Kalau bukan karena anaknya memiliki anak, dia ingin sekali anaknya cerai dengan pengecut ini.
Sean lihat dirinya tidak bisa menghindari Natalie, kemudian dia berkata, "Aku datang kesini untuk meminjam uang."
"Sean… Sean, kamu juga tidak lihat dulu tempat apakah ini. Karpet merah di depan pintu itu lebih mahal dari nyawamu. Bagaimana kamu bisa meminjam uang dari sana? Benar-benar tidak tahu diri!" Natalie mendengus.
Natalie adalah Wakil manajer dari Perusahaan Arizona. Beberapa hari ini, dia sedang membahas kerjasama dengan pihak Perusahaan Rhys. Setelah dia pergi meninggalkan rumah sakit, dia langsung datang kesini.
Hanya saja dia tidak bisa masuk ke Perusahaan Martaguna, sehingga ini membuat dia sangat kesal. Suasana hatinya tentu akan sangat tidak baik. Kebetulan dia melihat Sean dan melampiaskan kekesalannya.
"Dasar sampah! Kakakku harus bekerja dan merawat Andin. Kamu sekarang datang kesini untuk bermain dengan alasan meminjam uang. Apakah kamu adalah seorang lelaki?" Adik iparnya alias Jennie melihat Sean dengan kesal.
Sean baru menyadari bahwa Jennie berada di belakang Natalie. Sedangkan di belakang Natalie ada seseorang pemuda. Pemuda ini bernama Fikri, merupakan teman sekampus Jennie.
"Jennie, apakah dia Kakak Ipar yang tak berguna itu? Mata Kakakmu kurang baik. Orang ini sama sekali tidak berbeda dengan petani," Fikri menilai Sean dan tatapannya dengan remeh.
Dia beruntung pernah berbincang dengan Direktur Perusahaan Martaguna di sebuah acara. Lalu dia mendengar lagi bahwa Natalie sedang membahas kerja sama yang besar.
Oleh karena itu, dia menunjuk dirinya untuk membawa Natalie datang bertemu dengan Direktur Perusahaan Martaguna, dia berharap bisa membantu Natalie Margaretha mendapatkan kerja sama ini. Hanya saja, Direktur itu tidak memberi muka untuknya, sehingga membuat dia malu.
Sekarang dia melihat Jennie dan Ibunya sedang meremehkan Sean, dia juga bersiap untuk menambah beberapa kata, untuk melampiaskan amarahnya.
"Iya, entah apa yang Kakakku lihat, mau menikah dengan orang yang tak berguna seperti dia. Hal yang terpenting adalah orang ini sama sekali tidak bertanggung jawab," sindir Jennie.
"Lelaki boleh tidak memiliki uang untuk sementara, tapi setidaknya harus memiliki rasa tanggung jawab," ucap Fikri sambil tersenyum.
Sean melihat ketiga orang ini dan tak berbicara apapun, lalu berbalik badan ke dalam Perusahaan Martaguna.
"Untuk apa kamu kesini? Cepat kembalilah rawat Andin!" Melihat Sean berjalan ke dalam, Natalie mengerutkan dahinya dan mengomelinya.
"Aku pergi mencari Roby untuk membahas sesuatu." ucap Sean.
"Apa? Kamu ingin mencari Roby orang kaya itu? Apakah kamu mau diusir seperti anjing?" Seketika Natalie kesal dan menjulur tangan untuk menahan Sean.
Sean hanyalah seorang satpam yang rendah. Kalau dia diusir, maka akan membuat ibu mertuanya sangat malu.
"Lepaskan, Ibu. Aku sungguh ada masalah mencari Roby!" ucap Sean mengerutkan dahi setelah tangannya ditarik Natalie.
"Apakah kamu ingin menjadi lelucon di dalam sana? Roby merupakan orang terkaya yang pertama di Kota Bandung. Kamu hanyalah seorang satpam yang rendah, apakah berhak untuk bertemu dengannya?" ucap Jennie sindir.
