Aku dan Mary langsung membuka mulut lebar-lebar mendengar ucapan David.
Istri nakal? Apa maksudnya ini? Bukankah David ingin bersama Lily dan ingin menceraikanku?Seharusnya ia bahagia karena aku tidak kembali ke rumahnya yang membuat drama atau menuntut harta gono-gini. Tapi sekarang kenapa ia datang menjemputku?"David Walles!" Mary berteriak lalu berdiri di hadapanku. Tubuh Mary yang tinggi seakan melindungiku dari David."Tidak akan kubiarkan kau menyakiti temanku. Suami macam apa kau yang telah membuat istrinya masuk rumah sakit? Selama lima hari ini kau pergi ke mana? Jangan sok perhatian di hadapanku. Itu tidak akan mempan untuk mengelabuhiku." Mary mendongakkan wajahnya, menantang David."Ini urusan rumah tangga kami, kau tidak berhak ikut campur. Bisnis perusahaan Walles saat ini sedang sibuk. Dan saya bekerja keras karena saya ingin memberi nafkah yang layak untuk istri saya.""Minggir, sebelum saya berbuat kasar," ucap David lagi. Kali ini, dia bahkan mendorong tubuh Mary ke samping lalu mengambil koperku."Ana, tidak seharusnya kau menceritakan aktifitas ranjang kita kepada orang lain. Sekalipun itu teman baikmu. Kau ingin temanmu mengejekku karena kekuranganku?" ucap David.Apa? Kekurangan? Yang benar itu kelebihan!Tenaga David sangat kuat. Saat aku memohon untuk berhenti, ia malah semakin kuat menyiksaku dengan permainan liarnya. Tenaga pun seperti tidak ada habisnya. Aku kalang kabut hingga terkapar pingsan karena kelelahan diserang David terus-terusan."Melihatmu diam, tebakanku adalah benar." Tangan David lalu menarik tanganku, sedangkan tangan kirinya menyeret koperku."Hei, berhenti!" Mary tidak menyerah, ia membentangkan kedua tangannya untuk menghalangi David pergi membawaku."Nona Martin, jangan menghalangi saya jika Anda tidak ingin berurusan dengan hukum. Wajar jika dia saya ajak istri sah saya pulang, kan?" tegasnya dengan nada mendominasi."Ana, katakan sesuatu! Jangan diam saja saat dia akan nembawamu pergi lalu menyiksamu." Mary sangat totalitas peduli padaku.Namun, David tiba-tiba membungkuk dan mendekatiku. "Ada denda besar saat kau tidak mau menuruti perintahku. Kau tidak hanya menandatangani sertifikat pernikahan, tapi kau juga menandatangani surat perjanjian untuk menjadi istriku. Dan kau pasti paham, poin-poin dalam perjanjian itu pasti memberatkanmu," bisiknya.'Hah?' pekikku dalam hati.Astaga … aku baru sadar akan hal itu. David bukanlah laki-laki biasa yang bertindak tanpa memperhitungkan segalanya. Jadi sebelum menikahiku, ia membuatku menandatangani surat yang menjebakku?"Ana!" Jangan dengarkan ancamannya. Kau harus bisa menolak!" Mary kembali berteriak."Mary, sebaiknya aku pulang dengan David. Terima kasih kau mau datang saat aku menelponmu. Tapi aku pikir, aku harus menyelesaikan masalahku dengannya tanpa melibatkanmu.""Apa?!" Mary melotot padaku."Sudah selesai bicaranya, Nona. Jangan buang-buang waktu saya." David memberi kode kepada orang-orangnya untuk menyingkirkan Mary dari hadapan kami."Hei, lepas!" Kulihat Mary meronta."Ana, pikirkan baik-baik. Jangan sampai si brengsek itu mengelabuhimu, Ana!"Sampai di dalam mobil, suara Mary tidak terdengar lagi. Sedangkan David mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh. Ingin