Share

2. Indera Keenam Delina

Kekuatan tidak datang dari kemampuan fisik, tetapi datang dari semangat yang gigih. — unknown.

*****

Chapter 2

Delina benar-benar merasa hancur. Pria panutan di hidupnya itu harus pergi menghadap sang ilahi meninggalkan dia dan ibunya.

"Lina."

Gadis itu menoleh kala melihat sosok hantu yang menyerupai sang ayah hadir di ruangan itu. Delina langsung tak sadarkan diri kemudian.

"Lin, bangun, Nak!"

Suara ayahnya terdengar di telinga gadis itu. Kedua mata lentiknya perlahan terbuka. Delina melihat  sang ayah yang tersenyum memakai baju koko warna putih. Pakaian favoritnya saat pergi untuk beribadah.

"Papa," lirihnya seraya mengerjap tak percaya.

"Terima kasih sudah menjadi anak Papa yang baik, yang selalu berjuang untuk membanggakan Papa dan Mama. Tolong jaga Mamah kamu, ya, Papa sayang sekali sama kamu."

"Papa kenapa harus bicara seperti itu, sih? Kita pulang, Pa!" Delina menarik tangan ayahnya yang tak jua bergeming.

Pria itu menggelengkan kepalanya seraya tersenyum.

"Papa tidak bisa pulang sama kamu, Papa harus pulang ke tempat lain, jaga dirimu baik-baik, ya."

"Papa tidak boleh pergi! Aku masih butuh Papa, Mama juga masih butuh Papa!" pinta Delina sambil menangis berusaha menahan ayahnya pergi.

"Papa yakin kamu bisa menjadi gadis yang kuat."

Dilihatnya sang ayah tersenyum bahagia melambaikan tangannya lalu pergi menjauh. Delina menyadari ini kah saatnya mereka berpisah, pikiran jeleknya itu ternyata terjadi, ayahnya benar-benar pergi untuk selamanya. Kini, gadis itu hanya bersimpuh menangis sejadi-jadinya sampai tak sadarkan diri.

Delina memang memiliki kemampuan melihat makhluk astral sejak kecil. Namun, ia berusaha untuk menutupinya dari yang lain agar cap gadis aneh tak menempel padanya. Ia berusaha menjadi gadis normal seperti gadis lainnya.

***

Dua puluh tahun yang lalu.

Malam itu di tengah hujan deras disertai angin kencang yang terus membuka jendela rumah dengan paksa, Susi tengah kebingungan saat ia kehilangan anaknya. Dia hanya berdua bersama anaknya di sebuah desa bernama Desa Kemuning.

"Delina, kamu di mana, Sayang?"

Susi terus mencari anaknya ke setiap sudut rumahnya. Langkahnya terhenti untuk menutup jendela yang terbuka itu. Angin berembus sangat kencang sampai terus membuka jendela tersebut.

Sekelebat bayangan hitam melintas di dinding kayu di belakang tubuh wanita itu.

"Kenapa aku merasa seperti ada yang melintas?" gumamnya melirik ke arah samping kanan dan kirinya.

Tiba-tiba, bayangan sosok kepala tanpa tubuh dan berambut panjang terlihat muncul di dinding kayu itu lagi, tepat di belakang tubuh Susi. Wanita itu membalikkan tubuhnya, tetapi sosok bayangan itu tiba-tiba hilang dari pandangannya.

Tiba-tiba, sebuah ketukan di pintu kayu itu mengejutkannya.

"Ma, ini Papa pulang."

Seorang pria datang dengan menggunakan jas hujan yang basah berdiri di depan pintu. Lalu, ia melepas jas hujan dan menggantungnya di sebuah paku yang ditancapkan di luar dinding rumah.

"Iya, sebentar," jawab Susi dengan bibir yang gemetar.

"Kamu kenapa, Ma?"

Hadi langsung heran kala melihat kecemasan dan ketakutan menghinggapi wajah cantik istrinya itu.

"Delina, Pah, Delina hilang!" pekiknya.

Susi tak dapat menahan tangisnya yang sudah tak bisa ia bendung sedari tadi.

"Lina hilang? Bagaimana bisa dia hilang?" 

Sang suami mengguncang kedua bahu istrinya itu karena tak percaya.

"Mama hanya pergi sebentar, Delina sedang bermain di depan TV, lalu setelah Mama kembali dia sudah tak ada," ucap Susi menjelaskan sambil sesenggukan.