"Kamu tidak boleh berkata seperti itu. Mungkin karena Kakak Iparmu merasa memiliki marga yang sama dan merupakan satu keluarga dalam lima ratus tahun yang lalu! Hahaha…" ucap Fikri penuh sindiran.
Sean agak kesal, "Apakah mereka hari ini sudah gila secara bersamaan?"
Tapi dia juga tidak boleh marah kepada Natalie Margaretha. Dia hanya bisa mengeluarkan telepon untuk menghubungi Roby, untuk turun menemuinya.
Di saat ini, ada seorang wanita dengan tubuh yang sempurna dan memakai setelan formal datang. Melihat wanita cantik datang, Natalie melepaskan tangannya dari Sean. Wajahnya menunjukkan kecurigaan.
"Dia adalah sekretaris pribadi Pak Roby," ucap Jennie.
"Mungkin mereka merubah sikap mereka dan datang memanggil kita kembali. Tante Natalie, selamat Anda akan mendapatkan kerja sama ini," ucap Fikri penuh hormat.
"Apakah sungguh mencari kita kembali untuk membahas?" Natalie sedikit tidak percaya, tapi wajahnya menunjukkan sedikit kesenangan.
"Tentu! Disini hanya ada kita, lagipula kita juga telah berbicara dengan mereka. Mereka tentu datang mencari kita," ucap Fikri dan mengangguk pasti.
"Dulu tidak bisa membahas dengan CEO Ardy, sedangkan sekretaris pribadi Pak Roby datang mencari kita. Pasti Pak Roby yang menyuruhnya. Ibu, sepertinya kerjasama ini akan sukses!" ucap Jennie semangat.
Kalau kerja sama ini jadi, maka Ibunya akan membagi komisi uang yang banyak untuknya. Natalie juga merasa benar setelah dipikir ulang. Sekretaris pribadi Pak Roby tentu datang mencari mereka, tidak mungkin mencari Sean.
Natalie senyum menyambut kedatangan wanita itu dengan pikiran itu, "Selamat siang, kamu datang..."
Natalie belum selesai berkata dan senyumannya masih terpasang kaku di wajahnya. Dia hanya bisa menemukan sekretaris cantik itu tidak mempedulikannya dan langsung melewatinya untuk berjalan ke hadapan Sean.
Wanita itu membungkuk pelan kepada Sean dan berkata, "Tuan Muda, silahkan, ikuti aku." Sean mengangguk dan tatapannya menyapu pelan dari wajah Jennie dan Fikri, lalu ia pergi bersama dengan sekretaris cantik itu. Menyisakan Natalie bertiga terdiam, terkejut dan curiga di tempat. — "Tapi, Paman, sungguh aku tidak ingin menjadi pewaris Keluarga Diningrat! Mereka telah menbunuh Ibuku!" "Tuan Muda, tolong kerja samanya, ya?" Sean dan Roby berbincang sesaat, fdia masih saja tidak ingin meneruskan warisan, sungguh tidak ingin untuk mengalah dengan Ayahnya. Tapi kalau dia tidak menandatangani surat perjanjian itu, Roby tidak akan pernah meminjamkan uang untuknya, atau mungkin dia akan membiarkan Arga menghubunginya. Sean menghela nafas tak berdaya dan hanya bisa mengambil pena lalu menandatangani surat itu. Lalu dia menyuruh Roby untuk mencari orang yang memiliki sumsum yang sama dengan Andin. Dia juga menyuruh Roby untuk memberikan tiga ratus juta kep