aku berteriak untuk bertanya apa sebenarnya yang ia mau. Tapi kecepatan mobil membuatku mual."Ayo masuk," David menyeretku masuk ke penthouse-nya setelah mobilnya terparkir di garasi."David, lepas!" Aku benci dengan sikap semena-mena David."Aku sudah memikirkan penyelesaian masalah kita.""Ya aku tahu, ceraikan aku. Dan kau bisa menikahi Lily, kau bisa hidup bahagia dengannya."David mendekatiku lalu mendorongku ke dinding. Tubuhnya mengungkungku sehingga wajah kami berhadapan. "Aku laki-laki kaya yang punya kuasa, Ana."Apa maksudnya? Aku punya feeling buruk dengan perkataan David."Aku akan segera menikahi Lily, tapi aku ingin kau … menjadi wanita simpananku.""Apa?! Wanita simpanan?" pekikku tanpa sadar.Dia pikir aku siapa?Walau aku miskin, aku punya harga diri.Walau aku mencintainya, aku tak segila itu.Wanita simpanan adalah musuh bagi semua wanita di dunia ini. Aku tidak bisa membayangkan jika Lily mengetahui statusku di samping David. Aku yakin gadis sombong itu akan menggila untuk mengacaukan hidupku. Saat aku tidak mengusik hidupnya saja, dia begitu suka untuk membuatku menderita."Tidak, aku tidak mau!" tegasku pada David.David menatapku tajam. Mata elangnya seakan berusaha untuk masuk mencari kebenaran dalam hatiku. "Sungguh?""Aku tahu kau menyukaiku, Ana." Pria itu tersenyum tipis, seakan mengejekku. "Baiklah, kalau kau tidak mau. Pergilah, aku melepaskanmu. Aku akan segera menceraikanmu lalu menikahi Lily dengan pesta yang lebih meriah."Dapat kurasakan sakit saat David mengatakan akan melepasku. Aku juga tidak rela jika David menikahi Lily. David terlalu baik bagi gadis seliar Lily. Tubuhnya telah kotor dijamah oleh banyak laki-laki.Aku tidak ingin kesucianku hilang dengan percuma. Apalagi mengingat pukulan paman George dan makian bibi Amanda. Rasanya sakit karena selama ini aku hanya diam saat ditindas mereka. Aku juga harus mencari tahu tentang tanda tangan yang dibutuhkan oleh paman George. Mungkinkah ada hubungannya dengan harta peninggalan orang tuaku?Melihat keraguanku, David tampak tersenyum."Bagaimana, Ana? Lebih baik tanda tangani dan kau bisa menggunakan hartaku semaumu." David duduk di sofa lalu menyilangkan kakinya.Dengan ragu, kuterima bolpoin dari tangan David. Ia tersenyum lebar sambil menyodorkan selembar kertas berisikan beberapa poin aturan kontrak.Apa? Dalam kertas tersebut, David membuat peraturan. Aku dilarang dekat dengan laki-laki manapun. Sedangkan David bebas mempunyai hubungan dengan wanita selain aku. Aku baru sadar jika David ingin mengontrol hidupku melalui perjanjian kontrak itu."Ayo, tanda tangani." David menunjuk kertas yang kupegang dengan dagunya."Jangan mengelabuhiku dengan menulis nama lain di kertas itu." David sepertinya bisa membaca isi kepalaku.Aku pun berdiri lalu balik menatapnya. "David, isi perjanjian ini tidak adil. Ini benar-benar merugikanku." aku menunjuk poin yang membuatku keberatan."Tidak ada pilihan lain bagimu. Kau ingin hidup menggelandang di luar sana?" cibir David meremehkanku."Cukup, aku sudah muak menjadi korban kalian."Kulempar kertas perjanjian itu ke wajah David."Ana, Berani-beraninya kau!" David menggeram marah kepadaku.Aku tidak mempedulikan teriakan David. Segera kuayunkan langkahku meninggalkan penthouse-nya.Tidak akan kubalikkan badanku untuk melihat keadaan David. Aku takut hatiku akan lemah dan menuruti keinginannya. Bagaimanapun hatiku masih utuh mencintai David.Lagipula, David adalah orang terkaya di negeri ini.Mana mungkin dia bisa jatuh cinta padaku setelah satu malam meniduriku?Aku yakin, aku hanya pelampiasan nafsunya saja karena wajahku mirip dengan Lily. "Selamat tinggal!" lirihku pedih.