"Apa kamu sudah mencari dia ke semua tempat?" tanya Hadi yang mulai ikut cemas.

"Sudah, Pa, semua tempat sudah Mamah cari," jawabnya.

Hadi lalu mengusap air mata dengan lengan kanannya, timbul ketakutan yang aneh pada dirinya. Hal-hal mitos yang berhubungan dengan dunia gaib yang sering diceritakan para warga sangat tak ia percayai. Namun kini, rasanya ia harus percaya.

"Papa harus bertemu dengan Ustaz Ali, kamu tunggu di sini, ya!"

Hadi langsung bergegas memakai jas hujannya kembali.

"Tapi, Pa–"

"Papa harus cepat, Papa takut apa yang dibicarakan para tetangga itu ada benarnya."

"Maksud Papa?"

"Papa takut Delina diculik sama hantu, Ma."

Susi langsung terperanjat menatap tak percaya. Ketakutan makin menghinggapinya. Suaminya itu lalu bergegas menaiki motor bebek dan menyalakan mesinnya kembali.

"Hati-hati ya, Pah!" ucap Susi seraya menangis.

"Kamu yang tenang, ya, kamu harus berdoa memohon pada Tuhan agar Delina selamat."

Pria itu menangkup wajah istrinya lalu memeluknya dari atas motornya sebelum ia pamit pergi. Pria itu lalu menjauh menuju rumah Ustaz Ali.

Sementara itu, di pohon beringin besar yang terletak di belakang rumah keluarga Delina itu, anak berusia dua tahun itu tak henti-hentinya menangis.

Di malam yang mencekam itu, Hadi datang bersama ustad Ali. Mereka langsung berkeliling rumah sambil membaca ayat-ayat suci dengan lirih.

"Kamu punya tetangga di belakang rumah," ucap Ustaz Ali.

"Tetangga? Maksud Pak Ustaz? Yang saya tau tetangga saya ada di depan sana. Kalau di belakang mah cuma pohon besar. Astaga ya ampun, ada pohon beringin di belakang rumah."

"Nah, itu. Saya juga merasakan hawa gaib dari sana. Kita ke sana dulu."

Keduanya mengarah ke sana. Pemuka agama itu langsung melantunkan ayat kursi yang terdengar dari bibirnya di hadapan pohon beringin besar itu.

Tak berapa lama suara Delina terdengar sedang menangis dari arah dalam rumah. Hadi langsung menoleh ke arah rumah. Pria itu segera menghampiri asal suara tersebut dengan berlari. Ka menemukan Delina kecil sudah berada di dekapan ibunya. 

"Delina." Hadi langsung memeluk puteri kecilnya itu.

Ia lalu kembali ke tempat ustaz tadi berada.

"Sebaiknya kalian doakan penghuni pohon di belakang rumah itu, nanti saya bantu membuang jin jahat yang ada di pohon tersebut," ucap Ustaz Ali kala Hadi datang dan berada di sampingnya.

"Iya, Pak Ustaz." 

Tiba-tiba, Hadi menoleh ke arah pohon beringin besar itu. Sosok hantu perempuan berambut panjang yang hanya terlihat kepalanya saja sedang menatap pria itu. Senyum menyeringai terpancar di wajahnya. Matanya berwarna merah dengan darah yang mengalir. Dari mulutnya keluar kedua taring yang sangat mengerikan.

"Sudah jangan dilihat! Nanti kalau kamu suka, saya tambah repot untuk mengobatinya," ucap Ustaz Ali sambil tertawa meledek Hadi. 

"Ah, Pak Ustaz bisa saja," Hadi bergidik ngeri dengan memeluk dirinya sendiri. Keduanya lalu masuk ke dalam rumah.

Lima tahun berlalu setelah Delina diculik hantu, ia selalu diganggu oleh beberapa makhluk tak kasat mata yang sering datang ke rumahnya. Namun, selama ada Ustaz Ali, ia akan ada untuk membantu keluarga Hadi. 

Namun, Hadi akhirnya memutuskan untuk pindah ke Kota Mekarsari dan menerima tawaran bekerja di WE Corporation. Ia juga berusaha untuk menghindar agar anak gadisnya tidak lagi diganggu makhluk astral di kampung itu.

*****

To be continue...

Rate five star dan ditunggu komentar kritik sarannya ya, terima kasih.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
gue baca jam 2 weee..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status