Share

6. Tugas Istri

Penulis: Ria Wijaya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-10 20:29:43

Pesta pernikahan telah usai, kini mereka berdua berada di dalam kamar presidential suite room di salah satu hotel mewah milik Deffin.

"Haduh ... kenapa aku jadi deg-deg an, nggak mungkin kan dia minta jatah malam pertama, idih ... amit-amit kalau sampai kejadian, meski perlakuannya sedikit menggoyahkan hatiku, tapi tidak secepat ini dia bisa mengelabuhiku," gumam Azkia yang sudah selesai mandi sedari tadi, namun dia gugup untuk keluar kamar mandi.

"Hei kau sedang mandi apa bertapa, sedari tadi tidak keluar," suara mengglegar Deffin disertai gedoran pintu yang cukup keras.

Ceklek..

Pintu terbuka, Azkia keluar sudah memakai piyama lengan panjang. Dia tidak menjawab hanya menundukkan kepala, pikiran dan hatinya sedang kacau, takut akan terjadi sesuatu malam ini.

Dengan santainya Deffin membuka lilitan handuk yang membungkus rambut di kepala Azkia, dada Azkia semakin berdegup kencang, lalu Deffin mendudukkan Azkia di depan meja rias.

Deffin mengambil hairdryer dan mulai mengeringkan rambut Azkia.

"Jangan ge er dulu kamu, aku cuma memberikan contoh bagaimana menggunakan alat ini, meski kamu anak orang kaya, orang tua tirimu itu tidak akan mungkin membiarkan kamu memakai beginian, cuma sapu dan alat masak yang boleh kau pegang." Sambil menunjuk meja rias yang diatasnya tersedia alat make-up lengkap, tak lupa dengan senyum mengejek yang menyebalkan.

Hati yang berbunga menjadi masam ketika Deffin berbicara seperti itu, wajah Azkia langsung cemberut tapi tidak membantah, memang seperti itu kenyataannya.

"Sudah selesai, ingat besok ketika aku selesai mandi lakukan apa yang aku contohkan tadi." Memegang kedua bahu Azkia, menatap tajam pantulan mereka di cermin.

Azkia hanya mengangguk, tidak bisa menjawab karena seluruh badannya meremang, Deffin tiba-tiba saja memiringkan rambut Azkia ke samping, terlihat tengkuk Azkia yang putih mulus itu. Dengan lembut Deffin menciuminya.

Dengan posisi yang setengah membungkuk, Deffin melingkarkan tangannya ke perut Azkia, dia memejamkan mata menghirup aroma memabukkan yang sudah menjadi candunya.

Azkia sudah tidak bisa apa-apa, otaknya teringat jika Azkia menolak atau memprotes apa yang dilakukan dan diperintahkan Deffin, tugasnya sebagai istri akan bertambah berat.

Dan sekarang tubuhnya pun terasa melayang, ketika Deffin mengajaknya berdiri dan membalikkan tubuhnya menghadap Deffin, dengan lembut Deffin mencium Azkia mulai kening hingga seluruh wajahnya yang berakhir di bibir mungil yang manis ketika Deffin mengecapnya.

Ciuman Deffin semakin turun ke leher putih itu, meninggalkan bekas merah yang menurutnya indah di pandangan matanya, tangan Deffin mulai masuk merayap ke dalam piyama mulai dari perut hingga naik ke atas.

Namun tiba-tiba saja dia teringat kejadian beberapa tahun silam yang menjijikkan baginya. Tangan yang berhenti di area yang akan menjadi favoritnya itu terpaksa harus terhenti sebelum melakukan aktivitasnya. Bahkan ciumannya juga berhenti dan sangat terpaksa dia melepaskan tubuh Azkia.

"Sial," umpat hatinya.

Dengan santainya dia berucap,

"Sudah ayo cepat tidur, aku nggak nafsu dengan wanita kerempeng, ukuranmu sangat kecil." Lalu dia berjalan menuju ranjang, merebahkan dirinya miring dan menarik selimut, untuk menutupi miliknya yang sudah menegang.

Hatinya tidak bisa berhenti mengutuk otaknya yang tiba-tiba teringat kejadian waktu itu.