***Untungnya, Mary mengajakku untuk tinggal di apartemennya setelah mengetahui keadaanku.Aku pun harus mencari kerja karena sudah dua bulan aku lulus kuliah.David benar-benar membuktikan ucapannya. Karena penolakanku, laki-laki itu menggunakan kekuasaannya untuk menjegal langkahku saat interview di perusahaan yang kudatangi. Di setiap interview, aku ditolak tanpa ada alasan yang jelas. Bahkan map lamaranku langsung dikembalikan tanpa memanggilku interview.Ini bahkan sudah lamaran kedua puluh aku ditolak!Karena rasa marah dan putus asa, aku bertekad menemui David di kantornya. Aku ingin kejelasan darinya karena merecoki hidupku. Jika tidak mencintaiku. Kenapa harus mengekangku?"Ana, jalang!" Tiba-tiba saja Lily muncul di hadapanku. Gadis itu menatapku marah."Ada apa?" tanyaku tanpa takut.Lily terkejut dengan reaksiku. Namun, dia tampaknya segera mengendalikan diri."Apa yang kau katakan kepada David. Kenapa tiba-tiba dia berusaha menyelidiki masa laluku, jalang?" makinya.Deg!David mengatakan tidak mempercayai kata-kataku. Tapi ternyata, diam-diam laki-laki itu menyelidiki masa lalu Lily?Apakah David sudah tahu akulah yang menolongnya dulu?"Well, David laki-laki yang berkuasa. Jika dia ingin menyelidiki hidup kekasihnya, tidaklah aneh. Kenapa kau marah padaku?"Kulihat wajah Lily merah padam. Sepupuku itu berjalan cepat ke arahku lalu ia berteriak kesakitan."Arrgh! Kenapa kau melakukan ini Anna?" ucapnya mendadak."Lily, apa yang kau lakukan?" Aku terkejut saat Lily menabrak tubuhku lalu tangannya mengeluarkan banyak darah."Jangan kau pikir bisa merebut David dariku setelah membuka aibku," bisik Lily tersenyum sebelum menjatuhkan dirinya di hadapanku."Tolong, tolong, pembunuhan!"Aku kaget saat petugas kebersihan berteriak sambil menunjuk ke arahku.Jangan-jangan, dia mengira aku yang berusaha membunuh Lily?"Tolong, ada pembunuhan." Wanita berseragam petugas kebersihan itu menjerit lebih kencang sehingga menjadi pusat perhatian banyak orang.Tiba-tiba saja banyak orang mengelilingiku dan menatapku dengan tatapan benci."Aku tidak bersalah. Dia melukai dirinya sendiri lalu berpura-pura." Aku mencoba membela diri."Aku
Saat kubangun, aku sudah berada di sebuah rumah sakit. Dilihat dari desain interior yang mewah, aku memastikan jika rumah sakit ini adalah rumah sakit bonafit. Tapi, bukankah aku berada di dalam penjara dan David sangat marah padaku. Jangan-jangan … tapi rasanya tidak mungkin jika laki-laki yang berstatus sebagai suamiku itu yang telah membawaku ke sini. Walaupun aku berharap demikian."Suster, ini rumah sakit apa?" Aku bertanya kepada seorang suster jaga yang tiba-tiba datang memeriksa tekanan darahku."Rumah sakit Wales, Nona."Hah, apa? Kenapa di sini? Jadi mungkinkah David yang membawaku ke sini? Aku mulai sibuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan telah terjadi."Mm, Suster. Kalau boleh tahu, siapakah yang membawaku ke sini?"Suster itu mencatat tekanan darahku lalu menoleh padaku. "Tuan Wales yang membawa Anda ke mari, Nona.""Maksud Suster, David Wales. David Wales dari keluarga Wales?" Aku ingin memastikan agar aku tidak salah paham."Benar, Nona. Tuan David Wales, pew
