Suara bartender itu langsung terdiam. Aku bisa pastikan jika David menutup panggilan telepon itu tanpa mau mendengar maksud tujuan si penelpon.
"Hahaha," tawaku miris, "Mana mungkin dia mau datang ke mari, dia pasti sedang sibuk dengan Lily, kan?"Cukup lama aku berada di sana.Hanya saja, suara berat dari belakang membuatku terkejut."Di mana dia?"Itu suara David, dia datang untukku. Tapi ... mengapa?"Memalukan!" Aku mendengar David menggerutu."Ya, aku memang memalukan." Mungkin karena aku mabuk, aku punya keberanian untuk membalas kata-kata David.Namun tiba-tiba saja tubuhku terasa melayang di udara. Ternyata David memanggulku di pundaknya."Bruk!" Tubuhku dilempar ke dalam mobil. Setelah itu David mendekatiku. Embusan napasnya menyapu wajahku. Wajah tampan itu adalah milikku. David telah menikahiku, kami suami istri. Bagaimanapun sikapnya tadi pagi, tidak membuatku bisa membencinya."Jangan berharap bisa memikatku, Ana." ucap David setelah memasang sabuk pengaman untukku. Ternyata aku salah mengira, tadinya aku pikir David akan mencium bibirku. Ternyata itu hanya halusunasiku.Aku jadi kesal mendengar hinaan David."Kita sudah menikah, kenapa aku tidak boleh memikat hati suamiku?" Rasa beraniku muncul sejak di dalam bar tadi. Alkohol memang benar-benar bisa menumbuhkan rasa percaya diriku."Jangan mimpi untuk menjadi istriku selamanya, Ana."Aku tidak terima dengan kata-kata ketus David. "Oh ya, jadi kau lebih memilih Lily yang sudah tidak perawan itu?""Apa maksudmu?"Aku melepas sabuk pengaman lalu naik ke pangkuan David. "Semalam aku sudah membuktikan jika kau adalah laki-laki pertama bagiku. Sedangkan Lily? Hahaha," aku tertawa sambil menatap David yang memandangku sambil menaikkan sebelah alisnya."Kau harus tahu rahasia ini, David." Kuelus rahang tegas David yang mengeras. Aku tebak suamiku itu sedang kesal sekaligus penasaran."Katakan padaku, Ana! Jangan membuatku marah." David balik mencengkram rahangku sehingga wajah kami berjarak hanya beberapa inci saja."Ck, baiklah. Aku akan mengatakannya padamu.""Dengar baik-baik, David." Aku tersenyum saat David melepaskan tangannya dari rahangku lalu memalingkan mukanya."Aku pernah melihat Lily bercinta dengan sopir keluarga Lopez di garasi rumah mereka. Lily juga sering melakukan ONS dengan teman laki-lakinya sejak di sekolah hingga kuliah. Wanita seperti itu yang kau inginkan untuk menyandang gelar sebagai istrimu?"David terdiam, tapi napasnya mulai bergemuruh."Jawab aku, David." Kuberanikan menangkup wajah David lalu mencium bibirnya.David tidak membalas tapi juga tidak menolakku "Sedangkan aku, istrimu, tidak pernah bersentuhan dengan laki-laki manapun selain kau, David. Kau laki-laki pertama yang menyentuhku. Aku istrimu, milikmu. Kau bisa menikmati tubuhku semaumu.""Apa maumu dengan mengatakan semua ini?"Aku tertawa renyah, "kita telah menikah secara resmi. Asal kau tidak menceraikanku. Aku adalah milikmu, aku akan melayanimu dengan sepenuh hatiku.""Jangan Bercanda!" Tiba-tiba saja David mendorongku ke samping, mengembalikanku duduk di tempatku semula.David lalu melajukan mobilnya dengan sangat kencang. Sampai di pent house-nya, aku diseret masuk ke dalam rumah lalu melemparku ke atas ranjang. "Kau pikir aku akan percaya dengan omong kosongmu tadi?""Cih, mimpi!" David membuka jas dan kemejanya. Selanjutnya ia menarik ikat pinggangnya sehingga sedetik kemudian tubuhnya telah polos seperti semalam."Kau sudah menghina Lily dan aku akan menghukummu, Ana." David menyeringai lalu merobek gaunku.Bukan ini yang kumau, kenapa kejujuranku tentang Lily berujung kesialan bagiku?Tak lama kemuduan, David melampiaskan napsunya.Ia menyentuhku dengan kasar dengan berbagai gaya."David, berhenti. Aku mohon!" Tiba-tiba saja semuanya menjadi gelap. Aku kembali pingsan di bawah kungkungan suamiku sendiri.