Beranda / Romansa / Tuan Muda Posesif / 7. Kesialan Azkia Part 1

Share

7. Kesialan Azkia Part 1

Penulis: Ria Wijaya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-11 06:50:24

Pagi yang indah membuat Deffin menyunggingkan senyumnya, teringat gumaman Azkia semalam yang terdengar jelas di Indra pendengarannya.

"Baguslah, sedikit demi sedikit kau akan tertarik denganku, meski aku duluan yang mencintaimu tapi aku ingin kau duluan yang mengatakan mencintaiku, bisa hancur reputasiku jadi pria arogan yang selalu dikejar wanita, mengatakan cinta pada wanita bodoh sepertimu," ujar Deffin dalam hati dengan tersenyum tipis.

"Hei, bangun! Aku mau mandi." Menendang pelan kaki Azkia.

Azkia mengucek matanya, tidak menjawab langsung bangun dan menuju kamar mandi, seperti kemarin menyiapkan keperluan Deffin.

Hari ini masih sama seperti kemarin karena Deffin masih tidak mau berangkat ke kantor, dia lebih memilih kerja di dalam rumah, Sekretaris Roy yang dibuat kelimpungan mengurus perusahaan besar itu.

Meski bosan dengan kegiatannya, Azkia tetap menjalaninya dengan sabar, kadang dia bertanya pada dirinya sendiri, kenapa Deffin menjadikannya istri, dan yang membuat bingung dia menjalani rumah tangganya tidak seperti di novel-novel yang sering dia baca.

Deffin memperlakukannya bagaikan istri kesayangan, tetapi tidak pernah ada kata cinta, yang ada hanya aturan dan perintah otoriternya itu. Bahkan Azkia dilarang melakukan pekerjaan rumah tangga meskipun hanya membersihkan tempat tidur, yang boleh dilakukan hanya melayani Deffin seperti yang tertulis di daftar aturan.

"Dasar tuan muda aneh," ujar Azkia dalam hati.

*******

Hari ke 7 pernikahan.

Tidak terasa sudah seminggu menjalani hubungan sebagai pasangan suami istri,

selama seminggu ini mereka melakukan kegiatan monoton itu, tidak pernah ada obrolan santai meski tubuh mereka saling menempel.

Deffin sebenarnya ingin masuk kerja besok, namun karena ada pekerjaan yang harus dikerjakan di kantor, dengan terpaksa dia berangkat ke kantor.

Braakkk...

Suara berkas dibanting di meja.

"Kalian menyuruhku datang ke kantor untuk melihat presentasi bodoh seperti ini. Rapat hari ini di bubarkan, benahi semuanya." Deffin meninggalkan ruangan rapat, meninggalkan berbagai macam raut wajah karyawannya yang berbeda beda.

Roy mengikuti Deffin menuju ruangannya. "Ada apa denganmu tuan muda? Kenapa moodmu buruk sekali," gumam Roy dalam hati.

Setelah memasuki ruangannya sendiri, Deffin duduk lalu menandatangani berkas-berkas di meja.

"Apalagi jadwalku hari ini?"

"Jam 10 kita bertemu dengan CEO Brawijaya di Cafe Beloved untuk membahas proyek mall baru di kota Burbank, dan nanti malam ada jamuan makan malam dengan kolega dari Jepang, itu saja Tuan."

"Kau ajak saja asistenmu, aku malas keluar," jawabnya acuh. "Kenapa aku tidak bersemangat kerja aku sangat rindu gadis bodoh itu. Sedang apa dia sekarang?" Batin Deffin.

Deffin sedang tenggelam memikirkan Azkia, tidak menggubris Roy yang pamit mengundurkan diri, cukup lama berpikir bagaimana caranya bertemu dengan Azkia, sedangkan berkas yang dia periksa sangat menggunung di mejanya.

Setelah menemukan ide dia kembali lagi ke pekerjaannya, dengan cepat dia akan menyelesaikannya sebelum waktu makan siang, karena akan ada kejutan hari ini yang dia berikan ke Azkia.

******

Di rumah.