Setelah aku keluar dari rumah sakit, nenek Lucy membawaku pulang ke rumahnya. Ia beralasan jika tidak tega membiarkanku hidup di luar sana karena baru saja mengalami dehidrasi.Aku pun setuju dengan ajakan nenek Lucy karena aku memang merindukan seseorang yang masih keluargaku untuk berada disampingku di saat aku merasa kesepian.Namun ketenangan itu tidak berlangsung lama setelah kedatangan Paman George dan Bibi Amanda. Mereka tiba-tiba datang ke rumah nenek Lucy karena ingin menggagalkan niat nenek Lucy untuk menagih janji kepada kakeknya David soal perjodohan antara kedua keluarga.“Kalian ada apa lagi datang ke sini?” tanya nenek Lucy tidak senang.“Bi, dengarkan aku dulu tentang perjodohan antara Ana dan David. Itu tidak boleh dilaksanakan karena mereka tidak saling mencintai. Lagipula Ana tidak mempunyai kelakuan yang cukup baik. Apakah Bibi tidak takut jika Ana mempermalukan keluarga kita setelah menjadi menantu sah dari keluarga Wales?” ucapan paman George berapi-api.“Benar, B
Setelah dua hari di rumah nenek Lucy. Aku pun kembali beraktivitas seperti biasa. Aku mulai mengerjakan tugas-tugasku di sebuah perusahaan desainer interior yang sudah beberapa minggu ini aku jalani.Seperti biasa setelah selesai melakukan tugasku. Aku pergi ke sebuah tempat makan untuk mengisi perutku yang lapar. Namun aku terkejut saat seseorang membekap mulutku dari belakang lalu menyeretku naik ke dalam mobil. Ketika aku ingin berusaha melepaskan diri dari orang tersebut, tiba-tiba saja sebuah suara yang sangat aku kenal berbicara.“Begini caranya menjadi seorang istri yang bertanggung jawab?”“David, apa yang sedang kau lakukan?”David menatapku dengan tajam. Mata hitamnya bertambah gelap saat menatapku.“David, kau memanggil suamimu hanya dengan panggilan nama?” Kali ini David menggeram setelah mengatakan hal itu.“David, sebenarnya apa yang kau mau?”“Jangan berpura-pura. Kau pasti tahu apa yang aku mau.” David menekan tubuhku ke bawah lalu mengatakan; “seharusnya kau panggil ak
Setelah pengesahan pernikahan kami di departemen pernikahan negara aku langsung menghubungi Marry dan kebetulan teman baikku itu juga dalam keadaan bebas tanpa tugas dari pekerjaannya.“Jadi kau dan David sudah mengesahkan pernikahan kalian?” tanya Marry dengan antusias.“Ya, kami baru saja mengesahkannya.” jawabku singkat.“Kenapa nada suaramu terdengar tidak bahagia begitu, Ana?”“Aku tidak yakin dengan keputusan ini. Kau tahu kan jika perasaan David masih sama. Dia hanya mencintai Lily. Sedikit pun tidak ada aku di hatinya.”“Well, lupakan dulu masalah itu. Malam ini kita bersenang-senang dulu. Ayo aku traktir makan sepuasnya. Bagaimanapun, untuk melawan David dan Lily, kau butuh energi yang cukup.” Mary ingin menghiburku.“Benar, life must go on. Aku harus kenyang sebelum menghadapi drama mereka yang sering datang tiba-tiba.”“Ayo,” ajak Mary sambil menggenggam tanganku.Kami pun masuk ke restoran ‘all you can eat.’ Marry bilang jika dirinya mempunyai kartu diskon dua puluh persen
