Share

Chapter 02

Author: Rose Dreamers
last update Huling Na-update: 2022-03-26 15:23:34

"Kau yakin baik-baik saja?" tanya Lalita kepada Rania.

Dia benar-benar mencemaskan keadaan sahabatnya yang baru saja memergoki perselingkuhan suaminya.

"Ya, aku tidak apa-apa. Maaf ya, karena aku, kita tidak jadi bertemu teman-teman," sahut Rania lirih. Dia menghela napas panjang yang begitu menyesakkan.

"Tidak masalah, kita bisa bertemu mereka lain waktu," ucap Lalita. Dia tak mengalihkan pandangan dari wajah Rania yang nampak murung.

Jelas terlihat kekecewaan menyelimuti mata Rania yang membuat Lalita sangat iba dan tak tega meninggalkan sahabatnya itu sendirian.

"Kalau kau tidak mau pulang, kau bisa menginap di rumahku malam ini," ajak Lalita.

Walau sedang terluka, tetapi Rania masih bisa menampakkan senyum manis untuk menutupi rasa sakitnya. Wanita itu menggelengkan kepala, menolak tawaran sahabatnya.

"Terima kasih, tapi aku sungguh baik-baik saja," katanya. "Aku masuk dulu," sambungnya lagi berpamitan untuk turun dari mobil.

Lalita hanya mengangguk pasrah. Dia tidak bisa memaksa Rania untuk ikut bersamanya. Terlepas dari semua itu, dia berharap semoga permasalahan yang sedang dihadapi sahabatnya itu segera mendapatkan solusi terbaik.

"Kalau ada apa-apa, hubungi aku. Aku siap membantu kapan saja," ucap Lalita tulus. Setelah berpamitan, dia pun melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya.

Rania menghela napas kasar begitu dia memasuki kamarnya. Langkahnya sangat gontai dan tak bersemangat. Dia menaruh tasnya, kemudian merangkak naik ke atas kasur. Terduduk sambil menekuk kedua lututnya.

Tak lama kemudian, pintu kamar dibuka dengan kasar. Rania tidak terkejut, dia sudah menduganya sejak awal. Farhan pasti akan menyusul untuk menjelaskan sesuatu kepadanya atas apa yang dia lihat di restoran dan di hotel tadi.

"Rania, aku bisa menjelaskan semuanya," tutur Farhan tanpa basa-basi.

Mata Rania memerah, antara menahan marah dan juga menahan tangis. Rania menatap tajam wajah pria yang selama ini dia puja. Sosok sempurna yang selalu dia agung-agungkan sebagai suami idaman.

Tanpa kata, wanita itu turun dari ranjang dan berjalan mendekati suaminya yang nampak cemas. Entah apa yang membuatnya terlihat begitu khawatir. Atau mungkin, pria itu takut kebusukannya terbongkar.

"Apa yang ingin kau jelaskan kepadaku, hm?" tanya Rania dengan suara bergetar penuh penekanan.

Pandangannya tak beralih, tetap menatap mata pria yang ada di hadapannya.

"Semuanya." Farhan langsung menjawab. "Semua yang kau lihat tadi, itu tidak seperti yang kau pikirkan," tutur Farhan lagi.

Sebelah bibir Rania tertarik ke atas mengulas sebuah senyum simpul.

"Memangnya kau tahu apa tentang isi pikiranku?" tanya Rania sinis.

Benar, Farhan tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Rania sekarang. Bisa saja dia terlalu khawatir, sehingga berpikir bahwa istrinya itu mengetahui kebohongan yang selama ini dia sembunyikan. Padahal sebenarnya, Rania belum mengetahui apa pun.

Pria berparas tampan itu berdehem sambil mengendurkan dasi yang dia kenakan agar napasnya tidak sesak. Dia mengalihkan pandangan sesaat sambil mengulum bibirnya, lalu mendengkus kasar.

"Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan sekarang, untuk itu aku-"

"Kalau kau tidak tahu apa pun tentang apa saja yang sedang aku pikirkan, lantas kenapa kau terlihat begitu cemas?" Rania sengaja memotong perkataan Farhan.

