Share

Chapter 10

Author: angeelintang
last update Huling Na-update: 2021-09-26 03:14:44

“Sudah jadi satu,” Fio tersenyum menatap kertas yang sudah berubah menjadi burung kecil.

Fio meletakkan kertas-kertas yang masih berada di dalam kemasan. Dia menggeser sedikit kertas-kertas tersebut dan menarik mangkuk yang berisi nasi dan juga soto. Fio sekarang sudah terbiasa makan siang seorang diri sejak Nadya lebih sibuk bersama dengan Dio.

Netra Fio mulai menatap sekitarnya yang nampak ramai. Mereka kebanyakan bergerombol. Sedangkan Fio hanya seorang diri dengan kertas yang sudah berubah bentuk menjadi seekor burung kecil. Fio menertawakan dirinya sendiri yang ternyata benar-benar seperti kehilangan sosok teman dekat di hidupnya.

Fio sesekali masih mengedarkan pandangannya ke sekitarnya dan secara tidak sengaja bertemu pandang dengan Rey. Nama pemuda yang sangat populer di SMA Nusantara. Seorang pebasket yang selalu menjadi andalan sekolahnya. Fio berhenti mengunyah kala Rey masih menatapnya dalam diam. Pipi Fio nampak menggembung karena nasi soto serta tempe yang terlalu banyak dia masukkan ke dalam mulutnya.

Fio mengedipkan matanya sekali sambil meneruskan mengunyah makanannya kemudian menelannya. Gadis itu mengira Rey akan segera memutus kontak mata mereka. Tapi ternyata dugaan Fio keliru. Rey masih saja menatapnya. Dan ketika bibir pemuda itu tertarik tipis ke atas, Fio langsung terlihat gelagapan.

“Uhukk… uhukk… uhukk!” Fio tersedak.

Dia menepuk dadanya dengan sedikit keras untuk meredakan batuknya yang semakin menjadi kala matanya menatap Rey yang nampak bangkit berdiri dari duduknya. Pemuda itu nampak mengatakan sesuatu kepada temannya kemudian berjalan ke arah Fio. Orang-orang di sekitar Fio mulai memperhatikan gadis itu yang sepertinya sedang terkejut karena Rey kini berhenti di depan mejanya dengan satu tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana sekolahnya. Fio menelan salivanya dengan sedikit kesulitan. Dia menegakkan tubuhnya dengan bibir yang masih sedikit terbuka.

“Ini minum dulu,” Rey mengambil gelas di depan Fio kemudian mengulurkannya kepada gadis itu.

Fio tidak langsung merespon karena masih mencoba untuk mencerna hal yang sedang terjadi kepada dirinya. Gadis itu kemudian mengedipkan matanya dan mengangguk seperti robot. Fio segera mengambil gelas yang di ulurkan oleh Rey kepadanya. Dia segera meminumnya dengan mata yang masih tidak beralih dari sosok Rey.

“Boleh aku duduk disini?” tanya Rey dengan senyuman yang membuat banyak gadis terpikat.

Fio meletakkan gelasnya kemudian menganggukkan kepalanya. “ Ya tentu saja,” jawabnya.

Fio kemudian menatap ke sekitarnya dan sudah banyak pasang mata yang menatap ke arah mejanya dimana sekarang ada Rey yang sedang duduk tepat di depannya dengan gaya yang nampak santai dan juga mempesona bagi para gadis di sekolahnya.

“Aku Rey,” kata pemuda di depannya sambil mengulurkan tangan kepada Fio.

Fio menatap tangan Rey kemudian menyambutnya dengan dahi berkerut. “Aku Fio,” balas Fio dengan senyuman yang mengembang cantik.

Fio menarik tangannya kembali. Gadis itu mengikuti arah pandang Rey. Pemuda itu menatap kertas berbentuk burung kecil yang ada di meja tersebut. Senyum pemuda itu terkembang sempurna.

“Kamu suka origami?” tanya Rey yang sudah mengalihkan netranya kepada Fio.

