Share

Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game
Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game
Author: Darashinai

Chapter 1

Author: Darashinai
last update Huling Na-update: 2024-05-21 09:30:48

Aku merasakan sebuah pisau menusuk jantungku. Dengan senyuman lebar seolah rencananya berhasil, seniorku membiarkanku jatuh dengan pisau yang masih menancap.

“Makasih ya…Sekarang sudah waktunya kamu pergi.”

Psikopat, pikirku.

Tidak ada gestur menyesal ataupun keraguan tapi pengkhianatan yang sudah terstruktur. Kukira ada apa aku dipanggil ke gang kecil saat pesta perilisan game besar kami diadakan, tapi ternyata ini yang menantiku.

“Kenapa…?” tanyaku kecil.

“Kenapa? Karena aku tidak mau ada kau lagi di perusahaan ini. Bisa-bisanya hanya karena sekedar ingatanmu yang sedikit bagus itu aku disingkirkan dari desainer utama. Selama pengembangan aku sudah cukup menahan diri lho? Tapi sekarang aku sudah muak, maaf ya~”

Tidak ada perasaan maaf di kalimatnya. Melainkan hanyalah nada bercanda dan senyuman jahatnya saat melihatku tergeletak di tanah. Seniorku pun pergi dengan langkah ringan.

Sialan…Lagi-lagi karena kemampuan ingatanku aku dikhianati oleh orang yang kupercaya. Mereka pikir aku mau punya kemampuan ini? Semua hal yang kulihat, dengar, rasakan tidak akan pernah kulupakan. Termasuk rasa pisau yang menembus jantungku ini.

Aku yang seorang anak buangan sejak kecil hidup di panti asuhan di jauhi oleh teman sebayaku karena menganggap kemampuanku mengerikan. Menganggap aku aneh karena selalu mengingat semua hal yang terjadi padaku tidaklah normal katanya. Terus, normal itu apa? aku yang tidak tahu bagaimana perasaan melupakan sesuatu dianggap aneh.

Entah itu hal sepayah urutan langkah kaki semut yang kebetulan kulihat di tembok bangunan di jalan ataupun perasaan batu yang dilempar ke kepalaku untuk pertama kalinya lebih dari 20 tahun lalu selalu kuingat. 

Semua orang yang mengetahui kemampuan dari ingatanku awalnya kagum, perlahan menjadi keraguan, dan akhirnya berubah menjadi rasa jijik dan takut. Semuanya sama, aku mengingat semua wajah yang menunjukkan perubahan itu. Tidak ada yang kulupakan.

Berharap mendapatkan amnesia, aku membenturkan kepalaku berulang kali dengan banyak benda keras. Walaupun ada kalanya aku koma, tapi jangankan amnesia aku malah mengingat rasa sakit saat aku membenturkan kepalaku. Dipenuhi rasa takut, aku akhirnya menyerah.

Dalam sekejap setelah pisau menusuk jantungku, aku mengingat semua hal yang terjadi dalam 27 tahun umurku.

“Siapa juga yang mau…”

Air mata membasahi pipiku. 

Jika aku selamat pasti semua hal yang terjadi sekarang akan kuingat.

…Aku takut.

Posisi bintang-bintang, sakitnya pisau di dadaku, emosi yang menggumpal di hatiku, suhu dingin yang menusuk kulitku, perasaan darah yang keluar dari tubuhku, tubuhku yang semakin lama kehilangan rasanya, semuanya pasti kuingat.

Aku memejamkan mataku perlahan dan berdoa.

Kumohon, jika aku bangun kembali setidaknya izinkan aku melupakan ini.

**

Takdir seperti menertawakanku.

“Haha….”

Karena itulah aku juga ikut tertawa.

Aku tidak melupakan apapun. Aku mengingat semuanya. Haha…

Buk

Suara datar terdengar saat aku membenturkan kepalaku ke tembok di belakangku.

Buk

Tidak ada energi lebih, tapi terdengar keras.

Buk

Tidak ada emosi, tapi terlihat kasar.

Buk!!

Aku menghentikan tindakanku saat aku merasakan darah yang mengucur dari kepalaku. Aku tidak ingin mengingat rasa sakit di tindakanku setelahnya.

Aku melihat sekelilingku.

Aku berada di gang kecil, tapi gang ini berbeda dengan saat aku mati. Posisiku yang tadinya terlentang sekarang menjadi duduk. Bentuk bangunan dan jalannya juga bukan nuansa modern tapi lebih ke pertengahan eropa. Kemudian waktunya, yang tadinya malam sekarang menjadi siang. Kemudian udara yang biasanya sesak karena polusi udara, terasa bersih dan sejuk.

Ya, siapa yang peduli. 

“Hei nak!! Apa yang terjadi di sini?”

Tiba-tiba datang seseorang dengan nada bingung dan terkejut. Aku tidak melihat ke arahnya dan kembali menunduk.

