dicinta, mendadak tersisihkan dan tak dianggap dalam sekejap mata.“Naura mau ikut Ibu.”“Tidak bisa, Nau. Ibu tidak punya uang. Bapakmu yang bertanggung jawab atas dirimu. Jangankan untuk membiayai hidupmu, bahkan untuk makan besok saja Ibu tidak tahu. Kamu disini saja, ikut Bapak.”Naura meremas tangan saat bayangan belasan tahun silam kembali melintas. Dia bahkan masih bisa mengingat dengan jelas pakaian yang dikenakan oleh ibunya saat pergi meninggalkan rumah. Hari itu, terakhir kalinya Naura dipeluk oleh sang Ibu. Pelukan perpisahan. Se

  • Titik Nadir Sang Pendosa   BAB 44

    Sebulan berlalu cepat, Naura sudah mulai kembali seperti biasa. Walau sesekali masih sering terlihat melamun, tapi Naura sudah bisa mengatur fokus kembali. Ini hari pertama dia akan ikut membantu di rumah makan lagi. Wahid memang memberinya waktu untuk menenangkan diri. Lelaki itu ingin Naura merenungi semua dan melepaskan masa lalu yang membelenggunya selama ini.“Bagaimana saran Abang kemarin, Nau?” Wahid yang sedang menghabiskan sarapan melirik ke arah Naura yang duduk di dekat Dewi. “Coba saja dulu, toh tidak ada ruginya. Saran dari Fatih ada benarnya. Kamu butuh seseorang untuk menjadi teman bicara. Profesional tentu akan membuat merasa nyaman karena mereka tidak akan menghakimi kalau itu yang kau takutkan.”Naura menghela napas panjang. Dia masih maju mundur untuk ke psikolog seperti yang Wahid sarankan. Naura merasa lebih baik menyimpan semua rahasianya sendiri. Dengan begitu, hidupnya bisa tenang tanpa penghakiman dan hujatan seperti yang dulu dia rasakan.“Ada yang bisa mengo

  • Titik Nadir Sang Pendosa   BAB 43

    Indra menghela napas panjang mendengar sindiran yang dilontarkan oleh Wahid. Dia mengambil kunci mobil yang terjatuh di lantai dan berlalu meninggalkan tempat itu. Cukup lama dia terpaku di parkiran untuk menenangkan diri. Dia jelas tidak bisa mengemudi dalam keadaan kacau seperti ini.“Naura ….” Mata Indra kembali basah melihat bagaimana frustasinya Naura di hadapannya tadi. Dia kenal betul dengan wanita itu. Lima tahun menjalin hubungan dan tiga tahun tinggal bersama membuat Indra tahu betul luar dan dalam Naura. Lelaki itu mengutuk dirinya sendiri membayangkan gadis manjanya itu hampir mati karena b.nuh diri.Adzan ashar membuat Indra tersadar dari lamunan. Dia akhirnya mulai melajukan mobilnya. Lelaki itu melirik ke arah rumah makan yang sudah mulai ramai kembali setelah tadi sempat ditutup agar dia dan Naura bisa bicara.Kurang dari jam lima, mobil Indra memasuki halaman rumah. Dia mengeluh saat melihat Aini dan Arjun yang duduk di teras menunggu kepulangannya. Indra lupa membeli

  • Titik Nadir Sang Pendosa   BAB 42

    “Aku tidak pernah meninggalkanmu, Nau. Aku mencintaimu. Bahkan, sampai detik kita berbicara ini cintaku masih seperti dulu, tidak berkurang sedikitpun. Kamu masih duniaku dulu, sekarang dan sampai kapanpun. Kalaupun aku bersama Aini, aku hanya sedang berusaha melanjutkan hidup dan menunggu waktu sampai janji kematian datang menjemput.”Naura tertawa sumbang mendengar ucapan Indra. Lelaki itu sejak dulu pandai benar merangkai kata sehingga membuatnya merasa dipuja. Indra berhasil meyakinkan Naura kalau dia sangat berharga sehingga Naura rela menyerahkan semuanya.“Apa aku harus senang karena dicintai sedemikian besarnya oleh suami orang? Apa sekarang aku akan menambah gelar yang kumiliki selain wanita m.rahan juga calon perusak rumah tangga orang?”Indra bungkam mendengar pertanyaan Naura. Lelaki itu kehabisan kata saat ucapan Naura memukulnya telak sehingga bisa lagi berbicara. Suaranya seperti tersangkut di tenggorokan hingga membuat Indra bungkam dengan sempurna.“Pergilah, Ndra, pe

  • Titik Nadir Sang Pendosa   BAB 41

    Naura akhirnya memilih duduk kembali ke kursi. Dia menunggu Indra bicara agar semua selesai. Jangan sampai hari ini berakhir begitu saja masih meninggalkan ganjalan padahal Wahid dan Dewi sudah sangat baik memberikan waktu untuknya.Hening menjadi jeda di antara mereka. Indra sesekali terbatuk karena tenggorokannya terasa sakit. Dia menatap Naura yang terlihat gelisah. Dia mengembuskan napas kencang. Indra menata kalimat agar bisa berbicara karena bisa jadi inilah satu-satunya kesempatan baginya bisa berbicara dengan Naura.“Aku tidak pernah memiliki pikiran sepicik itu, Nau.” Indra bicara dengan suara perlahan. Dia menatap Naura dalam-dalam. “Aku tidak punya pilihan. Yang ada di kepalaku saat itu hanya agar kondisi kesehatan Ibu yang sedang turun tidak semakin parah hingga aku tidak bisa berpikir panjang.” Tatapan Indra menerawang jauh, menembus dinding rumah makan, melampaui lautan hingga dia seakan bisa mencium aroma kampung halaman.“Aku tertekan, panik dan juga dalam keadaan berd

  • Titik Nadir Sang Pendosa   BAB 40

    “Aku juga tidak akan berteriak dan memaki di hadapanmu karena semua sudah kulakukan empat tahun lalu. Kau lihat ini?” Naura mengangkat tangan kirinya. Dia menunjukkan pergelangan tangannya ke depan wajah Indra. “Kau lihat garis ini? Setelah lelah mengamuk, aku memutuskan mengir.s urat nadiku sendiri, Indra.”Indra memejamkan mata. Perih. Nyeri. Sakit benar dia rasakan mendengar suara bergetar Naura saat menceritakan semua. Dia menghirup udara sebanyak mungkin untuk memenuhi rongga dadanya yang terasa sesak. Tak bisa dia bayangkan sulitnya Naura melalui masa-masa itu.“Gunjingan tentang wanita rendahan yang mau menjadi budak s.ks dengan bayaran gombalan kenyang kudengar setiap hari. Setiap aku melangkah, suara sumbang selalu menemani. Wanita b.doh, t.lol, dan tidak ada harga diri akrab menjadi santapan sehari-hari.” Naura terengah mengingat kembali hari-hari menyakitkan yang harus dia lalui.“Puncaknya, saat Sakti memintaku menemaninya tidur sebagai syarat perpanjangan kontrak kerja ya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status