“Sudah puas berkeliling?” sindir Jupiter pada Inez yang kini duduk menekuk wajah di sampingnya.
“Kenapa menungguku?”
“Karena aku tidak ingin mendengar makian Ibuku, Inez. Kurasa kau lebih penting untuk Ibu daripada aku, Putra kandungnya.” Jupiter memberi penekanan di setiap kata-katanya, dia geram, meski dia tidak bisa marah karena merasa bersalah telah bicara kasar pada Inez tadi.
“Waktu kita masih banyak,” gumam Inez, terasa tiba-tiba, seperti tanpa tujuan. Kedua matanya kosong menatap ke dalam Rumah Sakit yang tidak kunjung sepi dari orang-orang yang datang dan pergi.
“Yah, sangat banyak, sampai aku tidak tahu harus bersikap seperti apa padamu,” gerutu Jupiter, mendadak dia menjadi kesal karena Inez membahas tentang waktu yang berkaitan dengan pernikahan mereka yang kini benar-benar disesali olehnya.
“Hei, apa maksudmu?” Inez merubah arah tatapannya, kini pandangan menusuk d
Zanna merasa kelelahan hebat setelah pertarungan sengit mereka di sofa, dan itu membuat Alexi berniat untuk membatalkan rencana makan malam yang Zanna inginkan sebelumnya.“Kau sudah sangat lelah, kita pergi lain kali saja.” Alexi mengusap peluh di kening Zanna dengan lembut.“Hhh ... padahal aku menginginkan makan malam romantis pertama untuk kita,” keluh Zanna, merapatkan lagi tubuhnya pada Alexi, memeluknya erat.“Besok malam saja, bagaimana?” tawar Alexi.“Hem, baiklah.” Zanna dengan riang menerima penawaran Alexi.“Kau tidak merasa, tubuhmu sakit berada terus di sini?”Zanna tertawa kecil. “Sedikit.”“Kalau begitu, ayo bersihkan diri dan jika bisa, aku akan menyiapkan makan malam untukmu.”Zanna segera bangkit, tersenyum dan membungkuk untuk mengecup bibir Alexi sekilas. “Jangan. Biar aku saja yang menyiapkan makan malam kita. Lebih b
Hanya hewan berkaki empat, kucing. Benar-benar cuma seekor kucing. Binatang itu sedang sibuk mencakar dinding, di mana banyak cicak yang berlarian ke sana kemari guna menyelamatkan diri dari cakarannya.Dengan kecewa, Eric kembali berbalik menuju sofa. Padahal dia berharap, sungguh berharap akan menangkap pelakunya hari ini. Jadi sekarang, Eric kembali berbaring, menatap langit-langit kamar yang terasa dingin dan kaku.Terdengar pintu kamar dibuka. Eric tahu itu Gwen. Mungkin dia memutuskan keluar kamar untuk ke dapur dan minum segelas air.Eric tidak bergerak, berpura-pura menutup matanya rapat-rapat dan menajamkan telinganya.Beruntung dia bertahan dengan posisi itu, karena Gwen ternyata berjalan menghampiri Eric.Entah apa yang membuat Gwen tidak langsung kembali ke kamarnya dan memutuskan untuk duduk di bawah sofa, menatap Eric yang sedang tidur. Tidak ada penampakan bahwa pria tampan putih pucat itu berpura-pura tertidur.Gwen mempercayai kat
Gwen memutuskan untuk tidak menjawab kecurigaan dosis kecil yang dia tuduhkan pada Eric. Gwen egois, dia mengakuinya.Dengan gerak penuh kepura-puraan, Gwen bergegas melangkah, sambil melirik jam tangan kulitnya, mengutarakan alasan buru-buru dan mudah ditebak, “Aku sudah terlambat, Eric. Nanti kita bicara lagi.”“Salam perpisahan dulu,” tunjuk Eric ke bibirnya. Dia paham, Gwen tidak akan pernah bisa menyangkal kecurigaannya dengan mudah.Gwen menggeleng, dan Eric tertawa. “Pipi kalau begitu.”Gwen berhenti, dia merasa seperti menjadi pasangan berbahagia bersama Eric. Kecupan di pipi benar-benar Eric dapatkan. Eric paham Gwen selalu menepati apapun yang dia ucapkan.Curang, Eric meraih tengkuk Gwen, tidak dapat menolak, Eric berhasil membungkam bibir Gwen, mereka menikmati dengan perasaan bingung satu sama lain.Mendamba yang berlebihan, itu yang ada di pikiran Gwen. Terlewat nyaman, itu yang ada di kepala Eric. Jika terus seperti ini, mereka
Ketika Inez sudah bersiap dengan lontaran kalimat bak rentetan peluru untuk menyerang balik, saat itulah Jupiter sudah lebih dulu menyerang Inez.Dia merekatkan jari jemarinya di tangan Inez, seolah mereka akan melakukan gerakan di lantai dansa.Jupiter mendorong mundur tubuh Inez yang lebih kecil setengah dari tubuhnya itu, hingga menubruk mesin cuci yang sedang bekerja, merasakan getaran halus dari benda itu, ketika ia sudah merapatkan punggungnya di sana.“Apa maumu?” Inez menatap lekat Jupiter, menantang pria yang ingin dia lepaskan secara perlahan-lahan itu.“Biasanya, kau selalu menggodaku. Jadi tidak masalah jika aku membalasmu sesekali, bukan?” Ada senyum mengembang khas Jupiter yang menawan Inez. Benar-benar menawan dan menahan dirinya dalam satu kali tatap.“Jangan bercanda, Piter. Sebaiknya kau bersiap, sebentar lagi giliran pakaianmu.” Inez memperingatkan, berusaha tenang dan baik-baik saja.Jupiter merapatkan tubuhnya pada Inez,
