ํ™ˆ / Rumah Tangga / Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi / Chapter 42 Frustasi - Rencana Licik

๊ณต์œ 

Chapter 42 Frustasi - Rencana Licik

์ž‘๊ฐ€: Sya Reefah
last update ์ตœ์‹  ์—…๋ฐ์ดํŠธ: 2024-09-20 09:16:13

Kata-kata itu bagaikan tamparan untuk Julia.

Dengan terang-terangan Martin mengatakan itu dihadapannya.

โ€œApa sih, Pa? Jangan berlebihan seperti itu! Wajar kalau Henry dekat dengan orang yang sudah membantu Mama.โ€ Elise menyela dengan cepat, membela tindakan Julia.

โ€œJangan membenarkan kedekatan putramu dengan wanita lain dengan berdalih karena balas budi!โ€ sargah Martin dengan tegas.

Elise kembali terdiam melihat tatapan tajam suaminya. Tanpa perlu berbicara dia bisa merasakan ancaman di mata Martin.

Julia bisa merasakan campuran kebencian sekaligus senang karena memiliki tameng untuk memperkuat posisinya.

Dengan memaksakan senyum Julia menjawab, โ€œAh, ya, maafkan Julia, Uncle. Mungkin kedekatan Julia sedikit berimbas pada Henry, kedepannya Julia akan lebih fokus ke pekerjaan.โ€

โ€œUncle tidak melarangmu untuk berteman dengan Henry, tapi kau harus mengetahuimu batasanmu agar tidak menimbulkan spekulasi lain dihadapan orang-orang.โ€ Martin kembali mempertegas.

Julia mengangguk. โ€œJulia menger
์ด ์ฑ…์„ ๊ณ„์† ๋ฌด๋ฃŒ๋กœ ์ฝ์–ด๋ณด์„ธ์š”.
QR ์ฝ”๋“œ๋ฅผ ์Šค์บ”ํ•˜์—ฌ ์•ฑ์„ ๋‹ค์šด๋กœ๋“œํ•˜์„ธ์š”
์ž ๊ธด ์ฑ•ํ„ฐ

๊ด€๋ จ ์ฑ•ํ„ฐ

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 43 Bayang-Bayang Harapan

    Di restoran bawah laut yang memukau di Maldives, Henry dan Eva duduk di meja yang dikelilingi oleh dinding kaca transparan.Eva tersenyum memandang ikan-ikan yang berenang dengan lincah. Sejenak, keindahan itu membuatnya terpesonaNamun, melihat ikan-ikan itu, pikirannya melayang kembali ke rumah tangganya yang penuh ketidakpastian.Betapa indahnya mereka. Mereka bebas, tidak terikat apapun. Sementara aku terjebak dalam proses yang seolah tidak pernah ada ujungnya. Kenapa semuanya harus begitu rumit?Dia merasakan berat di dadanya, mengingat semua perdebatan dan kesedihan yang menggelayutinya.Saat Eva tersenyum kecil memandang ikan-ikan itu, Henry mengecek ponselnya yang sudah tiga hari ini dia biarkan tergeletak begitu saja.Dia membaca pesan-pesan yang masuk. Namun di saat dia melihat pesan dari Julia, tiba-tiba saja wajahnya berubah.Eva yang melihat ekspresi Henry itu merasa hatinya menyempit. โ€œAda apa?โ€Henry tidak menjawab, justru dia menempelkan ponselnya di telinga kanannya.

    ์ตœ์‹  ์—…๋ฐ์ดํŠธ : 2024-09-21
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 44 Di Persimpangan Perasaan

    Saat tiba di rumah sakit, Henry melangkah terburu-buru menuju ruang yang ditempati oleh Julia. Dia mendorong pintu dan masuk.Julia menoleh ketika pintu ruangan terbuka, dia tersenyum tipis melihat kedatangan Henry. โ€œHenry? Kau sudah pulang?โ€ Julia bangun, mengubah posisi duduknya dengan sempurna. Henry menyahut dengan paniknya, โ€œBagaimana keadaanmu sekarang? Dan apa yang terjadi?โ€Julia berdehem pelan, menutupi senyum kemenangan yang nyaris tak bisa ia sembunyikan. โ€œItu hanya gerd-ku saja yang kambuh.โ€Henry mendekat dengan cemas, duduk di sebelah brankar memeriksa kondisi Julia. "Kau benar-benar membuatku khawatir, Julia. Harusnya kau menurut dengan ucapanku waktu itu untuk memeriksakan kondisimu.โ€Mendengar itu, Julia tertawa pelan, tapi wajahnya tetap menunjukkan ekspresi lemah. โ€œaku sudah jauh lebih baik sekarang.โ€ Henry menghela napas, tampak lega. โ€œSyukurlah. Aku akan tetap di sini untuk memastikan kau pulih sepenuhnya.โ€Senyum Julia semakin lebar, rencananya untuk menarik

