Share

Topeng Si Suami Idaman
Topeng Si Suami Idaman
Author: Rose Dreamers

Chapter 01

Author: Rose Dreamers
last update Last Updated: 2022-03-26 15:22:11

Sesak menyeruak dalam dada bagai tertimpa benda berat dan tumpul. Hari ini, tepat satu tahun pernikahannya dengan Farhan, pria itu mendadak sulit dihubungi. Rania pikir suaminya itu sedang sibuk dengan urusan kantor.

Namun, dugaannya sangat salah. Faktanya, saat ini Rania sedang melihat Farhan baru saja ke luar dari sebuah restoran ternama bersama seorang wanita yang sangat familiar. Nampak jelas terlihat, Farhan memperlakukan wanita itu begitu mesra.

"Rania, bukankah itu Farhan dan Dinar? Kenapa mereka terlihat sangat dekat? Tak seperti atasan dan sekretaris pada umumnya."

Rania bergeming, tak berkedip melihat bayangan sang suami yang kini sudah masuk ke mobilnya. Dia bahkan tak menghiraukan pertanyaan yang terlontar dari sahabatnya, Lalita.

"La, tolong ikuti mobil mereka!" Rania berucap tanpa mengalihkan pandangannya dari mobil Farhan yang baru saja ke luar dari area parkiran. Mengurungkan niatnya yang hendak ke restoran bertemu dengan teman-temannya dan Lalita.

"Ta-tapi, Ra-" Lalita menghela napas panjang, tak melanjutkan perkataannya. Tanpa berkata apa pun lagi, dia menuruti permintaan Rania untuk mengikuti mobil yang ditumpangi Farhan.

Rania mulai merasa gundah, meskipun dia sudah mencoba menepis segala pikiran buruk, tetap saja tak bisa menenangkan perasaannya. Rania berharap apa yang akan dia lihat selanjutnya tidak sama dengan dugaannya.

Namun, hati Rania kian bergetar. Darahnya mendidih seketika saat mobil yang sedari tadi dia ikuti memasuki area hotel. Wanita cantik itu menghela napas panjang menahan cairan bening yang siap tumpah dari matanya.

"Haruskah kita turun menemui mereka?" tanya Lalita. Dia pun merasakan perasaan yang sama dengan Rania, geram dan sangat emosi dengan pemandangan yang sedang dia lihat sekarang.

Lalita hendak turun, tak sabar ingin melabrak Farhan dan Dinar. Namun, niatnya urung karena Rania segera menahannya.

"Jangan, La." Dengan mata berkaca-kaca Rania menggelengkan kepala, menahan Lalita.

"Kenapa kau melarangku turun? Kita tidak bisa diam saja membiarkan mereka melakukan hal yang tidak pantas seperti itu." Lalita gemas karena Rania hanya diam saja. Padahal jelas-jelas di depan sana mereka sedang menyaksikan perselingkuhan Farhan dan sekretarisnya dengan mata mereka sendiri.

"Bagaimana mungkin kau bisa diam saja melihat suamimu berselingkuh dengan sekretarisnya sendiri?" geram Lalita. "Kenapa rasanya aku gemas sendiri melihat mereka? Rasanya ingin kujambak dan kucabik-cabik si pelakor itu dengan tanganku ini."

Lalita meremas-remas tangannya sendiri, merasa gatal tak sabar ingin menghajar si pelakor. Sementara itu, Rania tak menghiraukan perkataan Lalita. Dia mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, lalu langsung menghubungi kontak Farhan. Dari dalam mobil, Rania bisa melihat Farhan sedang meminta agar Dinar diam dan pergi masuk ke hotel lebih dulu karena dia akan menjawab telepon.

"Kau di mana sekarang? Kenapa sedari tadi kau sangat sulit dihubungi?" tanya Rania begitu teleponnya tersambung.

"Aku sedang meeting bersama klien. Tadi aku menggunakan mode silent, jadi tidak mendengar telepon darimu. Maafkan aku," tutur Farhan terdengar tenang. Sama sekali tidak ada nada bersalah atas kebohongan yang sedang dia lakukan.

"Apa kau lupa hari ini hari anniversary pernikahan kita yang pertama? Aku ingin merayakannya denganmu, tapi kau malah sibuk." Rania berucap dengan nada lirih dan bergetar menahan tangis yang akan pecah seketika.

Matanya memerah dan berkaca-kaca, satu tangannya mengepal di atas paha. Dia sama sekali tidak mengalihkan pandangan dari suaminya yang sedang bersama wanita lain.

Di sampingnya, Lalita menatap Rania dengan sorot sendu. Merasa kasihan dengan nasib sahabatnya. Rania masih dalam suasana duka atas meninggal papanya dua minggu yang lalu, dan sekarang dia harus menyaksikan perselingkuhan suaminya dengan wanita lain.

"Maafkan aku, Rania. Aku sedang sibuk sekarang, aku akan segera pulang sebentar lagi dan kita akan merayakannya bersama," tutur Farhan membujuk.