"Dari sikapmu, kau terlihat seperti seorang yang baru saja ketahuan berselingkuh. Kau takut aku tahu kebohonganmu dan kau takut aku marah. Benar begitu?" sindir Rania penuh penekanan.

Napas Farhan tercekat di kerongkongan. Semua yang dikatakan istrinya memanglah benar. Namun, Farhan tidak ingin mengaku begitu saja. Kedua alis pria itu saling bertautan, menatap Rania dengan sorot yang sulit diartikan.

"Apa maksudmu berkata seperti itu? Perlu kau ingat, aku tidak pernah melakukan kebohongan apa pun, dan aku tidak pernah berselingkuh seperti yang kau tuduhkan baru saja!" tegas Farhan.

Tak mau kalah, Farhan membalas tatapan tajam Rania. Dia bersikap seolah sedang menjadi korban prasangka buruk istrinya.

"Seharian tadi aku sibuk meeting dengan klien penting, itu sebabnya aku tidak bisa menghubungimu," ujar Farhan lagi.

Rania tersenyum simpul sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sedetik kemudian, dia kembali menatap wajah suaminya.

"Meeting apa sampai harus ke hotel segala?" tanya Rania sinis.

"Aku bahkan melihat dengan mataku sendiri, kau memperlakukan sekretarismu itu selayaknya seorang kekasih. Apa lagi yang ingin kau jelaskan?" ujar Rania. Nada suaranya meninggi karena tidak tahan lagi menyimpan semuanya dalam hati.

"Sudah berapa lama semua itu terjadi, hm?" tanya Rania. Kali ini nada suaranya melemah, tetapi masih penuh penekanan di setiap kata-katanya.

Rania menarik kerah baju suaminya, geram. Iris hitam itu berkaca-kaca, perlahan tanpa sadar setetes cairan bening berhasil lolos membasahi pipinya yang putih mulus.

Deru napasnya menaik turun tak beraturan. Tangan dan seluruh tubuhnya pun bergetar akibat terlalu emosi. Kemudian, dengan penuh amarah, Rania memukul dada bidang Farhan dengan kedua tangannya sambil menangis.

"Katakan padaku, sejak kapan kau menjalin hubungan dengannya?" tanya Rania lagi dengan suara serak akibat menangis.

Farhan tidak tahan lagi dengan tuduhan yang terlontar dari mulut istrinya. Dia menarik kasar kedua tangan Rania agar berhenti memukulinya.

"Apa kurangku hingga kau tega diam-diam berselingkuh dariku?" tanya Rania lagi sambil menatap wajah Farhan dengan sorot yang nampak sangat frustrasi.

"Jaga bicaramu, Rania! Aku tidak pernah berselingkuh. Semua tuduhanmu itu menyakiti hatiku!" tegas Farhan sambil mengempaskan tangan Rania dengan kasar sehingga wanita itu sedikit oleng.

Farhan mendengkus kasar. Dia membuka jas yang masih melekat ditubuhnya, lalu melempar pakaiannya itu ke atas kasur dengan kasar.

"Buang jauh-jauh pikiran burukmu itu, Rania! Aku sudah lelah bekerja seharian, mengurus perusahaan agar bisa membelikan apa pun yang kau inginkan. Aku mengabdikan seluruh hidupku untukmu dan perusahaan kita, tapi apa yang kudapat sekarang? Kau malah menuduhku berselingkuh. Apa kau sudah tidak waras, Rania?!" bentak Farhan.

"Lelah bekerja atau lelah menutupi kebohongan perselingkuhanmu?" sindir Rania. Matanya memerah dan berkaca-kaca, menatap tajam wajah Farhan sambil mengeradkan rahangnya.

Rania kembali mencengkeram kerah baju Farhan erat-erat. Sakit yang bergejolak dalam hati membuatnya tidak merasa takut kepada suaminya itu.

"Aku bersumpah, tidak akan pernah memaafkanmu jika kau terbukti bersalah," tutur Rania dengan nada penuh penekanan di setiap kata-katanya.

