Ting tong ting tong.
Bell pintu terdengar dan Tamara yang sedang menelusuri googleenya pun gegas menuju pintu meski benaknya terheran.
Jika triplet pulang bersama Trevor, kenapa harus menekan bell?
Ketika dia membuka pintu, Tamara melihat Betty lah yang menemani triplet pulang.
“Hai, Tamara. Signor memintaku mengantar mereka.”
Tamara tersenyum sembari membiarkan triplet masuk. Benaknya pun heran melihat wajah Thea dan Tilly yang sedikit cemberut.
“Terima kasih, Betty.” Tamara tidak menanyakan apapun pada Betty karena tidak ingin disalah artikan sebagai rasa ingin tahu atau kepedulian istimewa pada Trevor.
Jadi, Tamara menerima saja triplet dan setelah berbincang sejenak dengan Betty yang menanyakan kabarnya, Tamara menutup pintu.
Kini dia memandangi triplet yang sedang mengantri toilet.
“Kenapa Bibi Betty yang mengantar kalian?” tanya Tamara pada Thea dan Tilly. Sedangkan Travish dulua
Hati Trevor sama takut dan hancurnya dengan Tamara.Triplet merupakan hartanya yang paling berharga dalam hidupnya. Tesoro-nya.Dia tak pernah sebahagia saat mengetahui bahwa Triplet adalah darah dagingnya.Kenapa sekarang tesoro-nya malah menjadi sasaran dari orang yang membencinya?Hati Trevor penuh dengan kutukan terhadap pelaku di balik penculikan ini.Jika memang orang tersebut membencinya, seharusnya dia yang dijadikan sasaran, bukan keluarganya!Itu baru jantan! Bukan seperti ini!Beraninya hanya pada anak kecil!Sungguh Trevor rasanya ingin menembakkan nuklier ke si pelaku. Sampai dia mengetahui siapa pelakunya, dia takkan melepaskan orang itu!Dengan segala rasa frustrasinya, Trevor berusaha membawa tubuh Tamara dalam pelukannya, berusaha menenangkannya.Tapi Tamara mendorongnya.“Cari mereka! Tidak perlu hibur aku! Aku akan mati kalau mereka tidak kembali ke sisiku dalam keadaan hidup!”Tamara meneriakkan itu semua dengan sorot penuh kemarahan bercampur frustrasi yang tak bi
Ketika Trevor tiba di mansion. Dia turun dari mobil lalu langsung menuju paviliunnya. Di sana, langkah kakinya panjang dan cepat menuju kamar.Dia membuka laci nakas seperti yang dikatakan Tamara.Pada awalnya dia tidak melihat ada kotak cincin.Tapi Trevor yakin Tamara tidak mungkin membohonginya lagi.Dia meraih ke bagian dalam dan menemukan kotak itu.Dibukanya dan terlihat di dalamnya cincin berlian Sweet Josephine yang begitu indah.Ketika Trevor menutup kotaknya lagi, Trevor berharap dari dalam hatinya bahwa Tamara akan menerimanya di saat dia melamarnya dengan pantas next time.Kali ini pasti ... pasti dia akan melamar dengan pantas.Trevor pun menyimpan dalam saku celananya.Dia keluar dari paviliun dan mendapati Betty.Wanita itu sepertinya telah mengetahui kedatangan mobilnya sedari tadi dan memberitahukan orang tuanya. Karena ketika Betty menghadapnya, wanita itu memberitahu bahwa orang tuanya ingin bertemu.Terpaksa Trevor menuju mansion utama terlebih dahulu padahal tadin
“Itu hanyalah nafsu belaka,” ujar Tamara sembari membuang pandangannya lagi dari Trevor.Dia tidak ingin melihat wajah Trevor saat ini karena pembicaraan ini sungguh membuatnya tak nyaman.“Tidak, Tamara, tidak mungkin itu hanya nafsu belaka. Sudah bertahun-tahun lamanya aku tidak pernah tidur dengan wanita manapun, Tamara. Sejak malam bersamamu, aku tidak pernah lagi menyentuh wanita manapun!”Informasi ini cukup mengejutkan Tamara. Tapi lagi-lagi Tamara merasa heran untuk apa dia mengetahui hal seperti ini?Rasa-rasanya dia tak perlu mengetahui ini semua. Karena mereka memang tidak sedang menjalin hubungan apapun. Jadi, signor satu ini tidak perlu menjelaskan apapun padanya.Sembari mengusap ujung hidungnya, Tamara berkata lagi, “Enam setengah tahun lalu, kau bisa memerawaniku. Apa itu karena cinta? Tidak kan? Jika kau bisa meniduriku tanpa cinta, maka kau tidak meniduri siapa-siapa bukan berarti karena kau sudah mencintaiku.”“Memang tidak, Tamara, tapi ... perasaan ini tumbuh dan
