Share

Mereka Mirip Sekali!

Author: Chani yoh
last update Last Updated: 2025-02-10 20:19:47

“Kalian ini, kenapa tadi berlarian di rumah sakit sampai Bibi cukup lama mencari kalian!” Bibi Beatrice terlihat cemas ketika Thea dan Tilly berlarian kembali ke tempat antrian mereka.

Dua gadis kecil itu bukannya merasa bersalah malah tertawa-tawa mendengar gerutuan Bibi Beatrice.

Mereka sampai tak melihat di samping Bibi Beatrice, Travish melayangkan tatapan super tajam pada mereka.

Jika ada Bibi Beatrice atau mommy bersama mereka, mau Travish menatap tajam atau bahkan menggeram marah pun mereka tidak akan takut.

Lain hal jika hanya ada mereka bertiga saja. Mereka sudah pasti tidak akan berani macam-macam pada Travish.

“Kami bosan menunggu, Bibi!” seru Tilly menjawab Bibi Beatrice.

“Lain kali jangan seperti itu lagi! Kalau tadi kalian hilang dan tersesat bagaimana?” tanya Bibi Beatrice lagi.

Wanita yang cocok untuk menjadi nenek mereka ini memiliki hati seluas samudera. Kesabaran Bibi Beatrice sangat besar. Dia tak pernah marah menghadapi tingkah laku triplet, senakal apapun mereka.

“Kami tidak akan tersesat, Bibi!”

“Ya, siapa yang tahu?” kilah Bibi Beatrice tidak mau kalah, meskipun dalam hatinya dia gemas setengah mati atas jawaban si kembar.

“Tidak akan, Bi! Kami memiliki IQ tinggi. Jadi, tidak akan mungkin tersesat di tempat seperti ini!” sahut Thea.

Di antara Thea dan Tilly, Tilly lebih ceplas ceplos. Sedangkan Thea lebih kalem, persis seperti Tamara.

“Yeee, siapa bilang kau ber-IQ tinggi? IQ-mu masih jauh dibawahku!” seru Travish yang paling tidak suka jika Thea dan Tilly merasa diri mereka pintar.

“Ish! Yang bilang IQ-mu tinggi kan juga kau sendiri! Belum ada pengakuan dari siapapun!”

“Aku tidak butuh pengakuan siapapun! Apalagi dari kalian berdua!” sahut Travish dingin.

Thea dan tilly jadi berang dan mereka membuang wajah dari Travish.

“Sudah, sudah! Kalian semua pintar dan berakal cerdik sesuai diri kalian masing-masing.” Bibi Beatrice melerai tanpa memilih melambungkan salah satu dari mereka.

“Sekarang ayo giliran kalian diimunisasi. Setelah ini kita pulang dan sambut mami dengan rumah dan diri kalian dalam keadaan bersih, rapi, dan harum. Oke?”

Pertengkaran kecil yang sudah biasa di antara mereka itu pun berakhir dan ketiganya mengangguk patuh.

Mereka diimunisasi tanpa banyak drama, lalu langsung pulang ke rumah.

Sore harinya, tanpa mereka duga, sang mami pulang dengan wajah kuyu.

“Mami! Mami!” seru Thea dan Tilly berbarengan dan berlarian seakan berlomba siapa yang paling pertama menyambut mami mereka itu.

Ketika dua-duanya berhasil tiba dan memeluk sang mami berbarengan mereka pun tertawa senang.

Hanya Travish yang tidak ikut berlarian. Bocah lelaki itu memang lebih senang berdiri agak jauh, menatapnya saja dengan kedua tangan berada di dalam saku.

Oh, Tamara sering gemas sendiri melihat tingkah Travish. Entah seperti siapa sikap putranya itu.

Namun satu hal yang pasti, Tamara tak pernah sanggup menatap wajah putranya itu terlalu lama.

Pasalnya, wajah Travish teramat persis dengan ayah biologis tripletsnya itu.

Dia masih bisa mengingat dengan jelas sosok pria di malam enam tahun lalu itu.

Pria dengan tubuh kencang dan kuat yang mengukir nama T. Kozlov di bagian dadanya.

Pria yang telah merenggut mahkota kehormatannya sebagai wanita. Pria yang masih sering menghantui mimpi buruknya hingga saat ini.

