Pada akhirnya Balryu masih harus berbaring di ranjang klinik, Balryu hanya merasa sedang tidur namun semua orang mengatakan jika dirinya pingsan setelah muntah untuk kedua kalinya. Bahkan Balryu tidak tahu kapan pamannya kembali. Alih-alih khawatir pria tua itu malah menertawakan nya, dokter Halaong yang begitu dihormati bisa-bisanya tertawa di situasi seperti ini, Yukine tunduk pada gurunya tapi semua orang lebih takut pada Yukine menurut mereka dokter Halaong lebih bisa di ajak kompromi dan bicara dari hati ke hati daripada Yukine yang lebih sering memasang wajah dingin dari waktu ke waktu "Paman inikan sikapmu melihat keponakanmu yang sedang sakit?" seru Balryu melihat pamannya sama sekali tidak punya wajah prihatin sama sekali. "Apa yang perlu dikhawatirkan itu masih jauh dari nyawa, lagipula kamu sakit karena kamu buat sendiri bukan karena murni sakit," jawab dokter Halaong dengan santai. "Setidaknya berpura-puralah di depanku." Balryu nampak kesal melihat kelurganya menunjuk
Dari dalam mobil Balryu melihat semua aktivitas semua orang yang ada di luar, reruntuhan ada dimana-mana namun mereka nampak sudah lebih santai hanya satu orang yang sesekali menoleh ke arah mobilnya padahal mobil itu tidak dapat terlihat apapun dari luar. "Apakah dokter Ma masih menghawatirkan aku?" ujar Balryu sambil tertawa geli melihat Yukine akan tetapi hatinya merasa hangat melihat ini. Karena tidak tega melihat perempuan itu merasa khawatir terus menerus Balryu menurunkan sebagian kaca mobil hingga perempuan itu bisa melihatnya dari luar yang jauh. Namun kini Balryu harus pura-pura tidur agar tidak terkena marah oleh perempuan itu lagi. Karena pura-pura tidur Balryu malah benar-benar tertidur karena tubuhnya terasa lesu dan pusing, meskipun tidak separah itu kehilangan darah dua kantong membuat tubuhnya terkejut mungkin itu salah satu alasan perempuan itu khawatir karena biasanya orang hanya akan mendonorkan darah sebanyak satu kantong dengan isi 350 ml sedangkan kantong yan
"Dokter Halaong aku datang," teriak Jon sambil membawa kotak berisikan kantong darah. Dengan dada berdebar-debar Jon menyerahkan darah itu pada pria itu."Bagus, kamu memang bisa di andalkan," jawab dokter Halaong langsung menerima darah-darah itu. "Pincang, berikan darah ini para tentara itu." Dokter Halaong berteriak pada Yukine yang tidak jauh darinya."Ya master," sahut Yukine dengan cepat dan mengambil satu kantong di kotak itu namun tangannya berhenti. "Bukankah master menyuruhmu mengambil 4 kantong?" Yukine menatap laki-laki yang ada di depannya penuh selidik, siap memarahinya karena salah mendengar intrusi."Itu." Jon berhenti bicara karena perawat itu baru selesai mengambil satu kantong darah dari Balryu ketika mereka sampai di kota Dusee sedangkan kantong lainnya masih dalam proses."Bicara. Apa kamu tidak mendengar dengan jelas intrusi master atau darah tidak tersedia di klinik?" Yukine bicara dengan nada rendah namun itu sudah membuat orang yang diajaknya bicara merasa te
Sudah dua hari mereka pergi, klinik itu menjadi jauh lebih sepi meskipun masih ada beberapa dokter dan perawat yang tinggal untuk merawat beberapa pasien di sana. Balryu tidak bisa berhenti khawatir pada mereka yang pergi apalagi setelah malam keberangkatan mereka masih ada ledakan susulan yang membuat Balryu tidak bisa berhenti khawatir. Namun kekhawatiran sedikit teralihkan ketika ada seorang anak perempuan berusia 6 tahun menghampirinya. Gadis kecil itu menarik ujung baju Balryu yang sedang berdiri menatap di mana arah kota Dusee. "Apa?" tanya Balryu sambil berjongkok agar Gadis itu tidak mendongak. "Kamu khawatir?" tanya gadis kecil itu dengan wajah polos. " ... " Balryu tidak tahu harus menjawab apa, dirinya memang khawatir namun tidak pernah menyangka jika mendapatkan pertanyaan seperti itu dari seorang anak yang memiliki tubuh kecil namun sepertinya telah dewasa belum waktunya. "Jika kamu khawatirkan doakan mereka agar mereka kembali dengan selamat." Gadis kecil itu bicara
Langkah kaki Jon terhenti ketika melihat pemandangan tidak jauh darinya, di malam yang sunyi ini terdengar suara tawa seorang perempuan yang asing, Jon berteman hampir semua orang yang ada di tempat ini dan hampir bisa mengingat semua suara mereka tawa ini sedikit asing untuk laki-laki itu, ketika Jon melihat suara siapa itu laki-laki itu sama sekali tidak menyangka jika itu adalah milik perempuan yang hampir tidak pernah tertawa hanya sekedar tersenyum itupun tidak dilakukan setiap hari. "Ya tuhan apakah ini nyata, benarkah itu dokter Ma?" Jika bukan karena kedua tangannya sedang membawa kopi panas mungkin Jon akan menampar wajahnya sendiri untuk memastikan jika dirinya tidak sedang bermimpi.Jon tadang dengan dua cangkir kopi panas berniat mengobrol dengan Balryu sebelum mereka kembali untuk beristirahat namun Jon mengurungkan niatnya ketika melihat pemandangan ini, Balryu sedang bicara sedangkan perempuan yang mendengarkan malah hanya tertawa terus mendengar ini. "Cerita lucu apa
Jika biasanya perempuan itu akan langsung tertidur ketika bersentuhan dengan bantal akan tetapi kini hanya bertahan satu menit hingga perempuan itu kembali duduk dengan kepala terkulai."Aku tidak bisa tidur, ada orang asing," ucap Yukine sambil menggeleng pelan. "Aku bisa pergi," kata Balryu di sampingnya."Tidak perlu, kamu datang lebih dulu kamu tidak seharusnya pergi, lagipula sepertinya aku sudah tidak mengantuk lagi karena kesal," ucap Yukine yang bicaranya sedikit tidak jelas.Perempuan ini ada di sampingnya membuat Balryu sedikit tidak nyaman untuk terus menghisap rokoknya hingga mematikannya padahal itu batang rokok yang kedua yang baru saja dinyalakan. Karena berada di lingkungan klinik Balryu tidak bisa merokok sesuka hati namun karena itu pula ketergantungannya terhadap nikotin sedikit menurun mungkin juga karena otaknya yang tidak lagi stres dan banyak melakukan aktivitas baru membuat Balryu sedikit melupakan kebiasaan buruk itu."Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Y