*****"Ah …." lirihku kesakitan.Saat aku bangun, ternyata aku sedang berada di rumah sakit. Tidak ada siapapun yang menemaniku, hanya suster yang bertugas menjagaku di Ruang perawatan VVIP yang sepertinya dipilih David untukku.Kupaksakan diri untuk menurunkan kakiku. Namun, aku merasakan sakit luar biasa."Nona Lopez, hati-hati." Suster bayaran David segera menghampiriku setelah mendengar suaraku.Aku meringis, David benar-benar brutal saat menjamahku. Walaupun aku mabuk, aku masih ingat betapa kasarnya ia memperlakukanku. Matanya memancarkan ekspresi marah dan puas di saat yang bersamaan."Suster, saya ingin bersih-bersih," ucapku pada akhirnya."Silakan, Nona. Tapi dokter melarang Anda untuk membasahi … itu." Suster itu menggaruk rambutnya. "Dokter mengatakan, Anda dilarang membersihkannya karena ada luka di sana."Aku terkesiap.Bahkan suster saja bersimpati padaku?Sungguh peristiwa langka, karena seorang suami meniduri istrinya hingga pingsan!"Saya mengerti, Sus." Aku pun berjalan ke kamar mandi dipapah oleh suster itu. Dan benar saja, saat mengeluarkan hajat, rasa perih dan nyeri menyerang daerah kewanitaanku. Sungguh aku ingin membenci David, suami kejam yang tidak mencintaiku.Kira-kira lima hari aku berada di rumah sakit, tapi David tidak pernah muncul. Bahkan mengirimkan pesan pun tidak.Aku hanya bisa menebak jika David sedang sibuk mempersiapkan pernikahannya dengan Lily dan bersiap untuk menceraikanku. Untuk itu pun aku menghubungi Mary untuk menjemputku. Dan beruntungnya, Mary langsung mengangkat panggilan teleponku.[Apa? Kau berada di rumah sakit?! Apa yang telah terjadi, Ana? Kau harus…]Aku langsung memotong omelan Mary. "Jemput aku di rumah sakit Santa Joseph. Lantai 5 kamar nomor 2b."[Ana!]Aku yakin Mary akan segera datang. Dia temanku satu-satunya. Kami berteman sejak duduk di sekolah menengah pertama. Dia yang ekstrovert sangat cocok denganku yang introvert. Karena kami berdua yatim piatu, kami semakin cocok berteman dan saling menguatkan untuk berjuang hidup di tengah-tengah keterbatasan kami.Tidak lama kemudian Mary sudah datang. Ia berkacak pinggang lalu menatapku dengan tajam. Apa hubunganmu dengan Walles?" Saat di bawah, Mary mengatakan jika resepsionis menanyakan maksud kedatangannya. Dan Mary pun terkejut karena kamar yang kutempati direservasi dengan nama David."Oh, tidak!" Mary melotot padaku saat aku mengangkat jari manisku. Cincin berlian pemberian David membuat Mary bisa menebak jika aku sudah menikah dengan David Walles konglomerat yang terkenal di Georgia."Kau ini temanku atau bukan? Kenapa kau menikah tapi tidak memberitahuku. Apa kau berniat memutuskan hubungan pertemanan kita?!"Aku tahu marahnya Mary karena ia terlalu sayang padaku. Mary sangat tahu jika paman George dan bibi Amanda menperlakukanku secara buruk. Bahkan kehidupan Mary lebih baik, padahal ia hidup di panti asuhan setelah kematian kedua orang