Sedangkan Azkia membelalakkan mata yang tadinya tertutup. Perasaan yang awalnya melayang-layang sekarang bagaikan di seret paksa turun lalu di hempaskan.

"Kurang ajar!!! Dia mengejek punyaku kecil, apa matanya buta, meski tidak besar ini ukuran sedang tahu, awas besok- besok kalau kamu pegang lagi, aku plintir dan patahkan tangannya," sungut Azkia dalam hati.

Azkia lalu menyusul ke ranjang dan tidur membelakangi Deffin, dengan perasaan yang masih dongkol karena diejek kerempeng dan berukuran kecil dia akhirnya terlelap menuju alam mimpi.

*****

Setelah satu jam Deffin belum tidur, setelah berhasil menenangkan miliknya, Deffin membalikkan tubuhnya menghadap Azkia, dia mendekat lalu menyingkirkan rambut Azkia yang menghalangi belakang lehernya, dia menghirup rakus aroma tubuh istrinya.

"Maaf, aku akan pikirkan caranya menghilangkan ingatanku tentang kejadian itu, aku akan cuti seminggu, mungkin dengan berdekatan denganmu terus aku bisa menghilangkan trauma tentang kejadian itu," ujar Deffin dalam hati.

Deffin semakin menyelusupkan wajahnya ke ceruk leher Azkia dan akhirnya terlelap. sedangkan Azkia sekali lagi tidurnya tidak terusik dengan kelakuan Deffin, tempat yang nyaman bagaikan obat bius bagi Azkia.

******

Pagi yang hangat membangunkan Azkia dari mimpi indahnya, tubuhnya terasa berat karena dipeluk posesif sama suaminya.

Tangan dan kaki Deffin yang menindih tubuh Azkia bagaikan guling, menjadikan tidur Deffin sangat nyaman.

Azkia sudah akan melepaskan pelukan itu, dan kejadian semalam yang terlintas di otak cantiknya bagaikan bahan bakar yang siap menendang Deffin juga.

Namun tiba-tiba semuanya lenyap karena teringat aturan tertulis itu, jika sampai mengganggu tidur Deffin bukan hanya ada tambahan tugas tapi ada hukuman juga.

Akhirnya Azkia hanya bisa mendesah, sabar.... sabar... sampai seminggu ini. Karena bosan Deffin tidak bangun bangun dia terseret ke alam mimpi lagi.

Waktu menunjukkan pukul 09.00 pagi, Deffin membuka matanya hal yang pertama kali di lihat wajah cantik Azkia yang tidur dengan posisi terlentang, lalu dia menusuk-nusuk pipi putih mulus itu.

"Hei bangun, ayo jalankan tugasmu sebagai istri," ucapnya lembut.

Azkia mengerjapkan matanya, lalu menoleh melihat Deffin sudah duduk di tepi ranjang. Azkia lalu bangun menyiapkan air dan baju untuk Deffin.

Azkia baru mandi ketika sudah membantu Deffin mulai dari ujung rambut hingga memasangkan sepatu. setelah sarapan mereka akan pulang ke rumah.

***

Drama sebagai istri terus berlanjut hingga akan tidur, Deffin melakukan berbagai cara agar Azkia terus menempel padanya, dia seharian tidak beranjak dari ruang tv, bahkan Deffin melakukan pekerjaan juga di ruang tv bukan ruang kerjanya.

Ketika dia memeriksa laporan lewat laptopnya, dia memaksa Azkia tidur menggunakan pahanya sebagai bantal untuk menonton TV walaupun mata Azkia sibuk dengan ponselnya.

Jika Deffin selesai, gantian Deffin menggunakan paha Azkia menjadi bantal untuk menonton TV.

Aturan tertulis itu benar benar membuat Azkia tidak bisa berkutik, meski beberapa kali mencoba membujuk untuk pindah ke kamar karena malu, Deffin tetap tidak menggubris.

Ancaman akan mengulangi kejadian waktu di hotel yang akhirnya membuat Azkia bungkam,

wajah Azkia mendadak memerah karena malu dan kesal, bagaimana dia bisa terlena ketika Deffin mengerjainya.

*******

Malam hari ketika akan tidur.

"Ayo pijat aku, dari tadi bengong saja."