Kumatikan panggilan telepon itu karena aku tidak kuat mendengar desahan mereka berdua. Biarkan saja mereka berlaku sesuka hati mereka. Aku sudah tidak peduli.***Satu bulan sejak kejadian tersebut, David tidak pernah muncul di hadapanku atau menghubungiku melalui ponsel. Aku pun hidup tenang tanpa harus berdrama dengan David dan Lily.“Kau ada di mana?” Suara Mary sangat berisik di ujung telpon sana. Ia tahu jika hari ini aku akan menerima gaji pertamaku.“Hei, Ana, kau dengar suaraku, kan?” Mary setengah berteriak.“Iya, Mary. Aku dengar dan aku ingat jika hari ini aku harus mentraktirmu.”“Hehehe, oke, aku tunggu di Mal Orizon. Tepatnya di depan restoran ramen. Aku tidak sabar untuk menghabiskan satu mangkuk jumbo ramen kesukaanku.”Aku pun tertawa mendengar suara decakan lidah Mary yang terdengar keras di ponsel. Memang sudah lama aku ingin mentraktir sahabat baikku itu untuk makan di restoran. Mary sangat baik dan sering mentraktir makanan enak di restoran. Jadi hari ini adalah ha
Kata-kataku membuat Lily menjadi murung. Tapi tidak dengan David, laki-laki itu terlihat biasa saja. Ia bahkan tidak terpengaruh.“Baik-baik di rumah, aku akan segera menyusulmu setelah urusan ini selesai.” David mencium pelipis Lily di hadapanku. Seketika Lily tersenyum lalu memeluk David. Ia kemudian melewatiku dengan menabrakkan pundaknya di tubuhku. Sebenarnya aku juga heran, kenapa aku masih saja bertahan di pernikahan yang toxic ini.“Ayo kita masuk, kakek sudah menunggu kita.” David bicara seolah-olah baru saja tidak terjadi hal apa pun antara dirinya dan Lily. “Ayo,” David mengulurkan tangannya padaku. Dan aku pun begitu bodohnya menerima uluran tangan David. Kami masuk ke mansion keluarga Wales sambil bergandengan tangan, seperti pasangan yang saling mencintai.Kedatangan kami disambut oleh laki-laki tua yang mirip dengan David, beliau duduk di kursi Roda ditemani oleh salah satu pelayan.“Selamat datang di rumah kami.” Kakeknya David menaikkan alisnya, memberi kode kepada D
Aku tidak mempedulikan kata-kata wanita itu. Aku yakin aku tidak hamil karena kami hanya beberapa kali bercinta dan David pun mengantisipasi kehamilanku, dengan secepatnya ia memberikan pil kontrasepsi setelah kami selesai bercinta. Aku pasti tidak hamil itulah sugesti yang aku ucapkan dalam hatiku.Aku pun memutuskan untuk kembali bekerja setelah mengambil libur setengah hari. Rasa lapar membuatku menuju ke kantin untuk memesan masakan yang mempunyai rasa sedikit asam. Namun usahaku untuk mengisi perut pun gagal karena hanya dengan dua nasi dan sedikit daging, perutku sudah tidak bisa menampungnya. Masakan itu terasa hambar dan perutku rasanya sangat mual.Dengan langkah berat aku menuju meja kerjaku lalu menyelesaikan tugas yang harus aku kerjakan. Aku bekerja sampai larut malam, aku terus saja mengetik laporan hingga mataku seakan tidak bisa terbuka. Dalam keadaan setengah sadar, aku kembali ke apartemennya Mary. Tanpa mandi dan membersihkan tubuhku, aku langsung tidur di bawah seli