Rania mendorong tubuh kekar Farhan hingga pria itu sedikit tersungkur ke belakang tetapi tidak sampai terjatuh. Tak ingin mengalah, apa lagi sampai mengakui kesalahan, Farhan membalas mencengkeram lengan Rania cukup keras hingga wanita itu meringis kesakitan.

Rahang tegas itu mengeras, matanya memelotot tajam seperti siap menerkam mangsa hidup-hidup.

"Aku akan pastikan kau tidak akan menemukan bukti apa pun karena aku tidak melakukan kesalahan!" tegas Farhan. Setelah itu, dia mendorong Rania hingga istrinya itu terjatuh dan tersungkur di atas lantai.

Hampir saja kepala Rania terbentur ke papan ranjang, andai dia tidak segera menyeimbangkan tubuhnya. Tanpa perasaan, Farhan bergegas pergi meninggalkan Rania begitu saja.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Topeng Si Suami Idaman   Chapter 92

    Setiap sudut dari ruangan di dekor dengan sedemikian rupa hingga menimbulkan kesan tersendiri di saat mata menatap. Untaian bunga serta ornamen yang menyatu memperindah ruangan yang besar nan megah ini. Beberapa orang berpakaian rapi dan bagus mondar-mandir ataupun bercengkerama di kursi yang telah di sediakan. Tidak ada aura kesedihan ataupun aura buruk lainnya. Semuanya bergembira, tertawa, serta bersenda gurau. Mereka ikut bahagia atas acara bahagia yang sedang berlangsung. Muti yang menjadi salah satu orang yang bertanggung jawab atas pernikahan besar ini terlihat kewalahan melayani tamu serta beberapa masalah kecil yang timbul."Bu, ada masalah." Seorang pria bertubuh tinggi memakai pakaian berwarna putih yang dipadukan dengan rompi hitam datang menghampiri Muti dengan wajah yang berkeringat dan napas ngos-ngosan. Muti mengerutkan kening dan menatap ke arahnya. "Ada masalah apa?" tanya Muti. Pria tersebut terlihat kesusahan untuk mengatur nafasnya. Muti membiarkannya untuk me

  • Topeng Si Suami Idaman   Chapter 91

    Farhan sudah mendekam di balik jeruji besi setelah apa yang sudah dilakukannya. Setelah kehebohan mengenai Farhan yang masuk ke dalam jeruji besi, kini Rania mendapatkan ketenangan yang sudah lama tidak didapatkannya.Rasa takut akan kehilangan Noah setelah ancaman yang diberikan Farhan padanya sudah lenyap. Pengadilan telah memutuskan bahwa Rania memilki hak sepenuhnya atas Noah. Kendrick tidak pernah membiarkan Rania sendirian melewati hari-harinya yang rumit. Dirinya selalu berada di sebelah Rania hingga saat ini. Rania dan Kendrick mendatangi tempat di mana Dinar ditahan. Ada sesuatu yang ingin dijelaskan Rania pada Dinar."Kamu yakin bicara berdua saja dengan Dinar?" tanya Kendrick memegang bahu Rania sambil menatap matanya cemas.Rania tersenyum hangat sambil mengelus lengan Kendrick. "Tidak perlu khawatir, aku sudah siap dengan segala kemungkinan yang ada. Dinar harus tahu kebenarannya jika tidak ia akan terus menyalahkan orang yang salah."Kendrick menganggukan kepala sambil

  • Topeng Si Suami Idaman   Chapter 90

    Rania membaca setiap kata yang tertulis di berkas yang dia cari selama ini. Data manipulasi yang dilakukan Farhan hingga bernilai milyaran rupiah masuk ke dalam rekeningnya pribadi yang terletak di Swiss. Selama beberapa waktu ini, mereka menguras habis dana perusahaan juga membuat project gaib guna mengambil keuntungan dari itu. “Wah, aku enggak menyangka, pria bajingan ini bisa melakukan hal mengejikan seperti ini,” gumam Rania emosi. Lantas, dia beralih kepada layar komputer yang menampilkan tabel-tabel pendapatan dan pengeluaran setahun terakhir yang sangat berbeda. Angka pengeluaran 40% lebih besar daripada jumlah keuntungan yang masuk. Walaupun begitu, perusahaan masih stabil berkat dukungan dari investor juga pemegang saham yang memberikan dukungan penuh terhadap Farhan dan Dinar. Hingga tak ada angin yang bisa menggoyangkan tempat mereka. Tok ... tok ... tok! Rania menormalkan ekspresi wajahnya lalu menutup berkas-berkas tersebut. “Masuk,” teriaknya kemudian. Sang sekreta