Sudah siap dengan posisi tengkurap dan hanya memakai celana boxer saja.

"Gila ya, aku disuruh memijat kamu yang tidak pakai baju, tapi tubuhmu kok bisa putih mulus gitu seperti perempuan saja," gumam Azkia yang terpaksa meletakkan tangannya di punggung suaminya untuk mulai memijat.

Azkia memijat Deffin hingga tidur itulah tugas akhir dia, setelah memastikan Deffin sudah tidur dia menyusul Deffin berbaring, kini dia menatap wajah tampan milik suaminya.

"Wajahmu ketika tidur membawa kedamaian sendiri di hatiku, kadang kuberpikir kamu suka sama aku, perhatian kamu semenjak aku datang di rumah ini bagaikan istri yang sangat dicintai, namun sikapmu yang arogan dan seenaknya sendiri kepadaku yang merusak anggapan indah itu. tapi aku tidak bisa menepis rasa nyaman itu meski masih hanya 1 hari aku di sisimu, kau seperti sangat melindungiku, bolehkah aku berharap hanya aku selamanya di sisimu lalu kalau boleh juga di hatimu," gumam Azkia sebelum tertidur.

Bersambung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tuan Muda Posesif   108. Tuan Muda Posesif (End)

    Deffin POV. Aku tersenyum ketika merasakan pelukan Azkia semakin erat, kulihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, namun aku masih malas untuk bangun, ingin rasanya hari ini cuti lagi dan hanya tidur sambil memeluk Azkia seharian, sampai kapan pun aku tidak akan pernah bosan memeluk istri cantikku ini. Kemarin sepulang dari kampus Reynand, kita tidak jadi pergi ke panti asuhan, karena aku mengurung Azkia di dalam kamar hingga saat ini. Jangan tanyakan bagaimana reaksi Azkia ketika sadar jika aku membodohinya lagi, meski ia kesal setengah mati, namun dia tidak akan pernah bisa marah, karena aku selalu punya cara sendiri untuk menjaga suasana hati Azkia agar selalu bahagia. Rasanya aku tidak akan pernah puas memandangi wajah cantik wanita yang berada di dekapanku saat ini, meski usianya tidak muda lagi, namun aku melihatnya, dia tetap seperti gadis kecil yang pemberani, seperti saat pertama kalinya aku berjumpa dengannya. Aku ingat bagaim

  • Tuan Muda Posesif   107. Calon Mantu

    Sesuai kesepakatan kemarin malam, pagi ini Azkia akan mengajak Deffin melihat sosok gadis yang akan menjadi calon menantu mereka. Saat ini pasangan suami istri itu sudah berpakaian rapi dan tengah menikmati sarapan mereka di ruang makan."Pagi, Ayah, Bu," sapa Reynand yang baru saja sampai di ruang makan."Pagi," sahut Azkia dan Deffin kompak."Tumben kamu berangkat pagi sekali?" tanya Azkia yang heran melihat Reynand akan berangkat lebih pagi dari biasanya."Iya, Erlena memintaku untuk menjemputnya, mobilnya sedang diperbaiki," sahut Reynand seraya mengambil piring berisi sandwich yang telah disiapkan Azkia."Kenapa tidak minta diantar sopirnya saja?" gerutu Azkia pelan, namun masih bisa didengar oleh Reynand."Ibu, Erlena meminta tolong, dan tujuan kita satu tempat, mana mungkin aku menolaknya? Lagi pula bukannya Ibu sudah menganggap Erlena putri Ibu sendir

  • Tuan Muda Posesif   106. Keputusan Tuan Posesif Ketika Cemburu

    Beberapa tahun kemudian... Memiliki anak dengan wajah tampan yang sama memang sebuah anugerah, namun bagaimana jika dia malah menjadi saingan untuk mendapatkan perhatian dari orang yang kita sayang? Seharusnya memang bukanlah masalah, mengingat dia adalah anaknya sendiri, akan tetapi karena sang suami adalah sang tuan posesif, bahkan kelewat posesif, dia menganggap anaknya adalah saingannya, dan setiap hari hanya akan ada rasa cemburu yang menggerogoti hati Deffin, lalu apa solusinya jika seperti ini? Menikahkan anaknya adalah jalan satu-satunya bagi Deffin untuk menjauhkan anak semata wayangnya dengan Azkia, sudah berapa tahun Deffin harus mengalah mendapatkan kasih sayang Azkia yang harus terbagi dengan anaknya, dan Deffin sekarang sudah tidak sanggup lagi untuk menahan rasa kesalnya lebih lama lagi, apalagi sekarang anaknya sudah bisa mengendarai mobil atau motor sendiri, dan itu malah dijadikan kesempatan anaknya untuk mendominasi Azkia. "Pokoknya setelah