tuanya."Maafkan aku Mary, semuanya serba tiba-tiba. Aku dipaksa menikah menggantikan Lily." Kuceritakan awal mula peristiwa pahit yang kualami gara-gara rencana licik Lily dan kedua orang tuanya."Lalu, kenapa kau berada di sini?" Mary menatapku tajam. Aku yakin jika Mary akan berteriak setelah aku bercerita tentang keganasan David.Benar saja, setelah aku selesai cerita. Mary langsung menarik koperku. "Aku tidak akan membiarkanmu disakiti oleh suamimu. Pulang ke apartemenku, walaupun kecil, aku yakin lebih aman daripada tinggal di sangkar emasnya David Walles."Aku pun setuju, setelah kejadian malam itu, aku menyerah untuk menjadi istri David. Persetan dengan balas dendamku kepada Lily, aku ingin hidup tenang sambil menunggu kelulusanku. Dan aku yakin, David akan segera mengirimkan surat cerai padaku.Namun lagi-lagi perkiraanku salah. Saat aku dan Mary turun dari taksi, David sudah berdiri di lobi apartemennya Mary sambil bersedekap. Mata elangnya tajam menatapku.Ia melangkah mendekatiku lalu berkata, "Istri nakal, kenapa tidak menelponku untuk menjemputmu?""A--ku...."Akan kukatakan padanya agar tidak terlalu keterlaluan Hanya itu yang diucapkan oleh DavidHati aku berdecih karena aku masih berharap David akan peduli padaku dan lebih membelaku daripada lele nyatanya hanya kata itu yang diucapkan ketika aku mengatakan bahwa Lili telah menggangguku dan membuatku untuk sulit bernafasAku tidak perlu apapun darimu lagi status sebagai Nyonya David tidak berarti apa-apa bagiku tetap saja Lili Yang kau prioritaskanAku sudah membuat keputusan lepaskan aku juragan aku David menyandang gelar sebagai istrimu membuatku sangat menderita dan kehilangan banyak halDavid mengerutkan keningnya lalu menatapku tajam wajahnya terlihat tidak suka anak Aku sangat lelah malam ini jangan bicarakan hal itu denganku Aku ingin istirahat sekarangMengecapnya berdebat tapi David malah dengan santainya duduk di sofa lalu mengeluarkan laptopnya tanpa mempedulikanmu sedikitpun David mulai Menatap layar laptop dan sepertinya ia sedang merampungkan pekerjaannya yang tertunda Aku h
Akan kukatakan padanya agar tidak terlalu keterlaluan Hanya itu yang diucapkan oleh DavidHati aku berdecih karena aku masih berharap David akan peduli padaku dan lebih membelaku daripada lele nyatanya hanya kata itu yang diucapkan ketika aku mengatakan bahwa Lili telah menggangguku dan membuatku untuk sulit bernafasAku tidak perlu apapun darimu lagi status sebagai Nyonya David tidak berarti apa-apa bagiku tetap saja Lili Yang kau prioritaskanAku sudah membuat keputusan lepaskan aku juragan aku David menyandang gelar sebagai istrimu membuatku sangat menderita dan kehilangan banyak halDavid mengerutkan keningnya lalu menatapku tajam wajahnya terlihat tidak suka anak Aku sangat lelah malam ini jangan bicarakan hal itu denganku Aku ingin istirahat sekarangMengecapnya berdebat tapi David malah dengan santainya duduk di sofa lalu mengeluarkan laptopnya tanpa mempedulikanmu sedikitpun David mulai Menatap layar laptop dan sepertinya ia sedang merampungkan pekerjaannya yang tertunda Aku h