Dia sangat mengetahui apa yang dipikirkan oleh Khair, tentunya sekarang dia tidak menunjukkan raut wajah yang baik untuknya. Khair tercengang, setelah melihat sejumlah uang yang memenuhi koper itu, dia tidak dapat berkata-kata. Khair sama sekali tidak menyangka bahwa Sean yang bekerja sebagai seorang satpam, bisa memiliki uang tiga ratus juta dalam begitu cepat. Siapakah orang yang begitu baik, rela meminjamkan tiga ratus juta kepada seorang satpam yang gajinya hanya satu juta lebih perbulan? Mega juga terkejut, gaji Sean per bulan dia mengetahuinya. Da tidak dapat membayangkan darimana Sean mendapatkan uang tiga ratus juta ini. “Kamu pinjam uang dari mana? Apakah kamu pergi meminjam kepada rentenir?” Setelah Mega terkejut, dia dengan kesal menatap Sean. Sekarang kondisi mereka sudah sangat sulit, jika Sean meminjam kepada para rentenir, maka keluarga mereka akan hancur di tangan Sean. Sean tidak peduli terhadap omongan Mega, dia hanya memandang dingin ke
"Khair? Sean teringat kata-kata Khair yang mengancam kemarin, lalu mengangkat sudut bibirnya. Tapi dia awalnya memang ingin mengundurkan diri, jadi memecat itu sama saja baginya. Sean datang ke kantor ketua petugas keamanan alias Bima. Dia belum saja bilang ingin mengundur diri, lalu terdengar Bima berkata, “Sean, kamu terlalu sering meminta ijin kerja, sangat mengganggu rencana pekerjaan divisi kita. Aku telah meminta persetujuan Pak Chandra. Maksud Pak Chandra ingin memecatmu.” “Oh, baiklah kalau begitu berikan gajiku beberapa hari ini,” ucap Sean tenang. “Kamu itu dipecat, bagaimana mungkin dapat gaji, bahkan uang jaminan tidak bisa dikembalikan,” ucap Bima dengan senyum tipis. Bima pikir, Sean akan berdebat lama dengannya, tapi siapa sangka dia langsung menerimanya, "Dasar bocah, kenapa harus mencari masalah dengan Pak Khair? Dia adalah salah satu tokoh yang memiliki hak pasti di dalam perusahaan ini. Saat ingin memecatmu saja, tidak perlu menjalani p
“Paman Roby, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat Perusahaan Arthaguna bangkrut?” tanya Sean. “Jika mau, dalam waktu setengah hari pun bisa, Tuan Muda.” ucap Roby tertawa. “Baik. Kalau begitu, aku ingin melihat mereka bangkrut secepatnya.” ucap Sean, lalu memutuskan panggilannya. Dia tersenyum ke arah Chandra dan berkata, “Di dunia ini, tidak ada satu orangpun yang berani mengambil uangku. Walaupun cuma sedikit, aku akan membuat mereka sengsara." Lalu dia bangun dan berjalan menuju keluar. Chandra memasang raut wajah tersenyum dingin. Menghadapi ancaman Sean yang membosankan, dia tidak akan pernah menganggapnya. Kalau Sean memiliki kemampuan untuk membuatnya bangkrut, untuk apa dia datang ke perusahaannya menjadi satpam? Sean menahan amarahnya dan meninggalkan kantor Chandra, langsung menuju rumah sakit. Hari ini Mega akan membahas kerjasama, jadi membutuhkan dia untuk menemani anaknya. Sean baru saja tiba di resepsionis lantai satu,
“Apa?” Khair tercengang, dia tidak mengetahui apa yang terjadi. Chandra yang raut wajahnya penuh kekesalan, sepasang kakinya juga bergetar. Bima dan beberapa orang satpam yang lain juga tercengang. Bukankah Pak Chandra akan memecat Sean? Apa sekarang maksudnya? Sean memandang Chandra yang marah besar kepada Khair, lalu menyeringai. Semua terjadi begitu tiba-tiba, sehingga membuat Khair mereka tidak sadar. “Untuk apa terdiam? Segera minta maaf kepada Sean!” Hati Chandra sangatlah panik. Dia juga tidak menyangka bahwa orang di belakang Sean adalah Roby, orang terkaya di Kota Bandung. Setelah Sean keluar dari kantornya, dia langsung menerima telepon dari Roby. Roby langsung menjelaskan bahwa dia telah mencari masalah dengan Tuan Mudanya. Demi menenangkan amarah Tuan Mudanya, harus membuat perusahaannya bangkrut sebelum pukul empat sore. Tujuan Roby menghubunginya adalah agar dia mengetahui jelas apa saja yang telah dia lakukan. Ucapan ini memang te