    ์ตœ์‹  ์—…๋ฐ์ดํŠธ : 2024-09-23
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 45 Kebenaran Tersembunyi

    Eva menarik napas dalam-dalam, mencari kata-kata yang tepat. โ€œSebenarnya, aku ingin menyiapkan uang itu jika sewaktu-waktu mataku memerlukan penanganan lebih lanjut.โ€Luna mengernyit, sedikit merasa curiga. Benarkah biaya pengobatan matanya sebanyak itu? โ€œApa sebanyak itu?" tanyanya, nada suaranya lembut tapi penuh kehati-hatian.Eva mengangguk, ia menatap Luna, berusaha mengatur ekspresinya lebih tenang. Kemudian melanjutkan, โ€œItu adalah perkiraan semuanya yang aku butuhkan. Aku hanya ingin memastikan semuanya tersedia dan tidak membebani banyak orang.โ€Akhirnya Luna mengangguk, dia mengerti kondisi Eva. Mungkin benar yang dikatakan Eva. Semua harus dipersiapkan, biaya perawatan mata itu pasti sangat mahal.โ€œAku mengerti, Eva.โ€ Luna menyentuh pundak Eva. โ€œUang 50 juta dollar memang sangat banyak, tapi jika untuk kesehatanmu itu sangat wajar.โ€Eva bernapas lega. Namun kebohongan yang dia lakukan tetap saja membebaninya. Sementara di rumah sakit, Julia tampak duduk di brankar terseny

    ์ตœ์‹  ์—…๋ฐ์ดํŠธ : 2024-09-25
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 46 Beban yang Tak Terlihat

    Malam hari di kafe yang tenang, Eva dan Samuel duduk berhadapan, secangkir kopi hangat di depan mereka. Meskipun suasana santai, wajah Eva tampak serius. Dia mengaduk kopinya tanpa henti, berpikir mengenai apa yang akan dia katakan.โ€œSamuel, aku ingin bicara tentang pekerjaan sampingan milik Temanmu waktu itu. Apa pekerjaan itu masih berlaku?โ€ tanya Eva pelan, menatap Samuel dengan penuh harapan. Samuel mengerutkan keningnya sejenak, tak lama kemudian dia teringat. โ€œAh, pekerjaan itu? Tentu, Temanku masih membutuhkan orang untuk membantu pekerjaannya.โ€Eva berkata dengan ragu-ragu, โ€œBolehkah aku mengambilnya kembali? Aku berpikir, mengenai semua biaya yang harus aku tanggung, aku harus mengumpulkan uang lebih cepat.โ€โ€œApa terjadi sesuatu? Berapa jumlah uang yang kau butuhkan?โ€ tanya Samuel, memastikan. โ€œMungkin aku bisa membantumu jika itu mendesak.โ€Dia memandang Eva dengan perasaan khawatir. โ€œAku butuh 50 juta dollar,โ€ kata Eva pelan.Samuel membulatkan kedua matanya lebar-lebar.

    ์ตœ์‹  ์—…๋ฐ์ดํŠธ : 2024-09-27
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 47 Ketekunan Eva

    Martin mencondongkan tubuhnya ke depan sambil memijat keningnya pelan. Lima menit yang lalu, dia mendengar kabar dari orang-orang suruhannya bahwa Henry telah kembali dari Maldives lebih cepat dari yang dijadwalkan.Semua rencana liburan yang telah dia siapkan kini terasa sia-sia. Rasa geram meluap dalam dirinya saat memikirkan alasan di balik kepulangan Henry.โ€œJadi, dia memilih kembali hanya karena Julia,โ€ gumam Martin, tak percaya. Rasa kesal ini semakin membara saat dia membayangkan betapa bodohnya pola pikir putranya.โ€œSepertinya yang jadi masalah di sini bukanlah Julia, tapi Henry juga.โ€ Martin berdesis pelan, kemudian melanjutkan, โ€œApa karena alasan ini Eva mengajukan gugatan cerai?โ€Dia menjadi teringat dengan pengajuan gugatan cerai Eva pada Henry. Setelah dipikir-pikir, tidak mungkin Eva mengajukan perceraian tanpa alasan yang jelas.โ€œAku tidak akan membiarkan ini, mereka tidak akan berpisah.โ€Martin berusaha meredakan emosi dan mencari seribu cara agar Eva dan Henry tidak m

