“Trev- Trevor ...” ujar Tamara terbata ketika menyadari apa yang menusuk bawah perutnya.Dia merasakan begitu keras dan err ... sepertinya besar.Kini benaknya dipenuhi dengan seperti apa bentuknya? Seperti apa ukurannya?Karena seujujurnya, walaupun Tamara sudah memiliki tiga anak, tapi pertama melakukan degnan Trevor, semua serba temaram. Dia tak sempat melihatnya.Kini semua rasa penasaran itu menggumpal di pikirannya.“Itu tanda aku menginginkanmu, Tamara,” bisik Trevor seraya memulai kembali pagutan mereka.Lidahnya menyelusup hingga ke dalam mulut Tamara menginginkan ciuman yang dalam.Di saat bersamaan, Trevor mengambil tangan Tamara lalu mengarahkannya pada kejantanannya di balik handuk putih nan tipis.Saat itu, Tamara bisa merasakan milik Trevor yang panjang dan besar. Trevor menuntunya agar melingkari miliknya. Dan bisa Tamara rasakan milik pria itu banyak lebihnya dari genggaman tangannya.Membayangkan itu sembari terus meladeni ciuman Trevor, wajah Tamara memerah padam.“
Melihat itu, Trevor merasa ikut terenyuh. Jarinya mengusap demi menghapus air mata Tamara.Tidak pernah dia bayangkan sebelumnya Tamara bisa seperti ini. Dia selalu menganggap Tamara sosok yang dingin dan teguh. Sosok seperti itu pastilah tidak akan menangis.Tapi Tamara menumpahkan air mata. Meski tidak menangis sampai terisak, tapi Trevor melihat betapa berat perjuangan Tamara untuk tetap terlihat kuat.Diraihnya Tamara untuk masuk dalam pelukannya.“Maafkan aku tidak ada di sisimu waktu itu,” bisiknya lirih tapi kata-kata itu merasuk ke jiwa Tamara.Sekalipun Tamara tahu bahwa Trevor tidak bersalah karena sejatinya tidak mungkin Trevor berada di sisinya saat itu. Mereka tidak saling mengenal dan Trevor sudah tentu tidak tahu jika dia hamil.Tapi Tamara tetap menerima ucapan maaf Trevor.Dia mengangguk sembari membiarkan kehangatan tubuh Trevor melingkupinya.“Itu bukan salahmu,” bisik Tamara dari sela pelukan Trevor yang erat.“Tapi aku tetap saja menyesal. Aku melewati moment berh
“Apaa? Semalam Daddy meminta 100 ribu dolar. Kenapa sekarang jadi lima kali lipatnya?”Giliran Alland yang terkesiap. “Semalam? Aku tidak meminta apa-apa semalam.”“Ada, Dad. Daddy mengirimiku pesan, meminta uang tunjangan untuk istri daddy itu sama Giana membeli gaun dan meng glow up penampilan mereka. Dan yang daddy minta untuk itu saja 100 ribu dolar. Apa daddy lupa?”“Apaa?” Alland terperangah. Tapi dalam sekejap dia berkesimpulan, pastilah Shirley sudah menyabotase ponselnya. Pastilah Shirley yang menghubungi Tamara menggunakan ponselnya.Keterlaluan! Wanita itu berani meminta 100 ribu dolar hanya untuk gaun dan biaya dandan?Untung dia menelpon Tamara sendiri.Jika tidak, semua ini tidak akan dia ketahui.“Maafkan Shirley, Tamara. Aku rasa dia yang menghubungimu dengan menggunakan teleponku. Dia hanya tidak tega melihatku stress memikirkan utang-utangku ini. Jadi, dia meminta padamu.”“Ck!” Tamara yang tak tahan akhirnya berdecak kesal.“Jadi, berapa yang daddy butuh?”“Lima ra
“Err ... alamat rumahku ya, Bi?” Thea menjadi ragu-ragu.Giana mengiyakan dengan penuh semangat.“Tapi ... untuk apa?” tanya Thea lagi.Giana berdecak walau setelahnya dia masih menjawab dengan lembut.“Ya ... Biar Bibi nanti bisa datang dengan membawa contoh mobil baru dari kantor Bibi. Siapa tahu daddy mu mau membelinya.Ini mobil keluaran terbaru yang paling mutakhir. Biasanya daddymu itu mau membeli dan pinginnya menjadi pembeli nomor satu membeli mobil seperti ini. Begitu ...”“Oh ... begitu ...”“Iya, makanya beritahu alamat rumah kamu, jadi bibi bisa datang ke sana.”“Errr ...” Thea terdengar ragu lagi sehingga Giana pun mulai tidak sabaran.“Tadi katanya boleh bibi meminta alamat rumah kalian? Jangan bilang memang boleh tapi tidak bisa lagi lho!” geram Giana yang mulai menyadari bahwa dia sempat dipermainkan gadis kecil di ujung teleponnya ini.Sekalipun dia masih jengkel, tapi demi mendapatkan tujuannya, Giana bersedia berdamai dan tidak memperpanjang kekesalannya itu.Thea
Danny kembali menelan ludah dan tanpa sadar mengangguk.Dia lalu mencarikan nomor telepon Trevor.Sesudah didapatnya, dia memberikannya pada Giana.Dengan cekatan Giana mencatatnya di ponsel.Setelah selesai, saat dia mengangkat wajah hendak berterima kasih pada Danny, pria itu sudah menariknya menuju ruang arsip yang penuh lemari arsip dan bisa dikunci dari dalam.“Apa yang kau lakukan?” tanya Giana terkesiap akan tindakan Danny.“Menagih janjimu. Aku sudah memberikan nomor customer VVIP perusahaan ini sesuai permintaanmu.”Di saat itu, Giana tersenyum hendak menertawakan kebodohan Danny.Sudah tentu dia berjanji tanpa benar-benar berniat menepati janjinya.Tapi yang terjadi, Danny bergerak cepat, memagut bibirnya. Hisapannya begitu kuat dan liar sehingga Giana semakin kewalahan.Dan bahkan tangan Danny sudah menyelusup di blazernya untuk merasakan kedua dadanya.Giana tidak bisa menghentikannya karena Danny seperti setan kesurupan yang bensinya sedang dalam kondisi penuh.Dia benar-
Dia kembali menyesap teh hangatnya dan menggigit sedikit ujung cookiesnya.Giana semakin heran melihat tingkah ibunya.Dia mendekat dan memprotes, “Kalau bukan memelas terus apa namanya?”Shirley pun menatap Giana. “Begini, sayangku ... putriku. Tamara itu mengundang kita sebagai satu-satunya keluarganya pada saat pernikahan. Kehadiran kita ini sangat penting lho. Jadi, kalau kita tampil kucel, atau tidak glowing seperti tamu lainnya, pastilah Tamara akan malu.Karena itulah, dia pasti akan bersedia memberikan dana untuk kita.”Giana berpikir keras dan masih merasa kurang setuju. “Justru itu, ngapain kita menjaga dia agar tidak malu di hadapan keluarga suaminya?”Giliran Shirley menatapnya dengan rasa putus asa dan kekesalan.“Giana! Kalau dia memberikan kita dana, dana itu hanya sebagian saja kita belikan gaun. Sisanya bisa kita pakai untuk yang lain! Mom sendiri memiliki banyak cicilan yang belum lunas. Apalagi perhiasan dari Kenya yang satu tahun lalu itu masih banyak sekali cicila