[Apa yang kau katakan? Aku tidak mengerti apa maksudmu?] Lily berpura-pura tidak paham. "Kau tidak usah berpura-pura. Sudah jelas apa maksudku. Jika aku memanggil wartawan dan membocorkan tentang rahasia ini, tamatlah riwayat karirmu untuk menjadi seorang desainer terkenal." [Kau pikir, orang di luar sana akan mempercayaimu?] ucap Lily seakan-akan menantangku. Tapi aku tahu pasti, nada suaranya terdengar kesal dan putus asa. "Aku katakan padamu, aku dan Elma berteman sangat baik. Jadi aku sangat tahu pasti rancangan bajunya mempunyai keunikan tersendiri. Kau pasti tahu seorang desainer akan berkelanjutan membuat suatu karya yang mempunyai ciri khusus yang sangat mirip antara satu rancangan dengan rancangan yang lainnya. Kau tidak bodoh, kan? Untuk mengartikan apa kata-kataku ini. Jika orang lain mengetahui kau menjiplak rancangan Elma. Semua orang di luar sana akan segera mencari tahu koleksi rancangan Elma yang terdahulu. Sudah dipastikan kebohonganmu akan segera terbongkar." Aku
Kenapa sikapnya berubah dalam satu malam? Kemarin saat kami menyambangi rumah duka, wanita itu sangat lembut dan beberapa kali mengucapkan kata terima kasih kepada kami karena telah membantunya mengurus jenazah suaminya. Dengan fakta ini aku semakin yakin jika ada seseorang yang mengajari dan membimbingnya untuk memeras kami.“Di perusahaan ini banyak karyawan wanita. Kenapa Anda yakin jika saya yang berurusan dengan suami Anda?”Wanita itu terkejut dan salah tingkah dengan pertanyaanku. Ia kemudian menatap lantai dengan kedua tangan yang saling bertaut. “Feeling seorang istri selalu tepat. Saat pertama kali melihatmu, aku tahu jika kau orangnya. Aura kejahatan dari tubuhmu terasa sangat kuat.”Aku berdecih sinis, bisa-bisanya wanita itu mengatakan sesuatu tanpa dasar. “Pak polisi, wanita ini mempunyai kekuatan supranasional. Dia bisa memprekdisikan sesuatu dengan benar. Sebaiknya departemen kepolisian menggunakan jasanya dalam memecahkan kasus kejahatan.”“Apa maksudmu?” Wanita itu m
Karena keadaan hatiku yang tidak baik-baik saja, aku menceritakan segala kejadian yang telah kulalui seharian ini kepada David. Tentang kematian laki-laki itu yang merupakan tulang punggung bagi keluarganya dan nasib anak-anak mereka. Bahkan aku masih mengingat ketika laki-laki itu masih berdrama untuk memfitnahku atas perintah dari Lily.“Hei, ini di luar kuasa kita.” David mendekatiku lalu memelukku.Aku yang sedang dalam mood yang buruk, langsung menangis dalam dekapannya. Dada bidang David menjadi tumpuanku untuk meluapkan kesedihan hatiku. Perasaan kesal padanya entah menguap begitu saja. Kehadiran dan perhatiannya membuatku merasa tidak sendiri.“Sudah, jangan menangis lagi. Kita bukan malaikat yang bisa menyelamatkan orang yang sedang mengalami musibah. Tapi jika ada orang yang ingin kau tolong, aku akan menolongnya untukmu.” David menghiburku sambil menciumi puncak kepalaku berulang-ulang.“Ana, jangan bersedih akan hal ini. Ada aku di sini. Suamimu ini punya kuasa untuk menduk
"Aku ingin mandi sekarang." ucap David tenang. "Silakan, aku ingin istirahat." Ingin aku mengusir David. Tapi melihat keadaannya, tidaklah mungkin. Bagaimana aku bisa mengusirnya di saat ia sedang sakit. Aku segera keluar dari kamar mandi lalu menatap ranjang king size milikku. Sungguh miris, malam pertama di rumahku aku harus mengalah untuk memberikan ranjangku kepada David. Aku memutuskan untuk tidur di kamar tamu karena aku tidak ingin seranjang dengan David. Sedangkan Mary kembali menghubungiku untuk bertanya tentang perkembangan sikap David padaku. Dan kami pun berbicara hingga aku tertidur. Aku merasa dingin ketika selimutku ditarik oleh seseorang. Mataku sangat berat untuk kubuka. Saat aku terkejut dan ingin berteriak karena tubuhku melayang di udara. Suara David menyadarkanku jika aku tidak sendirian malam ini. “Kenapa kau tidur di sini?” Aku tidak bisa menjawab di saat wajahku menempel di dadanya David yang terbuka. Kulit itu masih basah dan aroma wangi bunga mawar mengu
