Share

Bab 5

     Wanita itu membungkuk pelan kepada Sean dan berkata, "Tuan Muda, silahkan, ikuti aku."

     Sean mengangguk dan tatapannya menyapu pelan dari wajah Jennie dan Fikri, lalu ia pergi bersama dengan sekretaris cantik itu. Menyisakan Natalie bertiga terdiam, terkejut dan curiga di tempat.

     —

     "Tapi, Paman, sungguh aku tidak ingin menjadi pewaris Keluarga Diningrat! Mereka telah menbunuh Ibuku!"

     "Tuan Muda, tolong kerja samanya, ya?"

     Sean dan Roby berbincang sesaat, fdia masih saja tidak ingin meneruskan warisan, sungguh tidak ingin untuk mengalah dengan Ayahnya.

     Tapi kalau dia tidak menandatangani surat perjanjian itu, Roby tidak akan pernah meminjamkan uang untuknya, atau mungkin dia akan membiarkan Arga menghubunginya.

     Sean menghela nafas tak berdaya dan hanya bisa mengambil pena lalu menandatangani surat itu. Lalu dia menyuruh Roby untuk mencari orang yang memiliki sumsum yang sama dengan Andin. Dia juga menyuruh Roby untuk memberikan tiga ratus juta kepadanya, lalu pergi meninggalkan Perusahaan Martaguna.

     Untuk bagaimana Roby memberitahu Arga masalah ini, dia sudah tidak ingin mengetahuinya. Yang penting dia tidak harus menghubungi Arga terlebih dahulu. Dia tahu kalau Arga tidak akan menghubunginya terlebih dahulu.

     Kalaupun dia terima untuk menerima warisan, dia juga tidak memutuskan untuk begitu cepat memaafkan Arga.

     —

     Tiba di rumah sakit, Sean berjalan ke ruang pasien membawa sebuah koper, dia melihat Khair kembali lagi. Tidak hanya itu, dia juga duduk bersama dengan Mega di tepi ranjang, sambil berbincang dengan anaknya yang baru sadar. Jarak Khair sangat dekat dengan Mega, bahkan mereka berdua berbincang ria.

     Sean menyipitkan matanya dan melangkah besar ke dalam ruang pasien. Sean baru saja ingin bilang bahwa dia mendapatkan uangnya. Lain kali dia tidak akan membiarkan Mega hidup kesulitan lagi.

Hanya saja tanpa menunggu dia membuka mulut, Mega melihat ke arahnya dengan cuek, “Sean, kemana saja kamu? Tadi pihak rumah sakit datang meminta bayaran lagi. Kalau bukan karena Pak Khair membantu membayar terlebih dahulu, mungkin Andin sekarang telah diusir,” melihat kedatangan Sean, Mega sangatlah kesal.

     Mega melihat tatapan Sean yang penuh kecewa. Sudah di saat seperti ini, Sean masih saja kabur demi harga dirinya, bahkan anaknya pun ditinggalkan. Dia sungguh menyesal harus menikahi lelaki seperti itu.

     “Ibu, jangan memarahi Ayah lagi. Aku yang meminta kue kepada Ayah, lalu Ayah pergi membeli kue itu untukku. Ayah juga sangat lelah,” ucap Andin setelah melihat kedua orang tuanya bertengkar lagi.

     Sean awalnya sangat kesal, tapi tatapannya yang penuh kekesalan seketika menghilang setelah mendengar ucapan anaknya.

     Sean langsung berjongkok dan mengelus kepala Andin, dia tersenyum tipis dan berkata, “Anak pintar, Ayah tidak lelah. Beberapa hari lagi, Ayah akan menemukan orang yang memiliki sumsum persis denganmu. Saat itu, gadis kecil nan cantik kita yang lucu akan pulih dan boleh keluar dari rumah sakit.”

     “Apakah yang Ayah katakan itu benar?” tanya Andin dengan senang.

     “Iya, Ayah tidak akan pernah membohongimu,” Sean mengangguk kepala dengan pasti.

     “Bagus sekali, akhirnya Andin boleh keluar dari rumah sakit. Ibu lihat, aku bilang, Ayah memanglah orang yang sangat hebat. Benar, kan?” Andin tertawa senang dan memandang ke arah Mega.

     Wajah Mega seketika menunjukkan senyumannya, setelah merasakan tatapan anaknya. Tetapi dia menatap Sean dengan tidak senang.

     Kondisi anaknya semakin parah, jadi membutuhkan biaya yang cukup banyak. Dengan kemampuan Sean, bagaimana mungkin bisa membuat anaknya keluar dari rumah sakit dalam waktu yang singkat. Baginya, Sean hanya membuat janji palsu.

     Beberapa waktu kemudian, kalau dia tidak bisa menepati janjinya, lihatlah bagaimana dia menjelaskan kepada anaknya.

     “Mega, jangan pedulikan lagi. Mungkin Sean tidak berhasil mendapatkan uang, jadi tidak ingin membuat Andin kecewa.”

     “Sean, meskipun kamu tidak mendapatkan uang, tapi aku sudah membantu kalian membayar biaya pengobatan Andin. Lagipula, Andin juga telah memanggilku Paman,” Khair tersenyum dingin ke arah Sean dan menatapnya remeh.

     Sean pelan-pelan berdiri setelah mendengar ini, dia menatap dingin kepada Khair.

     Mega mengerutkan dahinya saat melihat Sean menatap Khair dingin, dia berkata, “Apa yang kamu lakukan, Sean? Kalau bukan Pak Khair membantu kita untuk membayar tiga ratus juta, mungkin aku dan Andin sudah diusir dari rumah sakit. Segera minta maaf kepada Pak Khair!”

     “Untuk apa aku harus minta maaf kepadanya? Aku juga punya uang tiga ratus juta!” ucap Sean.

     “Kamu? Memiliki uang tiga ratus juta?” Khair tertawa.

     Tatapannya makin penuh dengan maksud yang menyindir. Sean hanyalah seorang satpam rendahan, dia tidak percaya akan ada orang yang meminjamkan begitu banyak uang kepadanya. Mega lebih kesal lagi, bahkan tatapannya semakin penuh kebencian ke arah Sean.

     Sean tertawa dingin untuk menghadapi sindiran Khair. Tanpa berkata banyak, Sean langsung membuka koper di tangannya. Seketika bertumpuk-tumpuk uang lembaran merah ditampilkan di hadapan Khair.

     “Tiga ratus juta, ambil uang ini dan pergi dari sini,” suara Sean sangat tenang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status