Gadis di depannya menganggukkan kepalanya dan tersenyum manis. “Ya, aku suka,” jawab Fio sambil menyendokkan nasi soto yang belum habis.

Rey terkekeh melihat cara Fio makan. “Pelan-pelan makannya aku tidak akan meminta nasi sotomu, nanti kamu bisa tersedak lagi,” kata Rey.

“Eh?” Fio berhenti mengunyah dan pipinya nampak menggembung karena banyaknya nasi soto dan tempe yang dia masukkan ke dalam mulut.

“Aku ingin mencoba membuat origami,” kata Rey tanpa menjawab keterkejutan Fio.

Fio meneruskan kunyahannya sambil menganggukkan kepalanya. “Kamu pernah membuat burung kecil seperti ini sebelumnya?” tanya Fio.

Rey mengangguk. “Aku pernah membuatnya beberapa kali ketika aku kecil dan sayangnya aku sekarang sudah lupa cara melipatnya,” jawab Rey.

Fio mengambil kertas di samping mangkuknya yang memiliki warna merah. Kemudian Fio memberikan kertas tersebut kepada Rey. Dia kembali memakan makanannya dengan tenang. Hanya tinggal beberapa sendok dan makanan di mangkuknya akan habis.

“Cobalah, kamu akan menyukainya juga,” kata Fio kemudian matanya sedikit menyipit. “Aku rasa,” lanjut Fio sambil terkekeh.

Rey tertawa. “Baiklah,” dia kemudian mengambil kertas tersebut dan mencoba membuat bentuk burung yang sama persis dengan milik Fio.

Fio menyingkirkan mangkuknya yang sudah kosong kemudian segera meraih gelasnya dan meminum isinya hingga tandas.

“Ah! Aku kenyang sekali!”

Rey tersenyum samar melihat tingkah gadis di depannya itu. Mood Fio naik beberapa kali lipat. Dia fokus menatap Rey yang nampak sedang berkonsentrasi dengan kertas di depannya. Fio spontan terkekeh melihat lipatan Rey yang salah.

“Salah! begini cara melipatnya,” kata Fio kemudian mengambil kertas Rey dan membenarkan lipatan kertas di tangannya.

Rey tertawa. “Sepertinya aku memang sudah lupa caranya,” kata Rey.

“Hmm, kelihatannya kamu memang lupa,” kata Fio sambil tertawa.

Rey menghentikan tawanya dan terus menatap gadis di depannya yang terlihat sangat cantik ketika tertawa itu. Fio masih belum tersadar jika Rey masih menatapnya. Fio sedang menundukkan kepalanya dan fokus dengan kertasnya. Hingga tidak berapa lama, suara bel tanda masuk kelas berbunyi. Fio mendongak dan menatap sekitarnya dimana beberapa anak sedang berbisik dan menatap ke mejanya. Fio mengangkat bahunya dengan ekspresi acuh.

Para murid mulai meninggalkan kantin dan berjalan menuju ke kelas mereka masing-masing. Fio dan Rey juga nampak berdiri kemudian mereka berjalan beriringan menuju ke kelas masing-masing. Fio tidak mengerti kenapa Rey bersikap demikian kepadanya. Seingatnya mereka berdua tidak pernah menyapa sebelumnya.

“Banyak yang membicarakan kita,” gumam Fio dengan mata menyipit.

Rey menoleh ke sampingnya dan menaikkan satu alisnya. “Kenapa?” tanya Rey.

“Ckh!” Fio berdecak. “Jelas sekali aku pasti akan jadi bahan pembicaraan gadis-gadis di sekolah kita, kamu adalah orang dengan sejuta pesona di sekolah kita dan banyak yang mengantri ingin berbicara denganmu,” kata Fio kemudian terkekeh.