“Tidak tahu.” jawabku singkat.

“Apa yang kau katakan!? Tidak mungkin anak yang duduk di atas genangan darah sepertimu tidak tahu apa-apa.” Dia sepertinya menunjuk genangan darah yang ada di sekitarku.

“Terserah.”

Dia yang kesal akan jawabanku mendecakkan lidahnya dan memperhatikan sekitar seolah menginvestigasi.

Kenapa aku masih ingat semuanya? Kenapa?

Hanya pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang terus berputar di kepalaku, aku tidak peduli dengan yang ksatria itu maksud.

“Apa…kenapa tubuhmu tidak mempunyai luka sama sekali? Dengan darah sebanyak ini seharusnya sekarang kamu sedang terluka parah.”

Tanpa kusadari, Seseorang itu menunduk dan melihat bajuku yang compang-camping dan kondisi tubuhku. Wajahnya yang tadi tidak kulihat, mau tidak mau masuk ke dalam pandanganku.

“Huh…?” Aku melihat wajahnya dengan seksama.

“Huh? Kenapa?” Dia yang menyadari suara bingung ku menatapku.

Apa…?

Kenapa wajah orang ini sangat mirip dengan karakter game yang aku desain?

Pikiranku yang berputar tadi seketika berhenti.

Aku membuka mulutku perlahan, “...Apakah anda Ksatria dari pasukan kerajaan divisi 3 bernama Vintage Regis?”

Ksatria itu membuka matanya lebar terkejut dan memiringkan kepala.

“Kamu mengenalku nak?”

Ternyata benar, dia adalah Vintage, seorang ksatria yang membantu protagonis dari game yang menjadi sumber kematianku. Seorang karakter yang kudesain dengan tanganku sendiri.

Berkharisma, kuat, lembut, dan perhatian. Dia adalah sosok yang menjadi panutan dari protagonis game kami, Nova. Mentor yang akan membawa protagonis menghadapi banyak rintangan di masa depan nanti.

Aku ingat dia. Dia yang seharusnya hanya ada di dalam monitor komputer sekarang ada di depanku dengan wajah yang sangat realistis berbeda dengan modelnya yang 3D kartun.

Aku reflek merentangkan tanganku ke wajahnya.

Tepis

Tanganku yang ingin merasakan tekstur wajahnya ditepis olehnya. Jelas, karena dia adalah ksatria elit, kewaspadaannya dengan kondisi sekarang sangat tinggi. Benar-benar seperti karakteristik yang kuingat.

“Haha…”

Entah kenapa aku tertawa.

“Hahahahaha…”

Vintage melihatku seperti melihat seseorang gangguan mental.

Tidak akan ku sangkal, karena aku juga akan memandang diriku sendiri dengan tatapan yang sama sepertinya.

Seperti cerita-cerita klise yang pernah kubaca sebelumnya.

Sepertinya aku berada di dalam dunia game yang kudesain. Game story RPG bernama, “Celestial Heroes Chronicles”.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 24

    Setelah kami masuk ke dalam perbatasan, kami sampai di desa terdekat dan berpisah di sana. Mataku juga sangat terbuka saat Len menyampaikan salam perpisahan.“Kalau begitu Len, hati-hatilah di jalan.” Aku mengucapkan salam perpisahan kepada Len yang sekarang sekarang beda arah dengan kami.“Ya, terima kasih banyak atas tumpangannya. Ini 5 koin emas sebagai bayarannya.” Len mengeluarkan koin dan meletakkannya di tanganku. Aku menerimanya dengan senyuman. Kemudian Len berangkat ke Tifamursi menggunakan jasa kereta kuda yang menuju sana. Aku dan kepala sekolah melambaikan tangan ke Len sampai di tidak terlihat lagi. Len juga melambaikan tangannya dengan riang. “Apa yang sebenarnya diinginkannya?” gumam kepala sekolah. “Maksudnya?” tanyaku. Tapi kepala sekolah menggelengkan kepala, “Tidak ada apa-apa. Kalau begitu, ayo kita langsung ke hutan tingginya.” Kemudian menyentil topi penyihirnya. Sebuah gestur yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Seketika orang-orang di desa menjadi kabur d

