Dia sangat mengetahui apa yang dipikirkan oleh Khair, tentunya sekarang dia tidak menunjukkan raut wajah yang baik untuknya. Khair tercengang, setelah melihat sejumlah uang yang memenuhi koper itu, dia tidak dapat berkata-kata.
Khair sama sekali tidak menyangka bahwa Sean yang bekerja sebagai seorang satpam, bisa memiliki uang tiga ratus juta dalam begitu cepat. Siapakah orang yang begitu baik, rela meminjamkan tiga ratus juta kepada seorang satpam yang gajinya hanya satu juta lebih perbulan?
Mega juga terkejut, gaji Sean per bulan dia mengetahuinya. Da tidak dapat membayangkan darimana Sean mendapatkan uang tiga ratus juta ini.
“Kamu pinjam uang dari mana? Apakah kamu pergi meminjam kepada rentenir?” Setelah Mega terkejut, dia dengan kesal menatap Sean.
Sekarang kondisi mereka sudah sangat sulit, jika Sean meminjam kepada para rentenir, maka keluarga mereka akan hancur di tangan Sean.
Sean tidak peduli terhadap omongan Mega, dia hanya memandang dingin kepada Khair, “Ambil uangnya dan segera pergi!”
Khair merasa kesal mendengar ucapan Sean yang terus mengusirnya. Tapi setelah mendengar ucapan Mega, matanya kembali bersinar. Ini merupakan kesempatan terbaik untuk menghasut Mega bercerai dengan Sean.
“Sean Diningrat, lelaki sampah yang tidak memiliki uang dengan gaji yang kecil, meminjam kepada rentenir? Apakah kamu tidak tahu kelakuanmu ini bisa menghancurkan keluargamu dan Mega?” Khair menyeringai memandang Sean.
“Berisik!” Sean mendengus dan langsung menarik kerah pakaian Khair dan membawanya keluar.
“Brengsek! Lepaskan!” Khair terkejut, dia tidak menyangka tangannya Sean begitu kuat.
Mega juga terkejut atas kelakuan Sean, tapi saat dia tersadar kembali, Sean sudah menarik Khair keluar dari ruangan.
“Kalau kamu masih berani datang mendekati istriku lagi, aku akan membuatmu menginap juga di rumah sakit!” ucap Sean sambil menjatuhkan Khair. Di saat yang sama, dia juga melempar koper penuh uang kepadanya.
“Kamu sudah gila, Sean. Segera minta maaf kepada Pak Khair!” Mega mengejar dan melototi Sean.
Khair bangun dari lantai dan menatap kesal kepada Sean, “Sean, hebat sekali kamu. Mari kita bertemu di kantor besok!”
Khair mengambil koper itu dan berbalik lalu pergi. Sean hanyalah seorang satpam, setelah kembali ke kantor, dia memiliki berbagai banyak cara untuk mempermainkan Sean.
“Pak Khair...” Mega ingin mengejar untuk bantu Sean meminta maaf, tapi akhirnya dia memilih tidak pergi.
Mega berbalik badan melihat Sean dan berkata, “Sean, mengapa kamu begitu kasar? Pak Khair telah membantu kita, kamu masih tidak berterima kasih dan begitu kasar terhadapnya, apakah kelakuanmu benar?”
Sean juga berbalik badan melihat Mega, tatapannya penuh dengan kekesalan, “Aku bilang tidak perlu bantuannya dan kamu terus meminjam uang kepadanya. Apakah kamu tidak tahu kalau dia tertarik kepadamu?”
Mega tercengang, lalu dengan marah berkata, “Apa maksudmu, Sean? Kamu kira aku ingin memberinya kesempatan? Andin mungkin saja diusir kalau kita tidak segera membayar biaya rumah sakit. Kalau kamu bisa lebih cepat meminjam uang, untuk apa aku meminjam kepadanya? Apakah kamu tidak tahu bahwa aku juga lelah?”
Mega sangatlah marah. Kalau bukan karena kondisi anaknya, kalau bukan karena Sean begitu tak berguna, apakah dia harus meminjam uang kepada lelaki yang begitu dia benci dan sambil menemaninya berbincang?