“Apakah Pak Chandra memiliki hubungan dengan istrinya Sean, sehingga begitu melindunginya. Harus diketahui bahwa Mega merupakan orang tercantik di perusahaan kita. Banyak orang yang tertarik kepadanya.” Tatapan mata Bima tiba-tiba bersinar. Khair tercengang. Benar juga, mengapa aku tidak memikirkan itu? Dia baru saja berusia dua puluh sembilan tahun, bahkan begitu tergila-gila kepada Mega, maka Pak Chandra juga pasti tergila-gila kepadanya. Berpikir ini, hati Khair mencelos. Ternyata dia dan Pak Chandra saling merebut wanita yang sama, bukankah dia mencari mati? “Seharusnya benar. Tapi tenang saja, kalau hubungan mereka seperti ini, tunggu Pak Chandra mulai bosan dengan Mega, maka jalan Sean juga akan berakhir. Kita juga tidak telat menghukumnya di saat itu.” ucap Khair. “Manusia itu juga jahat sekali. Demi mendekati Pak Chandra, dia rela memberikan istrinya. Sungguh brengsek.” sindir Bima. Khair tertawa dingin. Dia berbalik badan dan melihat jendela, akh
Sean menyuruh suster profesional untuk merawat Andin dengan baik, lalu bersiap pergi untuk makan. Sudah pukul dua siang, dia masih belum makan apapun. Dia baru saja keluar dari rumah sakit, langsung bertemu dengan Ibu mertuanya dan adik iparnya. Melihat kedua orang itu berjalan ke arahnya, Sean tersenyum pahit, juga merasa tidak baik kalau berpura-pura tidak melihat mereka. Dia baru saja ingin menyapa, lalu mendengar adik iparnya Jennie berkata dengan nada curiga. “Sean , beritahu kita, apakah kamu sungguh mengenal pejabat tinggi di Perusahaan Martaguna?” Kemarin berpikir begitu lama, Natalie dan Jennie masih saja sangat curiga kepada Sean yang selalu direndahkan mereka. Mungkin saja Sean mengenal pejabat tertinggi Perusahaan Martaguna, kalau tidak sekretaris pribadi Roby tidak begitu baik kepada Sean. Kalau Sean sungguh mengenal pejabat tinggi Perusahaan Martaguna, maka biarkan Sean berbicara baik dengannya, mungkin saja ada kesempatan kerjasama Natalie berja
“Paman Roby, apakah Perusahaan Arizon sedang membahas kerja sama dengan kalian? Penanggung jawab mereka adalah Wakil Direktur Natalie.” tanya Sean . “Beberapa hari ini cuaca sangat panas. Kantor bersiap untuk membeli obat untuk menghindari pitam panas. Untuk membeli dari Perusahaan mana, aku kurang tahu.” ujar Roby. ”Iya, beli saja dari Natalie Perusahaan Arizon.” ujar Sean . “Baik. Oh iya, Tuan Muda, Tuan Besar ingin bertemu denganmu. Kalau kamu ada waktu, maka Tuan Besar akan segera terbang kesini.” ujar Roby. Sean tercengang dan berkata, “Aku sekarang masih belum ingin bertemu dengannya.” Roby menghela nafas dan berkata, “Masalah tahun itu tidak boleh sepenuhnya disalahkan kepada Tuan Besar. Apalagi beberapa tahun ini Tuan Besar juga merasa bersalah. Apakah kamu tahu mengapa Tuan Besar tidak menikah lagi dua belas tahun ini? Karena Tuan Besar merasa bersalah kepadamu dan Nyonya.” “Setelah mengetahui kamu datang ke Kota Bandung, Tuan segera menyuru