“Ana, ambilkan nasi untukku.” “Hah, kau ingin tambah nasi lagi?” Ini adalah piring ketiga David meminta tambah nasi.“Ana, cepatlah. Kau tidak mendengar?” David menggerakkan piring yang telah disodorkan di hadapanku. Aku menggelengkan kepala. “David, ini sudah terlalu banyak. Apakah selama ini kau tidak pernah makan dengan baik?” omelku.David tidak menjawab apa pun. Namun menatapku seolah menanti untuk memberinya nasi yang diinginkannya.Tidak butuh lama David menghabiskan apa yang aku masak. Hanya menyisakan satu piring lauk untukku. Bahkan sup yang kumasak pun telah habis diminumnya.“Terima kasih, Ana. Aku sangat kenyang malam ini.” David mengelus perutnya.“Oke, karena kau sudah kenyang dan selesai makan. Sekarang kau pulanglah ke rumahmu aku ingin istirahat.”“Aku pinjam tabletmu, ada satu pekerjaan yang belum aku selesaikan.” David tidak mendengar ucapanku malah memintaku untuk meminjamkannya tablet.“David Wales, kau tidak mendengar apa yang aku katakan? Aku ingin istirahat.”
Aku tidak ingin berbohong, jadi aku katakan saja sejujurnya. “Nenek Lucy sudah tahu tentang keadaan pernikahan kita yang buruk. Beliau membelikanku rumah dan melarangku hidup bersamamu.”“Ana Lopez, di mana kau bisa hidup tanpa aku? Cepat pulang dan aku tidak akan menjemputmu secara paksa.” Suara David terdengar marah.“Tuan Wales, aku tinggal di rumahmu. Namun kau tidak pernah pulang. Apa bedanya jika aku tidak tinggal satu atap denganmu?” David memang tidak pernah pulang ke penthouse-nya. Ia hanya akan pulang jika ingin menyalurkan hasrat biologisnya.“Ana, jangan pancing kemarahanku!” teriak David.Langsung kumatikan saja ponselku dan tidak ingin mendengar bentakannya. Sebenarnya jantungku berdebar saat David membentakku. Tapi aku ingin keluar dari cengkramannya David. Aku tidak ingin selamanya dikendalikan laki-laki itu.Perhatianku kembali ke komputer lamaku. Aku pun berdecak kesal, ternyata komputerku kembali tidak bisa dinyalakan. Sehingga memaksaku untuk membawa komputer terseb
Nenek Lucy sepertinya bisa menebak pikiranku. Ia langsung meletakkan kunci rumah di telapak tanganku lalu menggenggamkannya. “Dan ini,” sebuah kartu debit juga diserahkan padaku. “Sisa uang simpanan ada di sini. Cukup untukmu biaya hidupmu selama satu tahun jika kau berhemat."“Nek, ini terlalu banyak.” Aku memberikan kembali kartu debit bank itu kepada nenek Lucy.“Ini tidak sebanding dengan penderitaan yang selama ini kau terima. Nenek tidak bermaksud untuk membeli penderitaanmu. Nenek hanya ingin memastikan hidupmu terjamin di luar sana.”Aku tidak bisa berkata apa pun setelah mendengar perhatian nenek Lucy yang sangat besar. Aku pun berada di rumah nenek Lucy sampai jam sepuluh malam. “Ada satu barang lagi yang harus kau terima.” Nenek Lucy mengajakku masuk ke dalam gudang.Mataku terbelalak saat melihat barang yang sedang aku cari. Komputer yang menyimpan gambar desain milik Elma.“Setelah kau menikah, George membuang seluruh barangmu. Kebetulan saat itu Nenek melihatnya. Nenek