Pria itu masih belum menyadari bahwa istrinya sedang menyaksikan semua yang dia lakukan sekarang.

Hening, Rania tertunduk sambil memejamkan mata. Dia menggenggam erat ponsel yang masih menempel di telinganya. Hatinya berdenyut sakit, bagai teriris-iris benda tajam.

"Kau yakin, kau sedang bersama klien sekarang?" tanya Rania. Dia berharap Farhan akan berkata jujur. Namun, seorang peselingkuh tidak akan pernah jujur demi menutupi perselingkuhannya.

"Ya," jawab Farhan singkat.

Rania menghela napas panjang, merasakan sesak yang kian menyiksa. Matanya memanas, menahan genangan cairan bening yang akan luruh. Suaranya pun mendadak tercekat di tenggorokan, sulit sekali untuk berkata-kata.

"Tapi aku melihat kau sedang berada di hotel sekarang," ucap Rania lirih.

Farhan terlihat panik. Dia langsung mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat untuk mencari keberadaan istrinya. Kedua bola mata pria itu membulat sempurna, terkejut saat melihat Rania di dalam sebuah mobil melintas tepat di hadapannya.

"Rania ...."

"Mas Farhan mau ke mana?" tanya Dinar.

Wanita itu nampak panik saat melihat Farhan hendak pergi meninggalkannya di hotel.

"Mas harus segera pergi, Dinar. Ada hal penting yang harus mas urus," ujar Farhan sembari terburu-buru berjalan menuju ke mobilnya. Dinar terus mengikuti Farhan, tak rela kekasihnya itu pergi.

"Urusan penting apa yang membuat Mas harus pergi? Mas Farhan sudah janji akan menemaniku," ujar Dinar memelas.

Pendar mata polos itu membuat Farhan merasa tidak tega meninggalkannya. Farhan menghela napas panjang, merasa bersalah kepada kekasihnya karena tidak bisa menepati janji.

"Maafkan mas, Sayang, tapi mas harus pergi sekarang. Rania melihat kita di sini, dia pasti sangat marah sekarang," jelas Farhan. "Mas pergi dulu. Kamu langsung saja istirahat, jangan pergi ke mana-mana, oke!" sambungnya lagi.

Tanpa menunggu sahutan dari Dinar, Farhan langsung masuk ke mobilnya. Dia menyalakan mesin mobil dan langsung melesat meninggalkan kekasihnya sendirian.

"Sialan! Lagi-lagi wanita itu," umpat Dinar seraya mengepalkan tangan dan menghentakkan kakinya kesal.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Topeng Si Suami Idaman   Chapter 92

    Setiap sudut dari ruangan di dekor dengan sedemikian rupa hingga menimbulkan kesan tersendiri di saat mata menatap. Untaian bunga serta ornamen yang menyatu memperindah ruangan yang besar nan megah ini. Beberapa orang berpakaian rapi dan bagus mondar-mandir ataupun bercengkerama di kursi yang telah di sediakan. Tidak ada aura kesedihan ataupun aura buruk lainnya. Semuanya bergembira, tertawa, serta bersenda gurau. Mereka ikut bahagia atas acara bahagia yang sedang berlangsung. Muti yang menjadi salah satu orang yang bertanggung jawab atas pernikahan besar ini terlihat kewalahan melayani tamu serta beberapa masalah kecil yang timbul."Bu, ada masalah." Seorang pria bertubuh tinggi memakai pakaian berwarna putih yang dipadukan dengan rompi hitam datang menghampiri Muti dengan wajah yang berkeringat dan napas ngos-ngosan. Muti mengerutkan kening dan menatap ke arahnya. "Ada masalah apa?" tanya Muti. Pria tersebut terlihat kesusahan untuk mengatur nafasnya. Muti membiarkannya untuk me

  • Topeng Si Suami Idaman   Chapter 91

    Farhan sudah mendekam di balik jeruji besi setelah apa yang sudah dilakukannya. Setelah kehebohan mengenai Farhan yang masuk ke dalam jeruji besi, kini Rania mendapatkan ketenangan yang sudah lama tidak didapatkannya.Rasa takut akan kehilangan Noah setelah ancaman yang diberikan Farhan padanya sudah lenyap. Pengadilan telah memutuskan bahwa Rania memilki hak sepenuhnya atas Noah. Kendrick tidak pernah membiarkan Rania sendirian melewati hari-harinya yang rumit. Dirinya selalu berada di sebelah Rania hingga saat ini. Rania dan Kendrick mendatangi tempat di mana Dinar ditahan. Ada sesuatu yang ingin dijelaskan Rania pada Dinar."Kamu yakin bicara berdua saja dengan Dinar?" tanya Kendrick memegang bahu Rania sambil menatap matanya cemas.Rania tersenyum hangat sambil mengelus lengan Kendrick. "Tidak perlu khawatir, aku sudah siap dengan segala kemungkinan yang ada. Dinar harus tahu kebenarannya jika tidak ia akan terus menyalahkan orang yang salah."Kendrick menganggukan kepala sambil