Sekalipun Thea dan Tilly juga berwajah sama dengan Travish, tapi mereka memiliki ekspresi yang jauh berbeda sehingga tidak memetakan wajah ayah biologis mereka dengan semirip Travish.

“Lho, mami kok kuyu? Mami cape? Atau mami sedang sedih?” tanya Thea ketika telah mengamati wajah mommy-nya selama beberapa saat.

“Eh, siapa yang membuat mami sedih? Beritahu kami, Mi! Biar kami yang hadapin!” seru Tilly lagi sambil menyingsingkan lengan bajunya, menunjukkan lengannya yang seolah-olah berotot besar.

“Ah, masa sih?” Tamara jadi terkejut.

Pasalnya sedari tadi dia memang melamunkan perlakuan yang diterimanya dari Lady El-Mia.

Sekalipun saat melayani wanita itu Tamara masih mampu mengendalikan emosinya, tapi setelah kepulangan wanita itu, Tamara kerap memikirkannya dan selalu mendapati hatinya merasa sakit atas perlakuan kasar Lady El-Mia.

Bagaimana bisa ada pelanggan seperti wanita itu, yang bisa-bisanya menghina pekerjaan yang dia lakukan. Padahal pekerjaannya ini halal.

Dan entah kenapa juga, untuk pertama kalinya Tamara mulai menyalahkan kejadian enam tahun lalu.

Andai tidak ada kejadian malam itu, andai Darla tidak mencuri rancangan gaun pengantinnya, Tamara pastilah telah berhasil menjadi perancang busana yang diakui di kota ini.

‘Tidak! Tidak! Aku tidak boleh berpikir demikian! Aku tidak boleh menyalahkan kejadian enam tahun lalu!

Tamara pun gegas menyibukkan diri.

“Ayo kita makan bersama!” seru Tamara lagi dengan suara yang sudah ceria kembali.

Tamara tidak ingin berlama-lama terlihat bersedih di depan kembar tiga menggemaskannya itu.

Mereka makan bersama dengan keriangan yang dipenuhi dengan celetukan Thea dan Tilly tadi.

Selesai makan, Tamara membereskan piring-piring kotor ditemani Thea dan Tilly.

Dua gadis kecil itu rajin membantu, meskipun tak jarang mereka hanya membantu sebentar saja sebelum keduanya lantas asyik bermain bersama.

Seperti kali ini ...

“Ayo, Thea, kita bermain seperti saat kita menabrak paman seram tadi!” seru Tilly sambil mulai memeragakan wajahnya seperti paman seram tadi.

“Aku menjadi paman seram dan temannya yang berkepala botak. Kau menjadi kita.”

“Oke!”

Thea pun berlarian dan menabrakkan diri pada Tilly, lalu Thea berseru, “Aduh!”

Tilly kemudian menatap galak pada Thea.

Thea berseru lagi, “Paman! Kalau jalan lihat-lihat dong!”

Tamara awalnya tidak terlalu mengamati cara mereka bermain. Hanya saja ketika dia telah selesai, Tamara jadi penasaran atas serunya permainan role-play Thea dan Tilly.

“Apa yang kalian lakukan?”

“Oh, kami sedang bermain drama. Tadi siang di rumah sakit kami bertemu seorang paman yang menyeramkan. Tapi ternyata paman itu cukup baik. dan paman itu memiliki 4 pengawal yang berjalan di belakangnya, seperti di cerita-cerita film seru gitu, Mami!”

Tamara mengerutkan alisnya. Dia membayangkan cerita-cerita film seru dan membayangkan sosok pria yang seperti apa yang cocok berjalan dengan gagahnya dan 4 pengawal mengikuti di belakangnya.

“Paman menyeramkan?” gumam Tamara lagi sambil membayangkan.

Dua bocah kembar di hadapannya mengangguk penuh semangat. “Paman itu tubuhnya tinggi dan besar. Wajahnya seram karena dia tidak tersenyum sedikit pun. Juga tatapan matanya sinis dan alis matanya menekuk seperti sedang marah.”

Entah mengapa yang muncul di benak Tamara saat mendengar itu semua adalah bayangan pria yang bersamanya enam tahun lalu.

Sekalipun tampan, tapi Tamara masih bisa mengingat jelas bagaimana suaranya yang dominan dan tak bisa dibantah, lalu sentuhannya yang menaklukkan, juga auranya yang seperti penguasa, sekalipun dalam keadaan sedang tidur.