Sean melirik Mega sekilas, lalu berkata, “Kamu pergi dulu temani Andin. Aku ada urusan dan harus keluar dulu.”
“Apa yang ingin kamu lakukan? Apakah benar uang itu kamu pinjam dari rentenir?” tanya Mega curiga.
“Tidak, aku pinjam kepada temanku,” ucap Sean lalu berbalik badan, dia tidak ingin berbicara banyak.
Beberapa hari ini, mereka berdua sering bertengkar, jadi dia juga sudah malas. Dia ingin menenangkan dirinya sendirian. Awalnya, dia ingin memberitahu kenyataannya kepada Mega, tapi seketika dia memikirkannya kembali setelah melihat sikap Mega hari ini.
—
Keesokan harinya, Sean memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya, lalu merawat anaknya di rumah sakit. Dia percaya adanya bantuan Roby, pasti akan cepat menemukan orang yang memiliki sumsum sama dengan Andin.
Perusahaan Arthaguna merupakan perusahaan pegadaian terbesar di kota Bandung. Setelah Sean gagal untuk melakukan sebuah usaha, awalnya datang kesini melamar sebagai karyawan divis pemasaran. Hanya saja Khair bilang dia kurang baik dalam berbicara, jadi direkomendasi sebagai satpam.
Akhirnya dia tahu ternyata Khair tertarik kepada Mega, jadi tidak ingin meninggalkan dia di divisi pemasaran. Bangunan Grup Arthaguna ada sepuluh lantai, terdapat dua satpam setiap lantai. Tugas mereka ada pengawasan di setiap lantai, piket di gerbang pintu, mengarahkan kendaraan untuk parkir dan beberapa hal lainnya.
“Kak Sean, bagaimana dengan kondisi anakmu?” Sean baru saja tiba di kantor, lalu ada seorang satpam yang menyapanya.
Dia biasa dipanggil Amar, dia gagal dalam pelatihan militer dan juga tidak menemukan pekerjaan yang cocok untuknya. Sehingga datang menjadi seorang satpam disini.
Awalnya Amar adalah pemuda yang sangat gegabah, apalagi setelah pelatihan militer, sehingga sifatnya agak galak. Saat Sean baru saja datang bekerja, dia pernah berdebat dengannya, sehingga ingin menghajarnya.
Meskipun Sean tidak pernah mengikuti latihan militer, tapi ia sudah sering melatih bertinju, melatih diri untuk tenang. Kalau bertengkar, tidak ada satupun yang bisa mengalahkannya. Beberapa kali pukulan, akhirnya Amar dikalahkan oleh Sean.
Sejak hari itu, Amar sangat kagum kepada Sean, bahkan sering menyapa Sean.
“Dia akan pulih setelah menemukan orang yang memiliki sumsum yang sama,” ucap Sean.
Amar berdehem dan dengan ragu berkata, “Kak Sean, hari ini aku melihat Khair mencari Pak Bima, sepertinya datang untuk memecatmu.”