Azkia sedang berolahraga di ruang fitnes. Saat ini dia menggunakan celana training panjang dan kaos oblong putih. Peluh membanjiri wajahnya, jam sudah menunjukkan angka setengah 12, berarti kurang lebih 2 jam dia di sini.

Tiba-tiba terdengar ketukan pintu, dengan segera dibukanya, terlihat bik Mur berdiri dengan membawa ponsel serta rantang makanan.

"Nona, tuan muda ingin berbicara dengan Anda." Menyerahkan ponsel ke Azkia.

"Halo sayang ada apa?" Setelah menempelkan benda pipih itu di telinganya.

"Antar makan siang ke kantor, waktumu hanya 20 menit, jika terlambat kau terima hukuman dan tugas baru." Deffin langsung menutup telepon tanpa menunggu jawaban Azkia, dia sudah tidak tahan lagi untuk tidak tersenyum.

Sedangkan Azkia bagaikan disambar petir. "Dasar tuan muda gila," umpat hatinya.

Bik Mur menyerahkan bekal yang dibawanya, dengan cepat Azkia mengambilnya setelah mengembalikan ponsel milik bik Mur.

Dia berlari dengan tergesa-gesa, untung di depan gerbang ada pelayan yang baru turun dari motor, dengan segera Azkia menuju motor itu dan menyuruh sopir untuk mengantarnya ke perusahaan Wirata Group.

Azkia tidak mempedulikan sopir yang menunggu di samping mobil, yang sudah disiapkan untuk mengantarnya. Baginya naik motor lebih cepat karena perjalanan menuju ke kantor bisa ditempuh 15 menit dengan motor, jika pakai mobil takut macet.

Azkia tidak mempedulikan penampilannya, rambut yang digerai dengan mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, membuat rambut indahnya kusut.

"Gara-gara ancaman itu, aku tidak sempat ganti baju dan berdandan, dasar tuan gila," gumam Azkia dalam hati.

Kesialan Azkia tidak sampai disitu. Tiba-tiba saja motor yang ditumpanginya mogok, padahal tinggal sedikit lagi sampai tinggal masuk pelataran kantor, akhirnya dengan terpaksa Azkia lari.

Dari arah belakang ada mobil melaju kencang dan di samping Azkia ada kubangan air hujan, karena Azkia tidak bisa menghindari, dia terkena cipratan air itu, bajunya jadi kotor dan basah, beruntung dia membawa makanan di tangan kirinya jadi rantang itu bersih.

Namun Azkia tidak sampai mau berpikir jika nanti akan diusir jika sampai kantor, yang terpenting jangan sampai dia dihukum dan dikasih tugas aneh nantinya.

Setelah sampai Azkia langsung masuk menuju lobby dan menuju meja resepsionis, tidak peduli pandangan aneh para karyawan, orang gila dari mana yang berani masuk kantor terbesar negeri ini. Pikir mereka kompak.

"Nona, saya mau bertemu dengan tuan Deffin, mau antar makan siangnya, di mana ruangannya?" Ucapnya sambil menunjukkan rantang yang dia bawa.

Keempat resepsionis itu memandang menelisik wanita dengan pakaian kotor, dan penampilan amburadulnya.

"Anda siapa, tuan Deffin tidak ada," dusta salah satu resepsionis sok cantik itu.

"Saya istrinya, tadi dia minta dibawakan makan siang, kalau tidak ada ya sudah, tolong ini nanti diberikan kepada orangnya." Meletakkan rantang itu di meja resepsionis.

"Tidak mau!! Enak saja, dasar wanita gila, ngaku ngaku istri tuan Deffin, tuan Deffin sama aku saja tidak mau melirik apalagi menjadikan wanita gembel kayak kamu jadi istri, jangan mimpi!!!"

"Meski aku sudah tahu tuan Deffin sudah menikah, dan wanita ini dilihat tetap cantik meski penampilannya berantakan, tapi tidak mungkin dia istrinya," lanjut sang resepsionis dalam hati.

"Ya sudah saya akan antar sendiri keruangannya." Azkia lalu beranjak akan menuju lift, dia akan mencari sendiri ruangan suaminya.