  • Topeng Si Suami Idaman   Chapter 89

    Kendrick bertukar posisi dengan Rania dan Muti lalu menyuruh mereka untuk kembali pulang. Kendrick mempunyai kesempatan untuk menyusul Rania dan juga Muti saat Farhan berhenti di rest area. Saat ini mobil Kendrick masih berada di belakang mobil Farhan. Dirinya tidak melewatkan kesempatan sedikit pun untuk mengejar mobil Farhan yang melaju cukup kencang. "Ken, hati-hati. Kamu belum ada istirahat tapi langsung ke luar kota."Ya, sepanjang jalan Rania tidak mematikan panggilan teleponnya sekedar memastikan Kendrick sampai dengan selamat. Dirinya juga tidak berhenti berbicara mengajak Kendrick mengobrol."Kamu tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja dan masih punya kekuatan untuk menyetir ke luar kota.""Tetap aja kamu harus hati-hati kalau capek istirahat sebentar. Kamu masih di tol atau udah keluar tol?" Kendrik melihat ke kanan dan kirinya yang dipenuhi oleh hutan. Bila dirinya mengatakan saat ini Kendrick melewati jalanan yang cukup sepi dan dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun

  • Topeng Si Suami Idaman   Chapter 88

    Muti masih menemani Rania hingga wanita itu mulai berdamai dengan apa yang terjadi. Dirinya pun ikut membantu menjaga Noah dengan mengajaknya bermain atau sesekali menyuapinya walaupun Rania kerap kali menolak tawaran Muti yang ingin menjaga Noah karena tidak mau merepotkan wanita tersebut.Noah saat ini sudah tidur dan inilah saatnya Rania duduk santai bersama Muti di teras rumah sambil memandangi pepohonan kecil yang berada di taman depan rumah Rania. "Ran, Dinar sudah tertangkap apakah kamu akan mencari bukti untuk Farhan juga?" tanya Muti mengawali pembicaraan setelah beberapa saat lalu mereka hanya saling diam. Rania menoleh sekilas ke arah mutih lalu fokus kembali ke depan sambil tersenyum getir. "Dinar dan Farhan adalah sepaket, mereka selalu melakukan sesuatu bersama tidak mungkin hanya Dinar yang akan mendapatkan hukuman sementara Farhan berada di luar sana bebas berkeliaran. Bukankah jika aku biarkan ini terjadi akan termasuk ketidakadilan?"Muti mengangguk-anggukkan kepal

  • Topeng Si Suami Idaman   Chapter 87

    Kabar mengenai Dinar yang sudah ditetapkan sebagai tersangka sudah tersebar ke mana-mana, termasuk di perusahaan semua karyawan sudah mengetahuinya dan sedang membicarakan mengenai Dinar. Farhan yang merasa dirinya tidak aman, memutuskan untuk tidak tampil di depan publik karena ia tahu akan mendapatkan ribuan pertanyaan dan juga tuduhan yang mengarah kepadanya. Sebenarnya Farhan juga terkejut setelah mengetahui bahwa ternyata selama ini tidak hanya memanfaatkannya saja. Ia tidak tahu bahwa yang dilakukan oleh dinas selama ini memiliki motif tersendiri bukan hanya ingin mengejar harta. Farhan yang tidak tahu apa-apa hanya mengikuti apa yang rencanakan oleh Dinar sehingga dirinya mempunyai kemungkinan untuk terseret bersama wanita itu. "Selama ini ternyata Dinar memiliki dendam tersendiri kepada papa Rania dan aku tidak tahu sama sekali. Aku seperti boneka yang sedang dimainkan oleh Dinar untuk melancarkan rencana yang sudah disusunnya." Farhan mengerang kesal sambil menendang barang

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status