Tamara jadi bergidik dan menggeleng sendiri berusaha mengenyahkan bayangan pria itu di benaknya.

Di saat yang sama, tiba-tiba dua gadis kecilnya itu saling terkesiap saat tatapan mereka terarah pada Travish yang sednag bersandar di kusen pintu dan menatap remeh dan begitu tajam pada mereka.

Keduanya begitu terkejut sampai-sampai langsung menyeletuk, “Mami! Wajah Paman menyeramkan tadi sangat mirip dengan Travish. Apalagi tatapan matanya, mereka mirip sekali!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (19)
goodnovel comment avatar
Yuli Eriyanto
bagus ceritanya sdh bayar langganan buka ttp bayar
goodnovel comment avatar
Etty Nurhayati
bagus lanjutkan
goodnovel comment avatar
Salsa Bila
udah liat 3 iklan tapi masih gak kebuka aja eps selanjutnya. gimana ya caranya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!   BC: The Real Honeymoon!!

    “Terima kasih, Signore. Aku juga merasakan hal seperti itu. Bahkan saat ini aku merasa bersalah telah meninggalkan mereka di rumah. Seharusnya kita mengajak mereka,” ujar Tamara seraya mengunci pandangan Trevor yang terarah ke sekujur wajahnya untuk hanya menatap ke kedalaman matanya saja.Mata memandang mata. Cercah binar tatapan saling berdentingan satu sama lain.Ketika kata-kata Tamara mulai dicerna Trevor, kedua mata pria itu mengedip cepat untuk waktu singkat, lalu suaranya berkata, “Mereka sendiri yang meminta, bukan? Mereka yang ingin melihat kita liburan berdua saja. Ingat, kan?”“Haiiizzz ... kamu bilangnya 8 hari seminggu 30 jam sehari, tapi sekarang saja malah senang mereka tidak ikut kita saat ini.”Trevor malah terkekeh kecil. “Karena biar bagaimana pun, tidak baik juga bagi mereka jika berada bersama kita setiap detik. Itu akan membuat mereka tidak mandiri.”“Ck!” Tamara memberinya delikan sebal. “Memang akan membuat mereka tidak mandiri, tapi kan saat ini liburan. Apa

  • Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!   BC: The Real Honeymoon!

    “Wow! Ini luar biasa!”Seruan Tamara benar-benar jujur dan apa adanya ketika mobil akomodasi dari hotel melewati gedung hotel Burj Khalifa yang sangat tinggi.Bagaimana tidak tinggi. Ada 163 lantai yang menjadi bagian dari gedung Burj Khalifa, hotel yang disematkan sebagai hotel termegah dan tertinggi di dunia.Trevor meremas tangan Tamara melihat istrinya itu terpukau pada apa yang akan mereka tuju.Hatinya bergetar mendengar seruan tulus dan apa adanya dari Tamara dan seketika itu juga, kebahagiaan yang bercampur kepuasan memenuhi sekujur tubuhnya, meresap hingga ke relung hatinya.Tatapannya terpaku pada wajah Tamara yang masih terpukau pada kemegahan gedung hotel di hadapan mereka sementara mobil terus melaju pelan memasuki pekarangan dan akhirnya berhenti tepat di depan pintu masuk hotel.Saat pintu mobil dibukakan dan Tamara serta Trevor dipersilakan turun, Trevor masih menggenggam erat tangan Tamara dengan begitu lembut dan penuh desiran kebanggaan sebagai seorang suami yang ma

  • Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!   Bonus Chapter (x)

    Bukan hanya wajah mereka saja yang berubah menjadi patung.Tatapan mereka semua membelalak shock. Tak percaya rasanya kata seperti itu bisa keluar dari bibir Paman Raffaele.Bahkan Laurensia merinding, sungguh tak menyangka pria itu bisa mengatakan cerita se gelap ini.Begitu kesadaran menguasainya, Laurensia langsung memukul kepala Raffaele dengan bantal sofa.Bug!“Awww! Kenapa kau memukulku?”“Kau gila mengatakan hal seperti itu di depan anak-anak ini?”“Lho, ini benaran ada terjadi kok!”Tak terima, Tilly pun ikut mendebat Raffaele. “Bagaimana mungkin anak-anak disuruh menjual ginjal demi uang? Terlalu kejam!”Alih-alih marah dan tersinggung, inilah malah yang ditunggu-tunggu Raffaele.“Kenapa kalian tidak percaya? Coba tanya aunty kalian, setiap manusia memiliki berapa ginjal?”Meskipun memasang wajah merengut, Thea dan Tilly menoleh ke arah Laurensia meminta jawaban.“Ada dua,” kata Laurensia dengan nada tak puas. “Tapi kan ...”Raffaele langsung menyelanya, “Nah itu kan, setiap

  • Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!   Bonus Chapter (ix)

    [Sepuluh menit lagi kami akan tiba di rumah kalian.]Pesan dari Aunty Laurensia kepada triplet membuat Thea yang membacanya langsung bersorak senang.“Aunty sudah mau sampai. Ayo kita bersiap!”Segera Thea dan Tilly bersiap dengan pakaian mereka yang bagus. Mereka juga menyisir rambut lebih rapi lagi. Bibi Beatrice sudah membantu mengucir rambut mereka seperti permintaan masing-masing Thea dan Tilly.Ada bibi Betty juga yang membantu karena orang tua mereka sudah berangkat ke Dubai tadi pagi-pagi sekali.Triplet senang melihat daddy dan mommy berlibur untuk diri mereka sendiri.Ketika mereka akhirnya selesai dan telah rapi dari rambut sampai ke kaki, bertepatan dengan bunyi bel pintu terdengar.Ting tong ting tong.Thea segera membuka pintu dan menyembulkan kepalanya.“Yeay, Aunty sudah datang. Silakan masuk, Aunty!”Membuka lebar-lebar daun pintu, Thea mempersilakan Laurensia dan Raffaele masuk.Tapi karena namanya tidak disebut, Raffaele pun menyeletuk, “Aunty saja nih yang dipersil

  • Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!   Bonus Chapter (viii)

    “Nonton di bioskop dengan tiga bocah lucu itu?”Raffaele berbinar ceria ketika mendengar ajakan yang keluar dari bibir Laurensia.Mengangguk senang, Laurensia juga melemparkan senyum lebar yang tak kalah antusias.“Iya, mereka ingin mengajakmu menonton film. Katanya seru.”“Oh! Kapan?”“Sabtu ini.”“Berarti kita ke sana? Kau juga ikut, kan?”“Iya, aku ikut. Tentu saja! Kau mau, kan?”“Ya, kalau dipaksa, apa boleh buat ...”Terang saja senyum Laurensia berganti pelototan matanya. “Tidak ada yang memaksamu!”Yang dipelototi hanya mengulum senyum. “Jangan terlalu baper,” ujarnya lagi.Laurensia langsung membalas, “Siapa yang cepat baper? Perihal diperkenalkan pada lady boy saja langsung merambat ke mana-mana.”“Hei, kenapa mengungkit itu lagi? Aku jadi mual lagi!”“Tuh kan? Baper kan?”“Bukan baper, tapi mual.”“Hah! Terserah kau lah! Yang pasti aku akan selalu mengungkit itu setiap kali kau menuduhku atau triplet tanpa bukti. Perihal lady boy akan selalu kubahas. Agar kau ingat dan tak

  • Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!   Bonus Chapter (vii)

    “Ini tolong baca, lalu tanda tangan kalau setuju. Kalau tidak setuju silakan robek saja,” ujar Laurensia di pagi hari itu ketika dia datang pagi ke kantor dan entah kenapa Raffaele juga datang pagi.Apakah pria itu menaruh alat pelacak di mobilnya, atau mungkin di tasnya sehingga tahu pergerakannya, kapan dia datang ke kantor?Karena seperti hari ini, mereka hanya berselisih 5 menit saja. Hebat sekali!Seakan Raffaele memang tahu jika Laurensia sudah beranjak ke kantor lalu pria itu cepat-cepat berangkat ke kantor juga.Dan untuk inilah Laurensia mempergunakan waktunya.Raffaele mengambil kertas dari tangan Laurensia dengan keingintahuan yang besar. Dia membaca dan dalam sekejap saja wajahnya berubah masam.Kernyitan dalam di keningnya telah membuatnya tampak seperti orang tua.“Apa-apaan ini?” tanyanya dengan nada berang pada Laurensia.Dia sungguh tidak menyangka Laurensia akan menghadangnya dengan lembaran kertas ini setelah mereka melalui berbagai kebersamaan hangat di rumah orang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status