"Ayo turun!" ajak Dareen kemudian, yang ternyata membuat dua orang wanita berbeda generasi yang sedang asik berbincang di bawah sana menoleh, menatap El dan Dareen secara bergantian.
"Bocah itu!" gumam El setelah Zoya menunjukan ekspresi wajahnya yang menyebalkan, menatap kearah tangga, dimana ia dan Dareen kini berada, "sial! Kenapa aku bisa lupa kalau Tuan menyuruhnya untuk datang ke rumah ini kemarin!" lanjut El yang mengerutuki kebodohannya.
"Kau melupakannya El?" tanya Dareen saat melangkahkan kakinya menuruni tangga satu persatu dengan tubuh yang tegap dengan salah satu tangan yang dimasukkan kedalam saku celananya. Berjalan dengan lagak angkuh dihadapan Zoya. Diikuti dengan El yang berjalan dibelakangnya.
"Ya Tuan , maafkan saya!" balas El.
Dareen menyunggingkan sebelah bibirnya. "Wanita memang pantas untuk dilupakan!"
"Cih! Sombong sekali dia! Memangnya dia itu siap
Zoya memperhatikan semua pelayan yang ada di ruangan tersebut, mereka semua melayani majikan mereka dengan sangat hati hati. Perlahan Zoya pun mengikuti apa yang para pelayan lainnya kerjakan. Dengan membalikkan piring yang berada di hadapan majikan mereka dan Mengambilkan roti untuk diolesi."Maaf Tuan, anda mau selai rasa apa untuk olesan roti nya?" tanya Zoya, ia tidak ingin salah saat melayani Dareen. Karena jika Zoya melakukan kesalahan walaupun hanya sedikit, sudah pasti Dareen akan memaki dan menyalahkannya dengan kata kata pedas yang keluar dari mulutnya. Tragedi pukul 06.00 masih belum terselesaikan, dan jika sekarang Zoya melakukan kesalahan lagi, entah apa yang akan Dareen lakukan padanya."El?" bukannya menjawab pertanyaan Zoya, Dareen malah memanggil El yang berada di sebelah Dareen."Baik Tuan!" sahut El.Zoya menyunggingkan sebelah bibirnya ke atas, 'Dih, apa-apaan dia ini! Baik
Di perusahaan yang sama. Dimana ada Dareen, disitulah selalu ada El, seseorang yang paling dekat dengan Dareen, seorang yang dianggap sebagai pelayan oleh sebagian orang yang mengenalnya. Atau lebih tepatnya, orang orang yang tidak menyukai kehadiran El dalam kehidupan Dareen. Dan salah satunya adalah Marissa, gadis yang mengaku sebagai gadis sosialita tingkat dewa, gadis yang sangat tergila-gila kepada seorang Dareen Danendra.Marissa selalu melakukan segala cara agar bisa merebut perhatian Dareen untuknya. Namun usahanya selalu sia-sia saja karena dimana ada Dareen, disitu selalu ada El, orang yang selalu memberikan jarak kepada Marissa dan para wanita lainnya untuk mendekati Dareen."Perhatikan jarak anda nona Marissa!" ucapan itu selalu terngiang-ngiang dalam benak Marissa, hingga ingin rasanya Marissa menyingkirkan El untuk selama lamanya."El?" panggil Dareen."Ya, Tuan!" jawab El. 
"Aku malas sekali jika harus datang ke rumah pria sombong itu!" gumam Zoya saat sedang duduk sendiri di bangku taman sekolah, dengan buku buku tebal yang menjadi temannya."Malas? Rumah? Pria sombong? Apa maksudmu Zoy?" tanya Gio yang tiba tiba saja sudah berada dibelakang Zoya."Hah! Gio!" Zoya terperanjat, "mengagetkan saja! Ternyata, bukan hanya matamu saja ya, yang plus, tapi juga telinga mu, yang sama plus nya dengan matamu!" ujar Zoya kemudian."Haha! Terima kasih atas pujiannya Ananda Zoya, orang termanis sejagat raya!" ledek Gio.Zoya menyunggingkan sebelah bibirnya ke atas, "Kau tidak usah meledekku ya? Semua orang juga tahu! Semua ucapanmu itu adalah fitnah besar!" ketus Zoya membuat Gio tergelak."Hahaha..., Aku tidak bermaksud!" balas Gio, "tapi aku serius dengan pertanyaan ku barusan!" lanjut Gio.Zoya mengerutkan dahinya, "Pertanyaan apa?"