    ์ตœ์‹  ์—…๋ฐ์ดํŠธ : 2024-10-01
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 48 Tinggi tapi Bukan Harapan

    Henry menambah kecepatan langkah kakinya berniat mengejar Eva.Namun, Eva semakin jauh dari jangkauannya. Henry menatap punggung Eva yang semakin lama semakin menjauh.Dia berpikir apakah Eva tahu jika dia berada di rumah sakit ini? Dan apa yang dilakukan Eva di sini.Pandangannya beralih memandang ke ruangan yang baru saja didatangi oleh Eva. Keningnya kembali berkerut, ternyata ruangan itu spesialis dokter mata. Dia berbalik, kakinya menuju ke ruang pemeriksaan yang beberapa waktu lalu didatangi oleh Eva. Henry menatap gagang pintu yang dingin dengan ekspresi penuh tanya. Saat tangannya terangkat hendak meraih gagang pintu, poselnya berdering. Dia menurunkan tangannya yang masih mengambang di udara. Pandangan matanya menuju ke layar ponsel, nama Julia terpampang di sana. โ€œHalo.โ€ Suaranya terdengar halus.Suara Julia terdengar di ujung telepon, โ€œKapan kau kembali, Henry? Aku sudah lama menunggumu. Dokter juga di sini menunggumu datang sebelum aku benar-benar pulang.โ€Henry tersad

    ์ตœ์‹  ์—…๋ฐ์ดํŠธ : 2024-10-02
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 49 Kesepakatan Tercapai

    Henry berdiri tegak di depan jendela besar kantornya, dia memandangi pemandangan kota yang sibuk di bawah sana. Suara klakson dan hiruk-pikuk kota bergema hingga ke atas, namun Henry tenggelam dalam pikirannya sendiri.Pikirannya kembali pada Eva dan Samuel. Kedekatan mereka begitu jelas di depan matanya, setiap tawa mereka, setiap percakapan hangat yang mereka bagi. Henry merasa seolah ada dinding tak kasat mata yang memisahkannya. Dia sadar jika dirinya tidak mencintai Eva, tidak seharusnya merasa seperti ini, rasa tidak terima itu terus menghantui hatinya. Setiap kali dia melihat Eva tersenyum pada Samuel, ada rasa tidak terima yang menyelimuti hatinya.Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan emosi yang terus mengganggu. โ€œKenapa aku harus peduli?โ€ gumamnya pelan, bertanya pada dirinya sendiri. Namun seberapa keras pun dia mencoba menyangkal, rasa tidak terima itu sudah berakar kuat. Matahari siang yang menyengat hanya menambah panas di hatinya, membuat perasaannya sema

    ์ตœ์‹  ์—…๋ฐ์ดํŠธ : 2024-10-04
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 50 Makan Malam

    Henry melangkah masuk ke restoran, alisnya terangkat saat melihat suasana romantis di sana. Lampu-lampu redup dan lilin-lilin menyala lembut menciptakan suasana hangat.Restoran itu juga tampak sepi, semua kursi kosong seolah semuanya sudah diatur. โ€œKenapa seperti ini?โ€ pikirnya, kedua matanya menyusuri setiap sudut. Dia melirik ke arah Ryan, berharap mendapat penjelasan. Namun Ryan hanya nyengir kuda di hadapannya. Henry memutar kedua matanya malas, sudah dia duga jika semua suasana romantis di sana adalah ulah Ryan.Ryan beralibi, โ€œSaya hanya menjalankan tugas dari Tuan Besar, Tuan.โ€Tuan Besar? Kening Henry berkerut bingung, antara percaya dan tidak. Henry menatap Ryan dengan tatapan tajam. โ€œKau mengatakannya pada Papa?โ€Ryan mengangguk, tetapi anggukan kepala berubah menjadi gelengan dalam waktu singkat. โ€œSebenarnya Tuanmu itu siapa? Kenapa kau menuruti ucapan Papa?โ€ Henry berkata dengan sedikit ketus.โ€œDi atas Tuan โ€˜kan masih ada Tuan Besar. Siapa tahu kalau nanti saya mend

