Keadaan kembali normal setelah tiga hari berlalu, tanpa ada gelombang berarti yang mengejutkan bagi lima sekawan.
Pagi ini Gwen menemukan Alexi sudah duduk tegak di ruang tamunya, tanpa ada senyum melainkan hanya sebuah tatapan hangat dalam gerak kedua matanya, memperhatikan Gwen mengenakan sepatu dengan terburu-buru. Si seksi yang baru keluar dari kamar.
“Butuh tumpangan?” Alexi tersenyum sekilas, menatap Gwen yang mulai membenahi beberapa map di atas meja tamu untuk nanti, dia dekap erat di dada, selama perjalanan menuju Winston Corporation.
Gwen menoleh, “Tidak Alexi, aku harus ke suatu tempat lebih dulu ...” Gwen terdiam, dia merasa ada hal yang begitu jauh dari dirinya dan Alexi, “kau bisa terlambat, berangkatlah lebih dulu.”
Tanpa perlu menunggu, Alexi mengangguk cepat, “Baiklah, sampai nanti.” Alexi bangun dari duduknya. Heran pada dirinya sendiri, kenapa begitu cepat mengiyakan penolakan Gwen, karena s
Sekitar jam sebelas malam, ketika Misca masih membiarkan dirinya larut pada drama seri di hadapannya, ketukan di pintu membuyarkan adegan romantis antara si pemeran utama pria dan antagonis wanita, yang sempat masuk ke dalam pikiran Misca.Langkah kaki wanita beranak empat ini, tergesa dan merasa yakin, bahwa ketika pintu akan terbuka, maka yang terlihat pasti, menantunya. Dia tersenyum puas sebelum tangannya meraih gagang pintu.“Hai, sayang. Bagaimana kabarmu?” Misca langsung memeluk menantu yang menurutnya, sudah hampir lima puluh persen bisa sedikit merubah tabiat buruk Putranya itu.Inez berusaha menyembunyikan kekesalan, karena Jupiter. Dia kembali untuk sesuatu. Dia mengharap sebuah dukungan dari sang Ibu mertua.“Maafkan aku, Bu. Telah membuat Ibu khawatir. Apa aku pergi terlalu lama?” Hati-hati sekali Inez bertanya, sesuai yang terlihat, Inez takut pada Misca.
Eric memandangi Inez yang seperti ‘makhluk asing’ baginya kini, dengan tangan terlipat di depan dada. Ada kebingungan melanda hati Eric. Dia yakin, sesuatu telah berhasil membuat isi kepala Inez terguncang, bukan hanya batinnya.Dan Eric merasa, itu semua karena Inez tidak dapat menerima dan memaafkan pada apa yang terjadi di depan Orchid Cafe, waktu itu.“Kenapa kau jadi suka ikut campur? Ini perubahan besar yang ingin kau lakukan?” Eric meletakkan kedua tangannya di atas salah satu meja Delila Restaurant, menampilkan wajah serius, agar Inez berhenti mengungkap hal yang seharusnya tidak perlu menjadi urusan mereka.“Tidak, Eric, tidak. Ini bukan sekedar aku bergosip, ketika diriku ingin. Inilah faktanya.” Kedua bola mata hitam pekat milik Inez terbelalak dengan binar bahagia dan kilatan rasa puas, ah, belum, jika puas, maka kini, pasti Inez sudah merasa sangat tenang. Malah saat ini, masih ada kegelisahan besar yang menghimpi
“Buruk, sangat buruk.” Gwen bergumam pelan tapi memutuskan untuk tidak membiarkan Jupiter mendengarkannya mengatakan hal itu.Gwen berjalan mendekati Jupiter, “Ayo, kita bicara di cafe dekat sini.”Jupiter mengikuti dengan senyum terkembang. Setidaknya, gadis pujaan hati sedang tidak marah padanya. Bukan tak tahu, dia berusaha menutup mata dari semua anggapan sahabatnya yang lain, tentang hari kejadian waktu itu.Hari di mana Jupiter yakin, perasaannya pada Gwen lebih besar daripada apa pun, dari semua perasaan bercandanya terhadap wanita manapun.“Katakan ada apa?” tanya Gwen ketika mereka sudah duduk berhadapan di meja cafe kecil tak jauh dari Winston Corporation, tapi lebih cocok jika disebut kedai kopi daripada cafe.Itu karena bentuknya yang hanya toko kecil dan sempit, tapi bisa disulap dengan bantuan wallpaper cantik. Sejumlah meja
Ciuman Jupiter belum usai, ketika tangan Gwen memberi tamparan penuh kekesalan dan kecewa pada wajah Jupiter.Jupiter tetap pada posisinya. Dengan wajah mengarah ke kanan, mematung tanpa gerak pasti. Dia hanya menunggu sampai sosok Gwen menghilang setelah meletakkan uang puluhan ribu di atas meja, sebagai bayaran minumannya.Gwen sudah terisak keras. Dia terus menunduk karena malu. Bergegas melangkah terburu-buru, tanpa mengetahui bahwa Eric mengikutinya.Eric meninggalkan mobilnya di sana dan memilih mengikuti Gwen yang menaiki bus, tanpa sepengetahuan Gwen. Eric benar-benar menutupi celah agar Gwen tidak mengetahui kehadirannya, di antara para calon penumpang yang akan naik dan berdesakan di dalam bus.Bus padat penumpang, ini jam sibuk. Semua orang terburu ingin sampai cepat di rumah.Gwen berdiri sembari berpegangan pada pegangan bus. Dia sudah mengusap habis air matanya, dan baru menyadar
