Share

Zahra Telah Putus Asa

Penulis: CacaCici
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-08 08:05:18

Zahra sekarang di pemakaman neneknya, memeluk boneka yang pernah neneknya jahitkan untuknya saat dia kecil dahulu. Zahra menjatuhkan tubuhnya, bersimpuh di kuburan neneknya. Air matanya berlinang dan jatuh dengan deras, terpukul–hancur sebab kehilangan sosok neneknya. Zahra meletakkan bunga kesukaan neneknya di atas kuburan, mengusap batu nisan sang nenek dengan bulir kristal yang berjatuhan.

"Terimakasih sudah merawat Zahra dengan baik, Nek. Terimakasih untuk semua cintanya. Dan maaf … maaf jika Zahra belum bisa menjadi cucu yang baik untukmu, Nek," ucap Zahra dengan nada bergetar hebat.

Dia kembali menangis, sesenggukan sembari memeluk erat batu nisan neneknya. Tiba-tiba saja sebuah tangan menyentuh pundaknya, Zahra pikir dia adalah Zein. Namun dia salah, dia Raka.

Hah, apa yang Zahra harapkan pada Zein? Mungkin sekarang pria itu sedang bahagia dengan kekasihnya, tengah berpesta sebab sebentar lagi akan punya anak dari perempuan yang dia cintai.

"Maaf terlambat datang, Zahra. Dan … turut berduka cita atas berpulangnya Nenek anda pada yang Kuasa."

Zahra mengukir senyum, memaksakan diri walau hatinya hancur. "Terimakasih telah datang, Paman," ucap Zahra lembut.

"Kamu wanita yang hebat dan kuat, aku yakin kamu bisa melewati semua ini, Zahra," ucap Raka, ikut berjongkok di sebelah Zahra. "Zahra, atas nama keluarga Melviano dan atas luka yang mereka torehkan padamu, aku sangat meminta maaf," lanjut Raka.

"U'um." Zahra berdehem dengan lirih, air matanya lagi-lagi jatuh, kembali sedih sebab mengingat kebersamaannya dengan sang nenek.

"Maaf, Zahra, aku pulang duluan. Kumohon jangan berlarut-larut dalam kesedihan." ucap Raka, setelah itu beranjak dari sana. Dia tak bisa menemani Zahra sebab ada urusan penting yang harus dia selesaikan.

Zahra hanya mengangguk, tak sanggup untuk mengeluarkan perkataan apapun sekarang. Kematian neneknya adalah luka mendalam baginya. Mungkin setelah ini Zahra akan lupa cara tertawa. Hari semakin sore, akhirnya Zahra memutuskan untuk beranjak dari sana. Dia sedih akan tetapi dia harus kuat. Zahra tidak boleh berlarut-larut.

Ketika Zahra membalik tubuhnya, terlihat sosok Zein yang berjalan mendekat ke arahnya dan makan neneknya. Zahra bergeming sesaat, semakin sedih entah kenapa setelah melihat Zein.

"Aku turut berduka cita atas meninggalnya Nenek," ucap Zein rendah dan pelan, menggunakan nada yang lunak untuk menjaga perasaan Zahra yang saat ini tengah kacau. "Maaf karena aku terlambat. Aku ada urusan penting yang tidak bisa ku hindari. Maaf …," lanjutnya.

Sejujurnya dia merasa bersalah karena tidak bisa menemani Zahra di masa sulit ini, oleh sebab itu dia meminta maaf.

"Akhir-akhir ini Pak Zein hanya sibuk dengan Belle. Bukan tidak bisa ke sini, tetapi karena anda lebih memilih bersama mantan kekasih anda," dingin Zahra, tidak ingin bersikap baik lagi sebab dia sangat sakit hati oleh Zein. 'Kamu memilihnya sebab dia sedang mengandung anakmu, bayi Belle adalah bayi yang kamu inginkan. Sedangkan aku? Bayi dalam perutku bukan apa-apa untukmu dan nenekku tidak penting bagimu.' lanjut Zahra dalam batin.

"Aku memang ada pekerjaan penting, Zahra. Jangan berpikiran aneh," ucap Zein tenang sembari meletakkan bunga yang dia bawa untuk nenek Zahra. Ia merelakan bunga tersebut di atas kuburan.

Zahra berdecis sinis secara pelan, memandangi suaminya sejenak sembari menangis tanpa suara. Hatinya sangat sakit dengan sikap Zein. Saat Belle membutuhkan, dengan sigap Zein datang. Tetapi saat Zahra yang sangat membutuhkan kehadiran sosok ini, Zein tak pernah ada. Setidak penting itukah dia di mata Zein? Apa dia dan kehadirannya tidak berharga sedikitpun bagi Zein?