    ์ตœ์‹  ์—…๋ฐ์ดํŠธ : 2024-10-05

์ตœ์‹  ์ฑ•ํ„ฐ

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 191

    Perlahan, Eva mengerjap. Dia tak tahu sudah berapa lama tertidur. Cahaya senja masuk melalui celah tirai, menandakan waktu sore. Sudah sore?Seketika, mata Eva terbuka lebar. Ternyata, dia tertidur dalam waktu yang lama. Dia berniat untuk bangun, tapi gerakannya terhenti saat menyadari ada tangan kekar yang melingkar di pinggangnya. Dia menoleh perlahan dan melihat sosok di sampingnya. Sudah pulang? Sunyi beberapa saat.Dia memerhatikan wajah Henry yang masih tidur dengan napas teratur dan wajah tenang. Pria itu masih mengenakan baju kantornya, dengan kancing kemeja atasnya terbuka. Saat tidur, pria ini begitu pulas seperti bayi, tapi saat terbangun, sikapnya begitu menyebalkan. Entah mengapa, pria ini membingungkan, terkadang tak masuk akal bahwa ada orang sepertinya di dunia ini. Masih dengan mata terpejam, Henry bergumam, suaranya serak khas seseorang yang baru bangun tidur. โ€œApa kau selalu menatapku diam-diam seperti itu?โ€Eva terkejut, tidak menyangka jika pria itu sudah ban

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 190

    Ryan meringis, lalu menjawab, โ€œTuan โ€ฆ apakah Anda tahu berapa banyak laporan yang saya kerjakan saat Anda liburan?โ€Henry menatapnya datar. โ€œItukan memang tugasmu sebagai Asisten,โ€ jawabnya santai dan bodo amat. โ€œBerarti saya tidak bermalas-malasan, Tuan โ€ฆ.โ€ Ryan menjawab dengan suara merendah. โ€œKalau tidak malas, kenapa dokumen ini masih menumpuk di mejaku?โ€ Henry ngotot menyalahkannya.Ahirnya Ryan terdiam sejanak, meratapi nasibnya. Dalam lubuk hatinya, dia bertanya-tanya, kenapa hari ini Henry begitu menyebalkan? Biasanya, bosnya itu biasa saja mengatasi semua dokumen itu dan asik tenggelam dalam pekerjaannya. Namun, kenapa hari ini berbeda sekali? Dia seperti serba salah di mata Henry. Pasti gara-gara tadi pagi aku menerornya!Tapi, itukan karena Nyonya Besar. Kenapa tidak marah saja padanya? โ€œBaiklah, maafkan saya, Tuan,โ€ katanya pasrah.Tak ada yang menang berdebat dengan Henry. Henry menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Matanya melirik ke arah ponselnya yang ada di s

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 189

    โ€œKurang ajar sekali mereka mengganggu waktuku!โ€ gerutunya, di selah-selah memasang dasinya. Waktu paginya yang indah itu terganggu, semua orang menghubunginya dengan hal-hal yang tidak penting menurutnya. Dia merasa belum puas menghabiskan waktu bersama Eva.Benar-benar menyebalkan!Eva mendekat, mengambil alih untuk mengikat dasinya. โ€œMungkin ada hal yang benar-benar mendesak,โ€ katanya dengan suara menenangkan. Pandangan matanya turun menatap Eva. Dia meletakkan tangannya di pinggang istrinya dengan nyaman. Hanya butuh satu menit dasi itu terpasang dengan rapi. Eva mendongak, matanya bertemu mata gelap Henry. โ€œJangan terlalu keras pada dirimu, kau baru saja sembuh,โ€ katanya penuh perhatian. Henry menarik napas panjang. โ€œKau tidak mau menahanku?โ€Eva memandangnya malas. Pria ini mulai bersikap dramatis. โ€œUntuk apa?โ€Seketika Henry memasang wajah serius. โ€œKau benar-benar tidak peka dengan keadaan.โ€Eva mengedipkan matanya cepat. โ€œMemangnya apa yang harus kulakukan?โ€ Wajah Henry s