  • Topeng Si Suami Idaman   Chapter 90

    Rania membaca setiap kata yang tertulis di berkas yang dia cari selama ini. Data manipulasi yang dilakukan Farhan hingga bernilai milyaran rupiah masuk ke dalam rekeningnya pribadi yang terletak di Swiss. Selama beberapa waktu ini, mereka menguras habis dana perusahaan juga membuat project gaib guna mengambil keuntungan dari itu. “Wah, aku enggak menyangka, pria bajingan ini bisa melakukan hal mengejikan seperti ini,” gumam Rania emosi. Lantas, dia beralih kepada layar komputer yang menampilkan tabel-tabel pendapatan dan pengeluaran setahun terakhir yang sangat berbeda. Angka pengeluaran 40% lebih besar daripada jumlah keuntungan yang masuk. Walaupun begitu, perusahaan masih stabil berkat dukungan dari investor juga pemegang saham yang memberikan dukungan penuh terhadap Farhan dan Dinar. Hingga tak ada angin yang bisa menggoyangkan tempat mereka. Tok ... tok ... tok! Rania menormalkan ekspresi wajahnya lalu menutup berkas-berkas tersebut. “Masuk,” teriaknya kemudian. Sang sekreta

  • Topeng Si Suami Idaman   Chapter 89

    Kendrick bertukar posisi dengan Rania dan Muti lalu menyuruh mereka untuk kembali pulang. Kendrick mempunyai kesempatan untuk menyusul Rania dan juga Muti saat Farhan berhenti di rest area. Saat ini mobil Kendrick masih berada di belakang mobil Farhan. Dirinya tidak melewatkan kesempatan sedikit pun untuk mengejar mobil Farhan yang melaju cukup kencang. "Ken, hati-hati. Kamu belum ada istirahat tapi langsung ke luar kota."Ya, sepanjang jalan Rania tidak mematikan panggilan teleponnya sekedar memastikan Kendrick sampai dengan selamat. Dirinya juga tidak berhenti berbicara mengajak Kendrick mengobrol."Kamu tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja dan masih punya kekuatan untuk menyetir ke luar kota.""Tetap aja kamu harus hati-hati kalau capek istirahat sebentar. Kamu masih di tol atau udah keluar tol?" Kendrik melihat ke kanan dan kirinya yang dipenuhi oleh hutan. Bila dirinya mengatakan saat ini Kendrick melewati jalanan yang cukup sepi dan dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun

  • Topeng Si Suami Idaman   Chapter 88

    Muti masih menemani Rania hingga wanita itu mulai berdamai dengan apa yang terjadi. Dirinya pun ikut membantu menjaga Noah dengan mengajaknya bermain atau sesekali menyuapinya walaupun Rania kerap kali menolak tawaran Muti yang ingin menjaga Noah karena tidak mau merepotkan wanita tersebut.Noah saat ini sudah tidur dan inilah saatnya Rania duduk santai bersama Muti di teras rumah sambil memandangi pepohonan kecil yang berada di taman depan rumah Rania. "Ran, Dinar sudah tertangkap apakah kamu akan mencari bukti untuk Farhan juga?" tanya Muti mengawali pembicaraan setelah beberapa saat lalu mereka hanya saling diam. Rania menoleh sekilas ke arah mutih lalu fokus kembali ke depan sambil tersenyum getir. "Dinar dan Farhan adalah sepaket, mereka selalu melakukan sesuatu bersama tidak mungkin hanya Dinar yang akan mendapatkan hukuman sementara Farhan berada di luar sana bebas berkeliaran. Bukankah jika aku biarkan ini terjadi akan termasuk ketidakadilan?"Muti mengangguk-anggukkan kepal

  • Topeng Si Suami Idaman   Chapter 87

    Kabar mengenai Dinar yang sudah ditetapkan sebagai tersangka sudah tersebar ke mana-mana, termasuk di perusahaan semua karyawan sudah mengetahuinya dan sedang membicarakan mengenai Dinar. Farhan yang merasa dirinya tidak aman, memutuskan untuk tidak tampil di depan publik karena ia tahu akan mendapatkan ribuan pertanyaan dan juga tuduhan yang mengarah kepadanya. Sebenarnya Farhan juga terkejut setelah mengetahui bahwa ternyata selama ini tidak hanya memanfaatkannya saja. Ia tidak tahu bahwa yang dilakukan oleh dinas selama ini memiliki motif tersendiri bukan hanya ingin mengejar harta. Farhan yang tidak tahu apa-apa hanya mengikuti apa yang rencanakan oleh Dinar sehingga dirinya mempunyai kemungkinan untuk terseret bersama wanita itu. "Selama ini ternyata Dinar memiliki dendam tersendiri kepada papa Rania dan aku tidak tahu sama sekali. Aku seperti boneka yang sedang dimainkan oleh Dinar untuk melancarkan rencana yang sudah disusunnya." Farhan mengerang kesal sambil menendang barang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status