Inez tercengang, dan itu hanya sekitar dua menit, tidak lebih. Lalu mulai melepas semua yang berawal dari bawah menuju atas, milik Jupiter. Tanpa jeda, membuat pikiran warasnya tersingkir seketika.Lagi pula, tidak ada yang salah dengan ini. Mereka sah suami istri. Inez hanya butuh Jupiter, itu pemikiran awalnya. Kemudian, detik ketika mereka bersatu di bawah selimut, keserakahan menguasai Inez. Dia juga menginginkan hati Jupiter, seutuhnya.Jupiter berusaha membuang kesedihan akibat ciuman yang terjadi setengah jalan tadi sore bersama Gwen. Sekuat tenaga dia menghapus pikiran tentang kesalahan yang akan berbekas selamanya pada persahabatan mereka.Jupiter tidak peduli betapa beringas dan liarnya Inez malam ini, dan berhasil lupa mengggunakan pengaman. Itu luar biasa bagus untuk Inez dan petaka besar sesaat untuk Jupiter.Inez berhasil memegang kendali kali ini. Membiarkan Jupiter menikmati permainan
Jupiter tidak perlu terburu-buru turun dari ranjang, membersihkan diri, atau menghardik Inez, setelah aktivitas percintaan mereka yang sengit. Mungkin lebih tepatnya, mereka seri dalam hal ini.Jupiter menggeliat di samping tubuh Inez yang mulus. Sama, Inez juga enggan beranjak ke manapun. Dia hanya ingin bermalas-malasan. Bahkan jika perlu, dia akan memancing Jupiter untuk melakukannya lagi.“Ada apa dengan tatapanmu itu?” Jupiter melunak, ketika melihat Inez memandangi dirinya. Dia tidak harus marah sepagi ini. Lagi pula ini pertanyaannya. Sejak apa pun itu yang mereka lakukan semalam, Inez tidak mengajaknya berdebat apa lagi bertanya. Dia lebih terlihat menikmati dan juga tampak berusaha memberikan yang terbaik.Jupiter cukup merasa berterima kasih banyak untuk hal itu, karena semalam, dia berhasil lepas sesaat dari rasa sangat tidak menyenangkan yang bersarang di sekujur tubuhnya.“Tidak ada. Aku hanya ingin men
Gwen terkejut dengan suara sarat akan kebencian dari Eric. Dia menduga-duga bahwa pasti ada sesuatu yang mengganggu di benak Eric. Pria itu kini sedang gencar memberi banyak tanda bukan hanya di leher, tapi hampir di sekujur tubuh Gwen.“Eric ...” Gwen mencengkeram rambut bagian belakang kepala Eric, dia berharap pria itu mendongak, “ada apa?”“Kau tanya ada apa? Apa aku tidak salah dengar?” Sedetik setelah mengucapkan hal itu, Eric membenci dirinya yang sudah menanyakan hal memalukan ini pada Gwen. Bukankah sudah terlewat pribadi? Harusnya dia tidak perlu terlalu ingin tahu.“Eric ...” Gwen tercengang, melepas cengkeramannya dari rambut lurus Eric yang hitam, dia cemas, khawatir dirinya salah bertanya, “maaf ... aku tidak ber—”Eric menyela dengan membungkam mulut Gwen yang belum selesai bicara. Ada emosi dan kemarahan dalam ciumannya. Eric dan Gwen menyadari hal itu. Tapi Gwen mengimbanginya, susah payah di
Gwen meremas tasnya dengan perasaan tidak menentu, setelah mengembalikan ponselnya ke dalam benda berbahan lembut itu.Dia hampir tidak berani membaca pesan beruntun dari Jupiter yang memintanya untuk segera pulang ke rumah, karena dia menunggu Gwen sejak tadi.Eric masih di dapur. Dia bersikeras ingin menyiapkan makan siang untuk mereka berdua, dan memaksa Gwen agar tetap berada di kamarnya.Sekarang Gwen gelisah. Dia tahu seperti apa Jupiter. Pria yang tidak hanya keras kepala, tapi juga keinginan. Dia pasti tidak akan pergi sampai Gwen pulang, dan itu berbahaya, jika Alexi juga ikut singgah sepulang pria itu dari kantor, nanti sore.Setelah menghela napas, merapikan diri, Gwen menuju dapur, melihat Eric yang masih sibuk dengan bahan-bahan makanannya, perlahan dia melangkah mendekat. Eric membelakangi Gwen, dan tidak menyadari kehadiran wanita itu.Gwen melingkarkan kedua tangannya di pinggang ram