Selama tiga tahun menjadi istri Zein, Zahra selalu berusaha menjadi istri yang baik dan penurut. Dia melakukan apapun untuk Zein. Namun, sepertinya itu tak bisa membuat Zein melupakan mantannya yang sekarang sedang hamil. Zahra kalah! Zahra bukan apa-apa dibandingkan masa lalu Zein.

Setelah beberapa menit termenung, Zahra meraih bunga yang Zein letakkan di atas makam neneknya. Kemudian dia melempar bunga tersebut secara kasar, Zein tidak menghargainya dan Zahra juga tak akan menghargai pria ini lagi.

"Apa yang kau lakukan?" Zein menggeram rendah, marah tetapi dominan bingung dengan sikap Zahra. Ini kali pertama dia melihat sikap Zahra yang begini.

"Pak, aku sudah memikirkannya. Ayo, bercerai!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Sartini Cilacap
Emang pantas ditinggalkan itu Zein
goodnovel comment avatar
Agus Roma
Orang yang hidup dari nasehat nenek akan bisa kuat tantangan hidup dikemudian hari
goodnovel comment avatar
Simah Sitepu
kamu harus kuat Zahra jangan biarkan hatimu hancur.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Tuan Miliarder Mengejar Cinta Istri   KLS (48) Tamat

    "Bagaimana, Wife? Kau suka?" tanya Marc, menoleh pada istrinya dengan senyuman lembut. Alis Marc menaikkan sebelah, terkekeh pelan melihat reaksi istrinya. Belum apa-apa tetapi Kiana sudah membeku di tempat. Cih, bahkan dia belum mengutarakan cintanya pada sang istri. Kiana mematung di tempat, punggungnya terasa panas tetapi tangannya dingin. Masih dibagian sini tetapi Kiana sudah sangat gugup. Ya Tuhan! Kiana tak percaya jika Marc biasa menyiapkan tempat se indah ini. "Ekhem." Suara deheman tersebut membuat Kiana menoleh pada Marc. Matanya membelalak lebar, tak percaya dan terkejut pada Marc yang sudah bertekuk lutut dihadapannya. Pria itu memegang kotak hitam mewah, di mana ketika dibuka isinya adalah … kosong. "Ko-kosong?" bingung Kiana, gugup dan berdebar tak karuan. Marc mendapat kotak dan ternyata benar, kotak tersebut kosong. Dia berdecak pelan kemudian berdiri. Wajah Marc terlihat kesal, dingin secara bersamaan. "Ti-tidak apa-apa, Kak Marc. Tanpa cincin jug

  • Tuan Miliarder Mengejar Cinta Istri   KLS (47)

    "MARC!" jerit Disha antara syok dan horor. Akan tetapi yang dia panggil malah terlihat santai. Disha geleng-geleng kepala, sudah menangis karena melihat kejahatan putranya. Disha sangat lega suaminya tak ada di sini akan tetapi dia lupa juga titisan suaminya ada di sini. Marc dan Damon, sama saja! "Penjaga!" Daniel memangil penjaga, kemudian menyuruh mereka untuk membereskan kekacauan yang Marc lakukan, "bawa mayat perempuan ini, buang ketengah hutan. Jangan sampai ada jejak yang tertinggal." "Baik, Tuan." Para penjaga melaksanakan perintah, langsung membawa mayat Sofia dari sana. "Masalah sudah selesai. Dan … Marc, lain kali jangan seperti tadi. Kasihan orang-orang rumah yang tak terbiasa dengan suara tembakan, Nak. Apalagi istrimu," tegur Daniel kemudian pada cucunya. Dia geleng-geleng kepala karena Marc dan Damon sangat persis. Untung daddy dari cucunya tak ada di sini. Karena jika Damon di sini, tentu Damon akan membenarkan tindakan Marc dan bahkan bisa memarahi siapapun

  • Tuan Miliarder Mengejar Cinta Istri   KLS (46)

    "Bisa saja kamu membuat surat palsu," elak Sofia. "Masalah di rumah Kakek Nenekku, bukannya kamu yang lebih dulu menuduhku yang bukan-bukan?! Kamu menuduhku gembel dan berniat mengacaukan pesta, kamu mengusirku dari rumah Nenek dan Kakekku sendiri. Dan wajar bukan jika aku menyuruh maid di rumah Kakek Nenekku mengawasimu karena … seorang tamu tidak dikenal bisa-bisanya ada di ruang keluarga kami. Padahal ruangan itu area terlarang untuk para tamu. Pertanyaannya, kenapa kamu bisa di sana? Pasti berniat macam-macam bukan?" "Aku bukan pencuri!" marah Sofia, berteriak kesal karena tak tahan dengan tuduhan Kiana. Yang membuatnya semakin kesal adalah semua orang diam dan mendengarkan perkataan Kiana. "Kenapa marah? Aku saja tidak marah saat kamu mengusirku dari rumahku sendiri." Sofia memucat, menggelengkan kepala pada Audi. Dia berharap Audi tak percaya pada perkataan Kiana. "A-aku tidak mengusirnya, Nenek. A-aku bertujuan baik. Saat itu-- dia mengenakan pakaian santai. Sedangkan a