Kedua bola mata Trevor hampir terkejut melihat apa yang ada di antara kedua pahanya.Apalagi dia mengenakan pakaian tidur berbahan lembut.Kaos oblong tanpa lengan, lalu celana panjang berbahan tipis dan lembut, tanpa celana dalam.Sungguh bodoh!Saking malunya Trevor sampai terjatuh dari sofa tempat dia tidur.“Itu akibat kau tidak kunjung menerima cincin dariku!” tuduh Trevor dengan wajah merengut tak sedap dipandang.Di hadapannya, Tamara tentu saja terkesiap.“Aku yang salah?” Tamara seakan tak bisa berkata-kata lagi.“Iya!”Kini Trevor yang sudah berdiri di depan Tamara pun berkacak pinggang. Namun ternyata apa yang menantang belum juga meredup padahal sudah tersantuk lantai tadi.Gegas Trevor mengambil bantal demi menutupi tubuhnya dari pinggang ke bawah.Tatapannya pun masih garang menatap Tamara. Semua karena dia terlalu malu.Melihat tingkah Trevor seperti itu, Tamara pun tak berniat membahasnya lagi. Dia melengos pergi membuat Trevor merasa kesal karena segala rasa malunya s
“Kenapa dengan tanganku?” tanya Trevor seakan tidak mengerti.Namun yang menyebalkannya adalah dia mengangkat tangannya dan menggunakannya untuk menyugar rambutnya.Tamara jadi tidak memiliki bukti bahwa Trevor mengelus-ngelus kepalanya.Signor satu itu pun sudah duduk diam lagi dalam diam dan mengamati triplet berbincang seru.Namun tiba-tiba dia meraih jari jemari Tamara dan mengamatinya. Lalu dia pun bertanya pada Tamara, “Di mana kau simpan cincin berlian pink yang kutaruh di tasmu?”“Aku tidak menyimpannya.” Tamara menjawab sedikit ketus sambil menarik tangannya dari tangan Trevor.“Tidak menyimpannya?” tanya Trevor seraya tak percaya. Hatinya juga mencelos lagi karena tak berhasil menggenggam tangan Tamara.“Iya, aku tidak menyimpannya. Kau sudah lihat sendiri kan di tas ku tidak ada cincin itu.”“Lalu? Kau pindahkan ke mana?”“Apa yang kau katakan? Aku tidak mengerti cincin apa, berlian apa.”Trevor mendelik kesal pada Tamara. Bagaimana bisa dia mengaku tidak tahu tentang cinci
Tamara menatap tangannya yang terbungkus tangan Trevor. Dia melihatnya sampai kerutan muncul di keningnya.Dia hanya meminta tolong, kenapa juga signor satu ini mencuri kesempatan pegang-pegang tangannya.Tamara menarik tangannya perlahan dari genggaman tangan Trevor.Menyadari Tamara menarik tangannya, Trevor pun melirik ke tangan mereka dan mengeratkan genggamannya.Kini Tamara yang menyadari Trevor sedang menahan jarinya.Mereka jadi tarik menarik selama beberapa saat lamanya hingga akhirnya Tamara mengernyit merasakan sakit akibat tekanan jari Trevor.Signor satu itu pun akhirnya melepaskan tangannya setelah melihat raut wajah Tamara yang seperti mulai kesakitan.Tamara mengelus jarinya sambil mendelik tajam pada Trevor sebagai tanda protesnya.Signor satu itu tentu saja tetap bersikap biasa saja, santai, seolah tidak ada apa-apa yang terjadi.Dengan menahan kekesalan hatinya, Tamara berkata, “Terima kasih kalau kau bersedia memberikan yang seperti ini pada Bibi Beatrice. Dia suda