  • Tuan Muda Posesif   105. Akhir Yang Bahagia

    Tiga tahun kemudian...Seorang anak lelaki tampak sedang duduk dengan angkuhnya di sofa kamarnya, sorot matanya yang tajam seolah sedang menguliti seorang pelayan yang sedang membersihkan tumpahan makanan yang tidak sengaja terjatuh sebab kakinya yang tersandung karpet mahal yang saat ini sedang dipijaknya."Kau membuat selera makanku jadi hilang!" protes anak lelaki tampan itu, wajahnya sangat tampan dan menggemaskan layaknya anak seusianya, namun tidak dengan sikapnya. Jika tidak ada ibunya di sampingnya, dia langsung berubah jadi iblis kecil yang arogan."Sekali lagi mohon maafkan saya, Tuan Muda," ujar pelayan itu bersimpuh di hadapannya."Saya akan membawakan Anda makanan yang baru, Tuan Muda," lanjutnya dengan suara bergetar sebab ketakutan. Bukan karena anak kecil itu mempunyai kekuatan super hingga membuatnya ketakutan, namun ayah dari anak itu adalah penguasa negara ini, jelas pelayan itu ketakutan karena sudah membuat anaknya kesal.

  • Tuan Muda Posesif   104. Melahirkan Bersama

    Tiga bulan kemudian. Setelah pernikahan Erwin dan Ellena yang digelar secara sederhana, selang beberapa hari kemudian Erwin sudah tidak bekerja lagi pada Deffin. Tidak hanya itu, Erwin juga sudah keluar dari dunia gelapnya, dia secara resmi memberikan Black World untuk dipimpin tangan kanannya, namun meski begitu Black World tetap melindungi anggota Wirata Group, sebagai sumpah setianya kepada mendiang kakek Deffin dahulu. Sekarang Erwin hanya fokus kepada bisnisnya yang bergerak di bidang restoran dan perhotelan. Sedangkan Roy tetap bekerja dengan Deffin, dia memutuskan pensiun jika Wirata Group juga sudah berpindah tangan ke tuan mudanya yaitu Reynand Wirata. Namun Deffin juga tidak membiarkan Roy sibuk seperti saat dia masih lajang, Deffin menyuruh Roy untuk memprioritaskan istrinya terlebih dahulu, karena Elma kini sudah hamil tua. Bukan hanya Elma dan Roy yang sedang menanti kehadiran buah hatinya, pasangan Ar

  • Tuan Muda Posesif   103. Nasib Erwin

    Tiga bulan sudah Ellena bekerja menjadi pengasuh Reynand, jika ditanya apakah Ellena betah kerja di rumah Deffin?Jawabannya pastilah betah, walaupun awalnya Ellena sangat tidak terbiasa dengan sifat posesif Deffin, bukan kepada Reynand, namun kepada Azkia sang istri tercinta.Deffin selalu menampakkan raut wajah 'tak suka jika Azkia terlihat asyik mengobrol dengan Ellena ketika Deffin sudah pulang bekerja. Deffin merasa kesal sebab Azkia sudah puas bersama Ellena dan Reynand mulai pagi hingga sore, namun Azkia masih mencuri waktu untuk mengobrol dengan Ellena di malam hari, padahal seharusnya malam hari adalah waktu giliran untuk bersama Deffin.Seperti saat ini, Deffin langsung mengerucutkan bibirnya ketika melihat Azkia dan Ellena mengobrol santai di teras samping rumah, sedangkan Reynand tampak tertidur pulas di stroller nya."Kau bahkan sekarang sudah lupa menyambutku pulang," ujar Deffin terdengar sinis.Azkia dan Ellena kompak menoleh, Ellena

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status