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 23

    “Wajahmu pucat sekali.” kata kepala sekolah.“...Aku tidak menyangka aku mabuk kereta kuda.” kataku sambil melihat belakang kereta kuda yang tidak tertutup.Aku tidak pernah naik kereta kuda sebelumnya di kehidupanku sebelumnya, siapa sangka aku akan mengetahuinya di dunia game. “Ugh,” Kepalaku sakit.Sekarang kami naik kereta kuda menuju timur. Sebelum sampai ke hutan tinggi, kami perlu melewati beberapa kota terlebih dahulu dan melewati perbatasan kerajaan Bertinia sekitar 2 hari. Barulah saat itu kita bisa lanjut menuju ke bukit tinggi.Tapi belum sehari berlalu dan aku mulai menyesali keputusanku.“Kau tidak apa apa?” tanya kepala sekolah khawatir.“Apakah saya terlihat baik-baik saja?”“Maaf.”Hanya angin sepoi-sepoi sepanjang perjalanan yang membuatku rileks dan menguatkanku sekarang. Tapi ya…lebih baik daripada aku terus di Arcadia. Kepalaku terasa lebih ringan sekarang.“Chirp chirp.”Suara burung menarik perhatianku. burung kecil yang memiliki bulu kuning mendarat tepat di

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 22

    Beberapa hari berlalu setelah malam panjangku di ruang bawah tanah milik Profesor Libert. Amelia yang bangun dan dipuji akan keberaniannya menghadapi profesor Libert sendirian sebelum dibantu kepala sekolah menuai perhatian dari banyak kalangan. Tentu jelas, dia berusaha menjelaskan jika keterlibatannya di sana juga karena aku yang memandunya. Tapi karena tidak adanya bukti aku ada disana, dan kepala sekolah yang menyelamatkannya juga bersaksi tidak melihatku membuatnya tidak bisa berkutik kembali. Dia juga mencoba menyeretku untuk ikut menjelaskan tapi aku menolak dengan tegas membuatnya sadar jika ini semua rencanaku. Sejak saat itu, dia melihatku dengan tatapan kesal dan menolak untuk bicara padaku seolah ngambek. Yang mana itu juga sebenarnya cukup membuatku senang (asli no tipu

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 21

    “Saya tidak menyangka anda datang secepat ini Profesor Libert.” kataku. “Kau, apa yang kau lakukan?” Profesor Libert bingung melihat sihirnya yang hilang sebelum aktif. “Entahlah? Mungkin anda salah merapal?” kataku bercanda. Faktanya, sihirnya tidak berhasil karena Bertha yang sekarang dalam mode invisible di dekatku, menganalisis sihirnya dan membatalkannya sebelum sihir itu aktif. Tapi Profesor Libert tidak tahu akan hal itu dan menunjukkan wajah kesal. “Maaf Amelia, kita majukan rencananya.” Aku berbisik kepada Amelia. “Maksudmu kita langsung ke tahap akhir?” Aku mengangguk perlahan kepada pertanyaannya, “Setelah aku memberi aba-aba, mulailah melakukannya.” Setelah berdiskusi, aku mendekat lebih jauh ke Profesor Libert. Aku perlu memfokuskan perhatiannya kepadaku agar Amelia bisa bertindak. Aku mulai berbicara, “Bagaimana jika anda melakukannya kembali, profesor?” Aku merentangkan tanganku lebar. Profesor Libert yang tersulut kembali mencoba sihir yang didapatkannya dar

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 20

    “Disana ada jebakan.” kata Edward menunjuk ubin di depan Amelia. Amelia yang terkejut melangkahkan kakinya di tempat lain. Amelia kemudian melanjutkan perjalanannya di fasilitas bawah tanah di tuntun oleh Edward. Dia sempat bingung kenapa Edward bisa tahu seluk beluk dari fasilitas ini, tapi Edward hanya menjawab dengan menepuk kantong celananya. Karena seringnya Edward menjawab seperti itu, Amelia beberapa kali menjadi ragu. Tapi dia menjadi tidak peduli jika itu bisa mencegah Nova jauh dari bahaya. “Kita sampai.” Kata Edward. Di depannya adalah sebuah pintu yang terlihat terkunci dengan b

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 19

    Efek yang kuterima karena tindakanku datang dengan sangat cepat. Banyak profesor yang mengincarku di setiap kelasnya. Baik itu teori maupun praktik, jika ada celah sedikitpun mereka akan memanggilku untuk melakukan sesuatu yang tidak masuk akal. Akibatnya, suasana di kelas sangat buruk sampai semua orang melihatku dengan tatapan benci. Beberapa kali aku ditanya alasanku melakukan sesuatu seperti itu, tapi aku hanya memberikan alasan kecil membuat mereka pergi dengan tatapan tidak puas. Tidak salah lagi aku pasti tidak akan punya teman dari kelas yang sama. Selamat tinggal masa muda keduaku. “Ugh!?” Aku menghindar dari serangkaian serangan sihir yang menuju ke arahku saat praktik sihir. Tapi sayangnya aku tersandung batu yang ada di tanah membuatku terjatuh. Tanpa cukup Mana untuk melindungi diri, aku dengan sekuat tenaga memaksa tubuhku untuk pergi dari tempat jatuhnya serangan. Duar! Tanah tempatku terjatuh hancur setelah dihantam oleh beberapa serangan. “Cukup!” Akhirnya profe

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status