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 188

    Pagi menyapa dengan cahaya lembut menyusup dari celah gorden. Henry dan Eva masih tertidur pulas. Kehangatan masih terasa di antara mereka, sisa dari kebersamaan yang baru saja terjadi semalam. Eva membuka matanya perlahan, mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya dia benar-benar terbangun. Kedua matanya mencerna suasana kamar yang begitu asing. Di mana ini?Dia belum sepenuhnya sadar. Hingga dia merasakan tangan kekar memeluk tubuhnya. Dia menoleh. Di sampingnya, Henry masih tertidur pulas. Deru napasnya terdengar begitu teratur. Henry? Butuh tiga detik untuk mencerna hingga dia benar-benar sadar dengan kejadian semalam. Dia mengangkat selimut dan melihat ke dalamnya. Rona merah mulai terlihat di pipinya. Dia malu, dan segera menarik selimut untuk membungkus kepalanya. Pergerakannya itu membuat Henry terbangun. Mata Henry masih setengah terpejam, ekspresi khas seseorang yang baru saja terbangun. Dengan mata setengah terbuka itu, dia bisa melihat gundukan selimut di depannya.

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 187

    Dengan satu gerakan cepat, Henry mengangkat tubuh Eva, merasakan betapa ringannya tubuh itu dalam dekapannya. Eva begitu terkejut ketika tubuhnya terangkat begitu saja. Matanya menatap Henry dengan penuh kebingungan. โ€œApa yang sedang kau lakukan?โ€ โ€œYang kulakukan โ€ฆ?โ€ Henry tersenyum penuh makna. Tanpa menjawab lagi, dia membawanya menuju tempat tidur. Henry membaringkan tubuh Eva perlahan. Eva merasakan jantungnya mulai berdetak lebih kencang saat ini. Suasana hening sejenak sebelum akhirnya Henry meraup bibir Eva. Awalnya ragu-ragu, tapi semakin lama, semakin dalam dan penuh hasrat. Tindakan itu begitu cepat. Eva yang sedikit terkejut kini memejamkan kedua matanya, merasakan gelombang hasrat yang Henry ciptakan. Kali ini, Henry seperti tidak memberikan ruang lagi untuk mereka berjarak. Kemudian, bibirnya turun perlahan menyentuh leher Eva.Eva bisa merasakan hembusan napas berat menyentuh kulitnya. Dia mencoba mendorong tubuh Henry, tetapi, Henry menarik tangannya ke atas kep

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 186

    Eva membalas dengan tatapan bingung. โ€œKenapa? Apa kau perlu sesuatu?โ€Henry hanya diam, dan tatapan mata yang masih tertuju pada Eva.Dia kenapa? Apa ada yang salah?Eva berdehem pelan. โ€œAku ambilkan makan malam untukmu.โ€ Dia bersiap untuk bangkit dari duduknya.Namun, dengan gerakan cepat, Henry menariknya, membuatnya terduduk kembali. Akan tetapi, kali ini ia terduduk di pangkuan Henry. Saat itu, jantungnya berdetak lebih kencang, antara rasa terkejut dan tatapan dalam suaminya padanya. โ€œKenapa kau buru-buru sekali?โ€ Suaranya pelan dan sedikit serak. โ€œAku hanya ingin mengambilkan makanan untukmu.โ€ Eva sedikit gugup dan mengalihkan pandangannya lurus ke depan. โ€œJangan seperti ini. Tidak enak jika pelayan melihatnya.โ€ Dia berusaha bangkit, tapi tangan Henry menekan pinggangnya, memaksanya untuk tetap tinggal. โ€œMemangnya kenapa jika mereka melihat?โ€ jawabnya dengan acuh tak acuh. โ€œMereka tahu kalau kau Istriku.โ€ Eva menoleh.Pria ini memang benar-benar keras kepala dan tidak ped

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 185

    โ€œAyolah โ€ฆ tidak ada yang salah jika kita melakukannya. Kenapa wajahmu seperti itu? Kau bahkan sering menuntut lebih,โ€ ucapnya dengan penuh percaya diri.Tatapan mata Eva menjadi tajam. Pria ini benar-benar tidak punya malu dan terlalu percaya diri!Pintar sekali membalikkan fakta!โ€œRacun itu bersarang di perutmu, tapi kenapa jadi otakmu yang bermasalah?โ€ Kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut Eva. Ekspresinya yang datar dan tanpa emosi itu membuat setiap kata yang diucapkan terdengar lebih tajam dan menusuk. Henry tidak mau kalah. Dia terus melayangkan serangannya menggoda Eva. โ€œAku hanya bicara sesuai fakta.โ€ Eva membantah cepat, โ€œTapi fakta yang kau katakan justru sebaliknya.โ€ โ€œCoba katakan di mana kebohongannya? Setiap kau membalas, aku selalu kuwalahan.โ€ Eva terdiam. Melihat wajah dan senyum nakal Henry itu membuatnya semakin jengkel. Rasanya dia ingin keluar dan mengambil sesuatu untuk memukul kepalanya yang sedang bermasalah. Dasar pria mesum!โ€œAku rasa, racun itu