Rey tertawa. Pemuda itu berhenti dan menghadap ke arah Fio yang membuat gadis itu juga menghentikan langkahnya. Dia mendongak untuk melihat wajah Rey dengan tatapan herannya. Rey tersenyum manis kepada Fio. Gadis di depannya hanya membalas senyuman Rey sekedarnya karena dia tidak tahu kenapa Rey bersikap seperti sekarang kepadanya. Sikapnya manis dan juga menyenangkan, seperti teman yang sudah lama saling mengenal.

“Kamu tahu? Aku tidak suka dikejar,” Rey tersenyum hangat. “Aku senang mengenalmu,” Rey mengusap puncak kepala Fio.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Zaenal Arifin
alurnya bolak balik membosankan
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 103

    Bian menjalani hari-harinya dengan sepi. Bukan karena dia tidak memiliki teman tapi karena dia yang memilih menarik diri dari pergaulan. Entah sampai kapan, Bian tidak tahu. Dia butuh ruang dan waktu untuk menyendiri. Memikirkan masa depannya yang kini dipenuhi oleh bayangan utang kepada ayah Prisa.Tidak sedikit baginya tentu saja, mengingat biaya pengobatan adiknya yang juga tidak bisa dibilang murah. Bian sudah berusaha sampai dia menggadaikan harga diri dan cintanya. Sampai dia harus menjadi seperti seekor kerbau yang dicucuk hidungnya. Anak muda yang masih mengenyam pendidikan di bangku kuliah itu harus bersedia menghapus mimpinya untuk bisa hidup bersama seseorang yang ia cinta suatu hari nanti.Tapi sepertinya itu tidak lagi menjadi masalah besar baginya, karena Prisa dengan senang hati memberikan jalan untuknya. Sesuai kesepakatannya dan ayah Prisa, hubungan yang selalu didambakan oleh gadis itu hingga membuatnya menjadi orang yang egois akan berakhi ketika Prisa terbukti berk

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 102

    “Brengsek!” Pemuda itu melepaskan gagang pintu yang ia genggam.Dia bergerak mundur disertai dengan senyuman kecut yang kini menghiasi wajahnya. Wajah gadis itu terlihat pucat. Tangannya mencengkram erat selimut yang membelit tubuh telanjangnya. Sementara seorang pemuda lain terlihat buru-buru memakai celananya kembali.Bian terkekeh pelan sambil menggelengkan kepala tak percaya. Dia datang dengan membawa makanan dan obat demam untuk kekasihnya. Setelah tiba di kota Jogja, dia mendapatkan kabar bahwa Prisa sedang sakit. Dia datang dengan membawa apa yang ia pikir dibutuhkan oleh gadis itu tanpa mengabari terlebih dulu.Ia pikir, Prisa akan senang dengan kedatangannya yang pasti akan mengejutkan dan perhatian yang ia berikan kepada gadis itu. Tapi, justru Bian yang terlihat terkejut dengan kejadian yang membuatnya cukup muak.“Bian, tunggu!” teriak gadis itu dengan wajah panik luar biasa.Prisa bangun dari atas ranjang dan berlari mengejar Bian yang sama sekali tidak mengindahkan pangg

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 101

    Fio berdiri di depan teras rumahnya yang sekarang terasa asing baginya. Setelah acara pemakaman Nara selesai, dia tak langsung pulang. Gadis itu membantu Ningsih mengurus acara tiga harian terlebih dahulu. Sampai malam menjelang, Fio masih bertahan di sisi Ningsih yang akhirnya memperlihatkan ketidakberdayaannya sebagai seorang manusia biasa. Wanita paruh baya itu sesekali meneteskan air mata meski tidak diiringi dengan isak tangis. Tapi, Fio tahu bahwa di dalam hati Ningsih semuanya terasa begitu berat dan nyaris tak mampi ia topang.“Kenapa tidak masuk?”Fio menoleh. “Kamu masih di sini?” Fio terkejut dan segera menatap motor Bian yang ternyata masih ada di luar pagar rumahnya.Bian mengangguk. “Aku baru saja akan pergi tapi aku lupa mengatakan sesuatu padamu.”Fio mengerutkan kening dalam. “Apa?” tanyanya.Di bawah langit tanpa bintang, Bian menatap Fio dengan wajah sendunya. Dia menghela napas dalam dan menunduk sejenak. Pemuda itu terkekeh pelan.“Lucu sekali, ya? Sejauh apapun k