"Khair? Sean teringat kata-kata Khair yang mengancam kemarin, lalu mengangkat sudut bibirnya. Tapi dia awalnya memang ingin mengundurkan diri, jadi memecat itu sama saja baginya. Sean datang ke kantor ketua petugas keamanan alias Bima. Dia belum saja bilang ingin mengundur diri, lalu terdengar Bima berkata, “Sean, kamu terlalu sering meminta ijin kerja, sangat mengganggu rencana pekerjaan divisi kita. Aku telah meminta persetujuan Pak Chandra. Maksud Pak Chandra ingin memecatmu.” “Oh, baiklah kalau begitu berikan gajiku beberapa hari ini,” ucap Sean tenang. “Kamu itu dipecat, bagaimana mungkin dapat gaji, bahkan uang jaminan tidak bisa dikembalikan,” ucap Bima dengan senyum tipis. Bima pikir, Sean akan berdebat lama dengannya, tapi siapa sangka dia langsung menerimanya, "Dasar bocah, kenapa harus mencari masalah dengan Pak Khair? Dia adalah salah satu tokoh yang memiliki hak pasti di dalam perusahaan ini. Saat ingin memecatmu saja, tidak perlu menjalani p
“Paman Roby, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat Perusahaan Arthaguna bangkrut?” tanya Sean. “Jika mau, dalam waktu setengah hari pun bisa, Tuan Muda.” ucap Roby tertawa. “Baik. Kalau begitu, aku ingin melihat mereka bangkrut secepatnya.” ucap Sean, lalu memutuskan panggilannya. Dia tersenyum ke arah Chandra dan berkata, “Di dunia ini, tidak ada satu orangpun yang berani mengambil uangku. Walaupun cuma sedikit, aku akan membuat mereka sengsara." Lalu dia bangun dan berjalan menuju keluar. Chandra memasang raut wajah tersenyum dingin. Menghadapi ancaman Sean yang membosankan, dia tidak akan pernah menganggapnya. Kalau Sean memiliki kemampuan untuk membuatnya bangkrut, untuk apa dia datang ke perusahaannya menjadi satpam? Sean menahan amarahnya dan meninggalkan kantor Chandra, langsung menuju rumah sakit. Hari ini Mega akan membahas kerjasama, jadi membutuhkan dia untuk menemani anaknya. Sean baru saja tiba di resepsionis lantai satu,
“Apa?” Khair tercengang, dia tidak mengetahui apa yang terjadi. Chandra yang raut wajahnya penuh kekesalan, sepasang kakinya juga bergetar. Bima dan beberapa orang satpam yang lain juga tercengang. Bukankah Pak Chandra akan memecat Sean? Apa sekarang maksudnya? Sean memandang Chandra yang marah besar kepada Khair, lalu menyeringai. Semua terjadi begitu tiba-tiba, sehingga membuat Khair mereka tidak sadar. “Untuk apa terdiam? Segera minta maaf kepada Sean!” Hati Chandra sangatlah panik. Dia juga tidak menyangka bahwa orang di belakang Sean adalah Roby, orang terkaya di Kota Bandung. Setelah Sean keluar dari kantornya, dia langsung menerima telepon dari Roby. Roby langsung menjelaskan bahwa dia telah mencari masalah dengan Tuan Mudanya. Demi menenangkan amarah Tuan Mudanya, harus membuat perusahaannya bangkrut sebelum pukul empat sore. Tujuan Roby menghubunginya adalah agar dia mengetahui jelas apa saja yang telah dia lakukan. Ucapan ini memang te
“Apakah Pak Chandra memiliki hubungan dengan istrinya Sean, sehingga begitu melindunginya. Harus diketahui bahwa Mega merupakan orang tercantik di perusahaan kita. Banyak orang yang tertarik kepadanya.” Tatapan mata Bima tiba-tiba bersinar. Khair tercengang. Benar juga, mengapa aku tidak memikirkan itu? Dia baru saja berusia dua puluh sembilan tahun, bahkan begitu tergila-gila kepada Mega, maka Pak Chandra juga pasti tergila-gila kepadanya. Berpikir ini, hati Khair mencelos. Ternyata dia dan Pak Chandra saling merebut wanita yang sama, bukankah dia mencari mati? “Seharusnya benar. Tapi tenang saja, kalau hubungan mereka seperti ini, tunggu Pak Chandra mulai bosan dengan Mega, maka jalan Sean juga akan berakhir. Kita juga tidak telat menghukumnya di saat itu.” ucap Khair. “Manusia itu juga jahat sekali. Demi mendekati Pak Chandra, dia rela memberikan istrinya. Sungguh brengsek.” sindir Bima. Khair tertawa dingin. Dia berbalik badan dan melihat jendela, akh