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 184

    Dua hari kemudian.Lawson menutup teleponnya, lalu mengambil mantel panjangnya dengan tergesa-gesa. Sophia mendekat, memasang wajah penasaran. โ€œPapa mau ke mana? Ada kabar apa?โ€Gerakannya saat memakai mantel tampak terburu-buru. โ€œPapa mau ke Dermaga. Kepala Koki menjadi tersangka dari insiden kemarin.โ€โ€œKepala Koki?โ€ Mata Sophia terbelalak lebar. โ€œPapa pergi dulu, ya.โ€โ€œMama ikut!โ€ Sophia menyambar tas, kemudian berlari mengejar langkah suaminya. ****Dermaga. Di tengah suasana tegang, kepala koki itu terlihat berlutut, dengan suara gemetar. Dia menahan tangis, dan memohon ampunan di depan orang-orang yang berjejer penuh kekuasaan, memandang ke atas dengan tatapan penuh harap. โ€œSaya berani bersumpah, saya tidak pernah melakukannya.โ€ Salah satu tim keamanan itu menjawab dengan penuh otoriter, โ€œSimpan semua jawabanmu itu, kita tunggu Tuan Lawson datang.โ€ Kepala koki memegang ujung bajunya dengan tangan gemetar, dia terus memohon, tetapi tak ada seorang pun yang bergeming, maupun

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 183

    โ€œItu โ€ฆ.โ€ Dengan sekuat tenaga, Henry mengangkat kepala, mendekat, lalu menempelkan bibirnya di atas bibir Eva, memberikan ciuman yang lembut tanpa terburu-buru atau memaksa. Dia memberikan jeda satu detik. Namun, detik berikutnya dia sedikit menekan kepala Eva.Ciuman yang semula lembut itu perlahan semakin dalam. Eva yang mencoba mengimbangi irama Henry itu kini dibuat kuwalahan. Tangannya bergerak, mencengkeram baju yang dikenakan oleh Henry. Suasana di antara mereka semakin memanas, bukan sekedar hasrat, tetapi seperti pengakuan diam-diam tentang rindu yang tertahan, luka yang perlahan sembuh dalam pelukan. Ruangan itu hanya berisi helaan napas yang mulai tak beraturan, dan ciuman itu masih terus berlanjut, menghapus batas logika di antara keduanya. Henry melupakan kondisinya. Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah, menciptakan momen bersama istrinya. Dia menginginkan lebih. Ciuman itu bergerak perlahan ke leher Eva. Namun, tidak lama ciumannya terhenti karena Eva menarik

์ข‹์€ ์†Œ์„ค์„ ๋ฌด๋ฃŒ๋กœ ์ฐพ์•„ ์ฝ์–ด๋ณด์„ธ์š”
GoodNovel ์•ฑ์—์„œ ์ˆ˜๋งŽ์€ ์ธ๊ธฐ ์†Œ์„ค์„ ๋ฌด๋ฃŒ๋กœ ์ฆ๊ธฐ์„ธ์š”! ๋งˆ์Œ์— ๋“œ๋Š” ์ฑ…์„ ๋‹ค์šด๋กœ๋“œํ•˜๊ณ , ์–ธ์ œ ์–ด๋””์„œ๋‚˜ ํŽธํ•˜๊ฒŒ ์ฝ์„ ์ˆ˜ ์žˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค
์•ฑ์—์„œ ์ฑ…์„ ๋ฌด๋ฃŒ๋กœ ์ฝ์–ด๋ณด์„ธ์š”
์•ฑ์—์„œ ์ฝ์œผ๋ ค๋ฉด QR ์ฝ”๋“œ๋ฅผ ์Šค์บ”ํ•˜์„ธ์š”.
DMCA.com Protection Status