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 100

    Malam itu benar-benar menjadi malam terakhir Bian mengobrol dengan Fio. Gadis itu tidak mau lagi membuka akses untuknya meski hanya untuk menyapa. Hal itu terbukti saat Bian tanpa sengaja berjumpa dengan Fio di kantin kampus. Bian yang sudah menyiapkan diri untuk sekedar tersenyum dan menyapa Fio mengurungkan niat kala dia melihat Fio memilih menundukkan kepalanya supaya tidak perlu menatapnya. Bian bertahan dengan kebimbangan hati yang masih menyelimutinya. Dia terus menemani Prisa hari demi hari meski tidak ada satu hari yang ia lewati tanpa teringat semua kenanganya bersama Fio. Dia menguatkan hatinya. Dia terus membisikkan satu kalimat yang berhasil membuatnya menguatkan pundaknya lebih dari sebelumnya. Semua demi Ibu dan adikku. “Halo?” Suara pria itu terdengar seiring dengan langkah kakinya yang semakin pelan. Isak tangis dari seberang telepon berhasil membuat detak jantungnya dua kali lebih cepat dari biasanya. Dia membeku di tempat saat ibunya mengatakan hal yang paling ia

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 99

    “Tidak semudah itu, Fi!” sahut Bian dengan wajah tak terima. “Aku tidak mungkin membuat kamu ikut memikirkan masalahku sementara aku tahu kamu juga punya masalahmu sendiri,” lanjut pemuda itu. Fio hanya diam. Dia hanya mampu menghela napas berat. Semuanya sudah terjadi dan tidak akan pernah bisa diputar kembali. Tidak ada yang bisa Fio lakukan selain pasrah dengan fakta yang ia dapatkan. “Sudahlah! Sepertinya juga tidak ada gunanya kita berdebat,” ucap Bian. Fio mengangguk mengerti meski hatinya terasa sesak. “Bian?” panggil Fio. Bian menoleh. “Hm?” “Setelah malam ini, aku mungkin tidak akan pernah memberikan kamu kesempatan lain lagi. Jadi, Bi…” Fio tidak berani menatap mata mantan kekasihnya meski hanya lima detik saja. “Kembalilah kepada dia yang sudah kamu pilih. Aku akan menemukan bahagiaku sendiri jadi kamu juga harus bahagia.” Setelah mengatakan kalimat itu, Fio bergegas berdiri di depan pintu dan meminta Bian untuk pulang secara baik-baik. Baginya, dia tidak bisa lagi mem

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 98

    Setelah selesai makan, Bian dan Fio hanya saling diam. Fio merasa tidak ada hal penting yang harus ia katakan kepada Bian. Sementara Bian, pemuda itu ingin sekali mengatakan hal yang sebenarnya pada mantan kekasihnya. Di perjalanan menuju ke kos Fio, Bian memikirkan hal di luar nalarnya selama ini. Taruhannya sangat besar dan dia bisa saja menyesal di kemudian hari.Tapi, dia tidak akan pernah tahu jika mencoba sesuatu mungkin akan mendatangkan hal yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Bian meneguk ludah dengan pandangan yang ia alihkan kepada gadis cantik bernama lengkap Fiona Ruby Cantika itu.“Fi,” ucapnya serupa bisikan.Suaranya seperti malu-malu untuk keluar. Bian gugup dan juga bingung bagaimana harus memulai pembicaraannya. Dia hanya tersenyum saat Fio menoleh dan menatapnya dalam diam. Gadis itu menunggu kalimat yang hendak Bian lontarkan kepadanya.“Aku ingin bicara sesuatu kepadamu.” Bian memantapkan hatinya. “Tapi…” dia menggantung ucapannya. “Mungkin apa yang akan aku bic

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status