Seperti patung bernyawa, Gwen bingung dan tegang dengan sikap Zeev Curtis yang begitu manis.Setelah selesai menyeduh dan menyajikan tehnya, sopir pribadi Zeev undur diri tanpa perlu diperintah.Kedua mata Gwen tidak bisa fokus pada cangkir teh yang disodorkan ke hadapannya. Tatapan Gwen bergerak ke sopir pribadi Zeev yang pergi menjauh, lalu pada desain taman atap, dan pada tanaman-tanaman cantik yang memenuhi sekitar mereka.Zeev menunggu. Masih menunggu Gwen menyambut cangkirnya. Lalu Zeev memutuskan berdeham untuk mengingatkan Gwen yang tidak kunjung menyadari posisinya saat ini.“Oh, ah ... iya Pak. Terima kasih banyak.” Dengan keadaan diri dan raut wajah yang kacau, Gwen menerima secangkir teh chamomile yang terasa menyegarkan, bahkan sebelum Gwen mencobanya.Zeev tersenyum puas. Di dalam hatinya, dia ingin memberikan apapun yang dia punya untuk Gwen. Memperlakukannya yang tidak lagi memiliki siapapun dengan sebaik-baiknya.
Meski Gwen merasa tersinggung, tapi dia berusaha menahannya. Bukan tersinggung dalam artian dia tidak terima semua yang terjadi padanya, menimpa dirinya, diketahui oleh Zeev. Bukan untuk itu.“Tolong jangan berkata buruk tentang sahabat-sahabatku, Pak.” Gwen meremas setelan kerjanya, tepat di atas pangkuannya.Zeev terkesan. Tentu terkesan. Mengingat betapa buruknya kelakuan keempat sahabat-sahabat Gwen, yang seharusnya, tidak perlu dibela oleh Gwen yang selalu menjadi korban keegoisan mereka.Zeev mencerna semua tentang Gwen. Tentang hubungan persahabatan mereka yang terlihat aman, namun berada dalam ketidaknyamanan satu sama lain. Mereka bersama, saling menyakiti dan menerima luka dari satu sama lain.“Baiklah.” Zeev mengangkat tangannya, menyerah untuk saat ini. Tapi dia tetap akan kembali, menarik Gwen dari siapapun itu, entah Eric Fagan atau Jupiter Lais. Jelas, Gwen harus keluar dari hubungan beracun yang mereka ciptakan untuknya.Gwen memperhatik
Gwen tidak melihat Zeev Curtis kembali ke ruangannya, padahal senja mulai terlihat dari balik jendela kaca dengan warna jingga yang menawan.Lola menghampiri Gwen saat semua karyawan sudah keluar dari ruangan. “Gwen ... kau tampak lelah dan pucat. Ada apa? Mau kuantar kau pulang?” tanya Lola khawatir.“Apa tampak begitu? Aku hanya merasakan lelah sampai kakiku sulit digunakan untuk berjalan,” keluh Gwen, berpegangan pada lengan Lola yang terjulur untuknya.“Kau memaksa dirimu tanpa sadar, Gwen. Ya ampun,” decak Lola sembari menggeleng, “sekarang akan kuambil beberapa botol air mineral di pantry. Kau duduklah sebentar.” Lola membimbing Gwen duduk di kursi kerjanya, lalu dia berlari menuju pantry.Setelah menghabiskan dua botol air mineral, Gwen berjalan dengan baik, tapi tetap dirangkul oleh Lola yang terlihat jauh lebih khawatir akan kondisi Gwen.Kedua mata Gwen menangkap sosok Eric di depan Delila R
Pelayan Eric—Beth—melihat Gwen berjalan dengan wajah muram dan pucat, seperti dikejar makhluk tak kasat mata yang merundung tiap langkahnya.Saat Gwen masuk, Beth lebih dulu menyambutnya dengan keramahan yang menurut Eric, keramahan Beth simbol keramahan Delila Restaurant.Beth gembira atas pujian itu dan mempertahankannya sebisa mungkin. Seperti saat ini, dihadapan Gwen. Meski sudah mengenali Gwen sebagai salah satu teman atasannya.“Selamat malam Nona. Ada yang bisa kubantu?” Keramahan Beth tidak disambut senyum gembira dari Gwen, tapi kemuraman dan kegelisahan yang terpancar jelas di wajah seputih kapas milik Gwen.Beth sengaja bertanya tentang apa yang bisa dia bantu, karena aura di sekitar Gwen memang begitu mencekam. Dia terlihat membutuhkan bantuan.“To-tolong berikan aku secangkir cokelat panas.” Terbata Gwen duduk di kursi mana saja yang terlihat dekat darinya.“Maaf Nona, meja ini sudah dip