  • Tuan Miliarder Mengejar Cinta Istri   KLS (45) Berkumpul untuk Menyelesaikan Masalah

    "Kenapa kalian memenjarakan Sofia, Marc?" tanya Audi, menatap Marc dengan ekspresi tak enak kemudian menatap satu persatu anggota keluarga yang lain– yang telah ia suruh berkumpul di kediaman Lucas. Sofia juga ada di sana, sudah ia bebaskan dari penjara. Sofia menghubunginya, mengatakan jika Marc telah memenjarakannya karena kesalah pahaman. "Aku tidak memenjarakannya, Nek," jawab Marc, "dan aku juga tak mungkin memenjarakannya," lanjut Marc, seketika membuat Sofia tersenyum manis–merasa jika Marc memiliki perasaan padanya oleh sebab itu Marc tak ingin menjebloskannya dalam penjara. Audi juga terlihat senang mendengarkan penuturan Marc, ternyata Marc tak ingin menjebloskan Sofia dalam penjara. "Hukuman di penjara terlalu ringan untuk wanita itu. Kejahatan yang dia perbuat sudah sangat banyak," lanjut Marc, seketika membuat senyuman Audi hilang. Begitu juga dengan Sofia yang langsung memucat. "Penjara terlalu enak baginya," tambahnya yang semakin membuat Sofia ketakutan. "Marc

  • Tuan Miliarder Mengejar Cinta Istri   KLS (44) Tantangan Ungkapan Cinta

    Kiana menatap gambarnya yang salah coret, menganga sedikit lalu menoleh pada suaminya. Pria satu ini! Sangat-sangat tak aman untuk kesehatan jantung Kiana. Hell! Dari tadi, Marc sudah bagus hanya diam dan tak bersuara. Tetapi kenapa dia tiba-tiba mengeluarkan suara? See?! Sekalinya Marc berbicara, gambar Kiana rusak. Bencana! "Jawab." Marc bangkit dari kursi lalu menghampiri Kiana, dia berdiri di belakang istrinya–menatap sejenak pada gambar desain Kiana yang tergores pencil, cukup dalam dan parah. Melihat itu, Marc menarik salah satu sudut bibir ke atas–membentuk sebuah smirk tipis, geli melihat gambar istrinya. Jadi perempuan ini tadi kaget dan salah coret? Cih, menggemaskan. "Kau mencintaiku, Wife?" tanya Marc, membungkuk ke arah Kiana. Satu tangannya memegang sandaran kursi Kiana, satu lagi bertopang pada sisi meja istrinya. Kiana yang sedang menghapus bagian yang salah pada desain, menjadi kikuk lalu berakhir salah hapus. Marc berdecis geli, menarik penghapus dari tangan i

  • Tuan Miliarder Mengejar Cinta Istri   KLS (43) Pindah Mendadak

    Ceklek' Marc menoleh ke arah pintu, mendapati istrinya di sana. Kiana terlihat kaget, mungkin tak mengira jika Marc telah datang. Kiana masuk dalam kamar, menutupi pintu sembari berjalan menghampiri suaminya. Dia tersenyum manis, senang karena Marc akhirnya kembali. Ada banyak hal yang ingin Kiana ceritakan pada Marc, salah satunya niatan Gebara untuk melamar Kinara–kakaknya. Karena jika Gebara ingin melamar Kinara, pasti mereka akan ke negara Kiana. Itu yang membuat Kiana sangat senang, dia bisa pulang lalu bertemu dengan keluarganya. Tak bisa dipungkiri, Kiana sangat rindu pada keluarganya. "Kak Marc kapan pulang?" tanya Kiana, masih tersenyum manis pada Marc. Pria itu menaikkan sebelah alis, menampilkan raut muka dingin dan tatapan yang cukup mengintimidasi. "Baru saja." Kiana cengar cengir, mendudukkan diri di pinggir ranjang. "Kau sepertinya terlihat sangat senang." Kiana menganggukkan kepala. "Kak Gebara sudah memantapkan niatannya untuk melamar Kak Kinara. Minggu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status