Namun langkahnya dengan cepat dihadang resepsionis tadi, sedangkan ketiga resepsionis lainya hanya menonton tidak mau ikut campur masalah ini, mereka juga jengah dengan sikap sok berkuasa temannya tersebut.

Tanpa aba-aba resepsionis itu mengambil dan membanting rantang itu hingga isinya keluar berantakan.

"Dibilangin tuan Deffin tidak ada masih mau maksa masuk, dasar wanita gila." Tangan resepsionis sudah menggantung di udara siap menampar pipi mulus Azkia.

Namun dengan sigap ditangkap Azkia, dengan lihainya Azkia menusukkan kuku panjangnya ke kulit tangan resepsionis itu, tidak ada yang menyadari tindakan Azkia, meski terlihat sang resepsionis meringis kesakitan, bagi mereka yang melihat itu mengira hanya pura-pura, karena Azkia terlihat cuma seperti memegang saja.

Sampai adegan itu dibuyarkan dengan suara bariton menyeramkan.

"Ada apa ini?!!!"

Bersambung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tuan Muda Posesif   108. Tuan Muda Posesif (End)

    Deffin POV. Aku tersenyum ketika merasakan pelukan Azkia semakin erat, kulihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, namun aku masih malas untuk bangun, ingin rasanya hari ini cuti lagi dan hanya tidur sambil memeluk Azkia seharian, sampai kapan pun aku tidak akan pernah bosan memeluk istri cantikku ini. Kemarin sepulang dari kampus Reynand, kita tidak jadi pergi ke panti asuhan, karena aku mengurung Azkia di dalam kamar hingga saat ini. Jangan tanyakan bagaimana reaksi Azkia ketika sadar jika aku membodohinya lagi, meski ia kesal setengah mati, namun dia tidak akan pernah bisa marah, karena aku selalu punya cara sendiri untuk menjaga suasana hati Azkia agar selalu bahagia. Rasanya aku tidak akan pernah puas memandangi wajah cantik wanita yang berada di dekapanku saat ini, meski usianya tidak muda lagi, namun aku melihatnya, dia tetap seperti gadis kecil yang pemberani, seperti saat pertama kalinya aku berjumpa dengannya. Aku ingat bagaim

  • Tuan Muda Posesif   107. Calon Mantu

    Sesuai kesepakatan kemarin malam, pagi ini Azkia akan mengajak Deffin melihat sosok gadis yang akan menjadi calon menantu mereka. Saat ini pasangan suami istri itu sudah berpakaian rapi dan tengah menikmati sarapan mereka di ruang makan."Pagi, Ayah, Bu," sapa Reynand yang baru saja sampai di ruang makan."Pagi," sahut Azkia dan Deffin kompak."Tumben kamu berangkat pagi sekali?" tanya Azkia yang heran melihat Reynand akan berangkat lebih pagi dari biasanya."Iya, Erlena memintaku untuk menjemputnya, mobilnya sedang diperbaiki," sahut Reynand seraya mengambil piring berisi sandwich yang telah disiapkan Azkia."Kenapa tidak minta diantar sopirnya saja?" gerutu Azkia pelan, namun masih bisa didengar oleh Reynand."Ibu, Erlena meminta tolong, dan tujuan kita satu tempat, mana mungkin aku menolaknya? Lagi pula bukannya Ibu sudah menganggap Erlena putri Ibu sendir

  • Tuan Muda Posesif   106. Keputusan Tuan Posesif Ketika Cemburu

    Beberapa tahun kemudian... Memiliki anak dengan wajah tampan yang sama memang sebuah anugerah, namun bagaimana jika dia malah menjadi saingan untuk mendapatkan perhatian dari orang yang kita sayang? Seharusnya memang bukanlah masalah, mengingat dia adalah anaknya sendiri, akan tetapi karena sang suami adalah sang tuan posesif, bahkan kelewat posesif, dia menganggap anaknya adalah saingannya, dan setiap hari hanya akan ada rasa cemburu yang menggerogoti hati Deffin, lalu apa solusinya jika seperti ini? Menikahkan anaknya adalah jalan satu-satunya bagi Deffin untuk menjauhkan anak semata wayangnya dengan Azkia, sudah berapa tahun Deffin harus mengalah mendapatkan kasih sayang Azkia yang harus terbagi dengan anaknya, dan Deffin sekarang sudah tidak sanggup lagi untuk menahan rasa kesalnya lebih lama lagi, apalagi sekarang anaknya sudah bisa mengendarai mobil atau motor sendiri, dan itu malah dijadikan kesempatan anaknya untuk mendominasi Azkia. "Pokoknya setelah