Sean menyuruh suster profesional untuk merawat Andin dengan baik, lalu bersiap pergi untuk makan. Sudah pukul dua siang, dia masih belum makan apapun. Dia baru saja keluar dari rumah sakit, langsung bertemu dengan Ibu mertuanya dan adik iparnya. Melihat kedua orang itu berjalan ke arahnya, Sean tersenyum pahit, juga merasa tidak baik kalau berpura-pura tidak melihat mereka. Dia baru saja ingin menyapa, lalu mendengar adik iparnya Jennie berkata dengan nada curiga. “Sean , beritahu kita, apakah kamu sungguh mengenal pejabat tinggi di Perusahaan Martaguna?” Kemarin berpikir begitu lama, Natalie dan Jennie masih saja sangat curiga kepada Sean yang selalu direndahkan mereka. Mungkin saja Sean mengenal pejabat tertinggi Perusahaan Martaguna, kalau tidak sekretaris pribadi Roby tidak begitu baik kepada Sean. Kalau Sean sungguh mengenal pejabat tinggi Perusahaan Martaguna, maka biarkan Sean berbicara baik dengannya, mungkin saja ada kesempatan kerjasama Natalie berja
“Paman Roby, apakah Perusahaan Arizon sedang membahas kerja sama dengan kalian? Penanggung jawab mereka adalah Wakil Direktur Natalie.” tanya Sean . “Beberapa hari ini cuaca sangat panas. Kantor bersiap untuk membeli obat untuk menghindari pitam panas. Untuk membeli dari Perusahaan mana, aku kurang tahu.” ujar Roby. ”Iya, beli saja dari Natalie Perusahaan Arizon.” ujar Sean . “Baik. Oh iya, Tuan Muda, Tuan Besar ingin bertemu denganmu. Kalau kamu ada waktu, maka Tuan Besar akan segera terbang kesini.” ujar Roby. Sean tercengang dan berkata, “Aku sekarang masih belum ingin bertemu dengannya.” Roby menghela nafas dan berkata, “Masalah tahun itu tidak boleh sepenuhnya disalahkan kepada Tuan Besar. Apalagi beberapa tahun ini Tuan Besar juga merasa bersalah. Apakah kamu tahu mengapa Tuan Besar tidak menikah lagi dua belas tahun ini? Karena Tuan Besar merasa bersalah kepadamu dan Nyonya.” “Setelah mengetahui kamu datang ke Kota Bandung, Tuan segera menyuru
“Siapa yang menghubungi Ibu?” ujar Jennie penasaran. “Manajer Perusahaan Martaguna menghubungi kita untuk membahas kerjasama sore ini.” ujar Natalie semangat. “Astaga, baik sekali. Selamat Bu! Akhirnya bisa mendapat pesanan besar dari Perusahaan Martaguna.” Jennie juga berkata dengan semangat. ”Awalnya Manajer itu tidak ingin produk kita, tapi ada orang baik yang membantu kita, sehingga Pengusaha Terkaya Bandung langsung memilih kita. Hanya saja kita tidak tahu siapa orang yang membantu kita itu. Kita harus berterima kasih kepada orang itu!” ujar Natalie. “Jangan-jangan...” Terlintas bayangan seseorang di otak Jennie dengan sedikit curiga. “Maksudmu Fikri?” tanya Natalie. Jennie mengangguk kepalanya dengan kurang pasti. “Sepertinya bukan dia, lagipula Manajer itu juga tidak begitu ramah kepada Fikri.” ujar Natalie sambil menggelengkan kepalanya. “Lalu siapa kalau bukan dia? Kurasa orang yang bisa membantu kita untuk berbicara di hadapan Pen
Karena Jennie curiga Fikri yang melakukannya, maka dia mengambil kesempatan itu agar dia semakin dekat untuk mendapatkan Jennie. “Astaga, ternyata benar kamu yang meminta bantuan Ayahmu. Terima kasih banyak, Fikri!” Jennie menatap Fikri dengan semangat. Dia bilang selain Fikri, juga tidak ada yang lain bisa membantu Ibunya. ”Fikri, terima kasih ya!” Natalie juga agak semangat, dia tidak sangka ternyata Fikri yang melakukannya. Sean menatap Fikri dengan sangat terkejut, dia tidak menyangka makhluk ini begitu tidak tahu malu. ”Apakah kamu yakin Ayahmu yang membantu Ibu Mertuaku?” Sean tersenyum sambil menatap Fikri. Fikri kaget dengan pertanyaan Sean, terlihat di wajahnya dia sangat panik. “Kalau bukan dari bantuan Fikri, lalu siapa yang melakukannya? Apakah kamu memiliki kemampuan seperti itu?” Jennie menatap Sean dengan sinis. Tatapannya penuh dengan kebencian. “Tidak usah memperdulikan dia, lebih baik kita segera pergi untuk menandatangani sur