"Zoya?" panggil seorang wanita dari arah belakang. Zoya dan Gio pun menoleh seketika. "Mayra!" ujar Zoya dan Gio secara bersamaan. "Menyusahkan saja!" ujar Mayra dengan ketusnya, setelah ia berada dihadapan Zoya dan Gio dengan napasnya yang masih terengah-engah. Mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Mayra, Zoya dan Gio saling pandang dan mengerutkan alis mereka, "menyusahkan kata mu? Jika Zoya menyusahkan! Kenapa kau mencarinya hah!" Gio geram sekaligus kesal. "Hei! Kau! Pria CUPU!" Mayra mengatai Gio dengan menekankan kata cupu hingga bibirnya tampak monyong kedepan lima centimeter, tidak hanya di situ, mulut mayra bahkan menyipratkan air liur hingga membuat Zoya dan Gio mengusap-usap wajah mereka dengan jijik. "Dasar jorok!!!" hardik Gio hampir mengenai wajah Mayra. "Diam kau!" Mayra menunjuk wajah Gio dengan tatapan sinis, wajah mer
"Kau tuli El?" Dareen menendang kaki El yang sedang berada di sampingnya, membuat pria tampan berambut hitam pekat itu mengaduh sakit, "pukul berapa sekarang?" tanyanya lagi, setelah El sadar dari lamunannya, yang entah sedang melakukan apa dia! "Pukul satu siang Tuan," kenapa anda tidak melihat jam di pergelangan tangan anda sendiri? Lalu, untuk apa anda membeli dan memakai jam mahal itu! Jika anda selalu menanyakan jam berapa sekarang kepada saya! El bergumam dengan dirinya sendiri. Mengerutuki pertanyaan Dareen. Dia ini orang pintar, namun pertanyaannya begitu bodoh! Memakai jam, tapi selalu menanyakan waktu kepada El. Maafkan kelancangan saya yang sudah mengatai anda bodoh dalam pikiran saya Tuan! Saya berjanji, tidak akan mengatakannya dengan mulut saya! gumam El dalam pikirannya. El menyudahi ucapan lancang yang terlintas di pikirannya, "Oh iya Tuan! Satu jam lagi ada meeting dengan klien dari luar kota yang harus Anda hadiri!"
"Bubar!" perintah El, kali ini, membuat semua karyawan yang berada di sana kocar-kacir melarikan diri dari pandangan El dan Dareen, menyelesaikan pekerjaan mereka kembali. Ada yang benar-benar kembali bekerja, ada yang pura-pura membersihkan meja, menyusun berkas, ada juga yang terlihat biasa saja, saat El dan Dareen berjalan meninggalkan kantor. "Huh! Dia pergi kan? Tuan kita sudah pergi kan?" tanya seorang wanita, teman dari wanita yang sudah berani menyapa Dareen. "Tenang! Tuan sudah pereg! Kau aman sekarang!" jawab wanita itu ringan, ia seolah tak punya salah apapun pada semua karyawan, temannya bekerja. Plakk! Teman wanita itu memukul lengan nya cukup keras, hingga menimbulkan suara yang nyaring, "aww..., Kenapa memukulku?" pekik wanita itu. "Kau benar-benar ya Sovia? Kau memang pantas untuk ku pukul! Sudah beberapa kali aku bilang? Jangan so menyapa Tuan saat siang hari! S
Zoya berjalan gontai sepulang dari sekolahnya. Ia berjalan seolah tanpa arah. Pikirannya berkecamuk, melayang kesana-kemari seolah terbagi. otaknya pun berputar lebih cepat, mencari berbagai macam cara untuk mendapatkan uang agar sekolahnya tetap berlanjut. Paling tidak! Sampai ia keluar sekolah menengah atas dan mendapatkan ijazah. Mungkin setelah ia mendapatkan ijazah, hidupnya akan sedikit berubah. Pikir Zoya. Walaupun sebenarnya Zoya ingin sekali melanjutkan pendidikan sampai ke universitas dan berkuliah, menggapai cita setinggi langit. Zoya terus berjalan, langkahnya mungkin gontai, dan pikirannya kemana-mana. Namun tidak dengan matanya, yang terus menyusuri, menatap dengan teliti, setiap bangunan kota yang ia lewati. "Dua minggu! Bagaimana caranya aku mendapatkan uang dalam waktu dua minggu?" Zoya bergumam sendiri sambil terus berjalan, menyusuri setiap sudut bangunan, berharap jika ada keajaiban, dengan tulisan lowongan pekerjaan.
"Perkenalkan Tuan! Ini Rosana, sekretaris saya!" ujar Axel memperkenalkan sekretarisnya pada Dareen. Deg El mulai berkeringat dingin! Ia memperhatikan wanita bernama Rosana itu dari atas sampai bawah. Cantik, seksi, dan menggoda Tiga kata yang langsung menjadi kesan pertama saat El melihatnya. Jika saja yang melihatnya adalah pria lain, mungkin saja pria itu akan langsung terpesona dengan kecantikan dan penampilannya. Namun tidak untuk Dareen. Pria dingin itu sudah pasti akan merasa sangat muak saat melihat apalagi berdekatan dengannya. "Selamat siang Tuan Dareen, sekretaris El! Saya Rosana. Sekretaris Tuan Axel!" Rosana mengulurkan tangannya dan menyapa dengan nada suara yang lembut dan terkesan manja. Cukup lama Rosana mengulurkan tangannya, namun tak satupun dari Dareen ataupun El yang membalas uluran tangan dari Rosana hingga- - "Maafkan saya nona, tapi sepertinya..., Anda tidak usah berb