  • Tuan Muda Posesif   105. Akhir Yang Bahagia

    Tiga tahun kemudian...Seorang anak lelaki tampak sedang duduk dengan angkuhnya di sofa kamarnya, sorot matanya yang tajam seolah sedang menguliti seorang pelayan yang sedang membersihkan tumpahan makanan yang tidak sengaja terjatuh sebab kakinya yang tersandung karpet mahal yang saat ini sedang dipijaknya."Kau membuat selera makanku jadi hilang!" protes anak lelaki tampan itu, wajahnya sangat tampan dan menggemaskan layaknya anak seusianya, namun tidak dengan sikapnya. Jika tidak ada ibunya di sampingnya, dia langsung berubah jadi iblis kecil yang arogan."Sekali lagi mohon maafkan saya, Tuan Muda," ujar pelayan itu bersimpuh di hadapannya."Saya akan membawakan Anda makanan yang baru, Tuan Muda," lanjutnya dengan suara bergetar sebab ketakutan. Bukan karena anak kecil itu mempunyai kekuatan super hingga membuatnya ketakutan, namun ayah dari anak itu adalah penguasa negara ini, jelas pelayan itu ketakutan karena sudah membuat anaknya kesal.

  • Tuan Muda Posesif   104. Melahirkan Bersama

    Tiga bulan kemudian. Setelah pernikahan Erwin dan Ellena yang digelar secara sederhana, selang beberapa hari kemudian Erwin sudah tidak bekerja lagi pada Deffin. Tidak hanya itu, Erwin juga sudah keluar dari dunia gelapnya, dia secara resmi memberikan Black World untuk dipimpin tangan kanannya, namun meski begitu Black World tetap melindungi anggota Wirata Group, sebagai sumpah setianya kepada mendiang kakek Deffin dahulu. Sekarang Erwin hanya fokus kepada bisnisnya yang bergerak di bidang restoran dan perhotelan. Sedangkan Roy tetap bekerja dengan Deffin, dia memutuskan pensiun jika Wirata Group juga sudah berpindah tangan ke tuan mudanya yaitu Reynand Wirata. Namun Deffin juga tidak membiarkan Roy sibuk seperti saat dia masih lajang, Deffin menyuruh Roy untuk memprioritaskan istrinya terlebih dahulu, karena Elma kini sudah hamil tua. Bukan hanya Elma dan Roy yang sedang menanti kehadiran buah hatinya, pasangan Ar

  • Tuan Muda Posesif   103. Nasib Erwin

    Tiga bulan sudah Ellena bekerja menjadi pengasuh Reynand, jika ditanya apakah Ellena betah kerja di rumah Deffin?Jawabannya pastilah betah, walaupun awalnya Ellena sangat tidak terbiasa dengan sifat posesif Deffin, bukan kepada Reynand, namun kepada Azkia sang istri tercinta.Deffin selalu menampakkan raut wajah 'tak suka jika Azkia terlihat asyik mengobrol dengan Ellena ketika Deffin sudah pulang bekerja. Deffin merasa kesal sebab Azkia sudah puas bersama Ellena dan Reynand mulai pagi hingga sore, namun Azkia masih mencuri waktu untuk mengobrol dengan Ellena di malam hari, padahal seharusnya malam hari adalah waktu giliran untuk bersama Deffin.Seperti saat ini, Deffin langsung mengerucutkan bibirnya ketika melihat Azkia dan Ellena mengobrol santai di teras samping rumah, sedangkan Reynand tampak tertidur pulas di stroller nya."Kau bahkan sekarang sudah lupa menyambutku pulang," ujar Deffin terdengar sinis.Azkia dan Ellena kompak menoleh, Ellena

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status