Selama dua belas tahun, Damar Wijaya mencari wanita masa lalunya, gadis kecil yang dahulu pernah menyelamatkan hidupnya, tak ia temukan keberadaannya dimana pun, sampai pada akhirnya ia dipaksa menikah oleh sang kakek dengan wanita yang tidak dicintainya. Dan suatu hal mengejutkan jika sebenarnya wanita itu adalah ....
View MoreSiang ini langit Jakarta tampak kelam karena hujan deras tak kunjung reda, terlihat dari dalam membasahi kaca jendela kantor Wiharta Wijaya Group yang megah. Suara turunnya hujan yang teratur seolah menjadi latar belakang menambahnya kesan suram di ruang kerja para pegawai.
Di salah satu lantai tertinggi gedung pencakar langit itu, sebuah kantor dengan pintu kaca transparan menjadi pusat perhatian. Di dalamnya, Damar Wijaya, seorang Presiden Direktur Wiharta Wijaya Group yang baru kembali dari luar negeri, duduk di belakang meja kayu yang mengkilap. Sosoknya yang tegap dan wajahnya yang dingin memancarkan aura kekuasaan. Damar Wijaya dikenal sebagai pengusaha yang keras dan tak kenal kompromi. Karyawan di sana pun tahu bahwa berurusan dengan Damar berarti harus siap menghadapi tekanan yang tak tertandingi. Namun, hari ini adalah hari yang istimewa bagi Damar—hari di mana dia akan memberikan pelajaran kepada seorang wanita, Anna, wanita yang akan dijodohkan dengannya. Pria itu berencana memberikan segudang pelajaran untuk wanita tersebut. Sebelum Anna datang, ia memiliki banyak urusan dengan asistennya. "Apa kau sudah menemukan wanita itu?!!" tanya Tuan Anna pada asisten kepercayaannya. Sorot mata tajamnya tidak memandang kearah pria yang bernama Asisten Lian itu. Pandangan jauh menembus jendela ruang kerjanya yang terletak di lantai 47 pada perusahaan yang dipimpinnya. Asisten Lian menundukkan kepala takut, namun ia berusaha menutupinya dengan mengusahakan diri agar tetap tenang. Karena jawaban dari pertanyaan Tuannya akan menimbulkan teriakan yang pastinya menggetarkan ruangan serta isinya. Masih dalam posisi jantung berdebar pria itu menunduk—kedua tangan bersatu ia menjawab. "Maaf Tuan Damar, saya belum bisa menemukan gadis itu." "Shitt!! Harus berapa lama lagi kamu bisa membantuku menemukan gadis itu, hah!!" teriaknya hampir seluruh otot lehernya terlihat. Ia sampai memutar tubuhnya untuk menatap tajam manik mata asisten Lian. Asisten Lian makin menjatuhkan kepalanya kebawah, merasa ia tidak berguna. "Maafkan saya, Tuan. Barang bukti yang Anda beri belum cukup kuat untuk menunjukkan keberadaannya dimana—" Berharap satu alasan itu dapat membuat Tuannya berhenti berteriak. "Kamu terlalu banyak alasan Asisten Lian!!!" "Beri sepuluh triliun untuk menemukan wanita itu, hidup atau mati!!" 'Tapi, kuharap gadis itu tumbuh dewasa menjadi gadis yang cantik.' Damar memutar tubuhnya, sorot matanya menerawang jauh pada bayangan kejadian silam yang sudah berlalu selama dua belas tahun. Asisten Lian membeliak, terkejut. "Bukankah nominal itu terlalu tinggi, Tuan Lee?!" Seketika bayangan masa lalu itu buyar. Damar bergerak cepat ke arah Lian memberikan satu pukulan di dadanya hingga pria itu bergerak mundur karena kesakitan. Tidak berani membantah, ia memang salah. Terlalu lancang bicara seperti itu pada Tuannya. "Dasar asisten b0d0h kau!! Berani-beraninya kau mengatakan itu?! Harga itu tidak sebanding dengan apa yang diperbuatnya padaku!! Gadis itu telah menyelamatkan nyawaku Asisten Lian!! Berapa kali lagi harus ku jelaskan padamu!! Jika wanita itu sangat berarti di hidupku!!" teriaknya. Seluruh wajahnya yang semula putih tampak memerah karena murka. "Maaf Tuan. Saya benar-benar minta maaf!! Saya akan menjalankan perintah Tuan sekarang. Saya permisi," ucapnya sembari memegangi perutnya. "Kuberi waktu kau tiga hari untuk dapat menemukan gadis itu. Jika perintahku gagal kau jalankan, aku akan memecatmu. Dan kucari sendiri dia," ucap Lian tegas. Asisten Lian menganggukkan kepalanya dan undur diri. Beberapa saat kemudian, seseorang sedang mengetuk pintu. "Masuk!!" titah Damar. Pria tampan dan dingin yang mengenakan kacamata berbalut setelan jas hitam itu duduk di kursi kebesarannya. Terlihat ia memijit keningnya karena pusing. Setelah seorang wanita membuka pintu ruangannya Damar menyambutnya dengan datar, "Katakan!!" Satu tangannya memegang gagang sebuah cangkir lalu menyeruput kopi panas yang tidak lama diantarkan seorang office boy. "Tuan, Nyonya Anna telah sampai. Saya menyuruhnya untuk menunggu di depan ruangan resepsionis. Apakah Anda akan menemuinya sekarang??!" tanya seorang wanita yang bekerja sebagai pegawai disana. 'Rupanya dia berani menginjakkan kaki di kandang singa. Tidak ada takutnya, dia pikir, aku akan menyambutnya dengan hangat? Tidak akan terjadi, harapannya hanya ada pada angannya semata! Cih!!' Cepat ia merespon, "Tidak perlu!! Berikan saja pekerjaan terendah untuknya!" ucapnya dengan menaikkan satu kaki diatas lutut. "T—tapi Tuan, bukankah Nyonya Anna akan menggantikan sekretaris lama Anda?!" Damar memandang penuh murka padanya. BRAKK!! Tumpukan berkas dengan cepat di banting di atas meja kerjanya. Seketika jantung bawahannya terhenti. Tubuhnya terasa panas dingin tidak berani menatap wajah Damar "Apa kau sudah tuli? Pasang telingamu baik-baik, berikan pekerjaan terendah untuknya!!" "Baik, Tuan." "Ajak dia ke dapur, dan suruh dia membuatkan kopi untukku. Dia sendiri yang mengantarkannya keruangan ku!" suruhnya. "Baik Tuan." Gegas wanita itu pergi, langkahnya cepat kembali ke luar menemui seorang wanita yang hampir sepuluh menit menunggunya. "Nona Anna, maaf dengan segala hormat saya. Tuan Damar menyuruh Anda ke pantry untuk membuatkan kopi untuknya. Apakah Anda bersedia?" Wanita yang diperintahkan itu menundukkan kepala karena sangat malu, bahkan tidak seharusnya Tuannya memerintahkan pekerjaan tersebut. Sesungguhnya, Nona Anna adalah wanita yang akan di jodohkan Kakek Wijaya untuk Damar, cucunya. Namun, Damar tak menerimanya. Nona Anna tersenyum tanpa beban. Ia berdiri dan menerima perintahnya. Ia menaikkan tas ke bahunya seraya mengatakan, "Boleh saya tahu, di mana letak pantry kantornya? Saya sama sekali tidak keberatan atas perintah Tuan Lee padaku." "Terima kasih Nona Anna, mari saya antarkan." Anna berjalan mengikuti langkah kakinya hingga berhenti pada sebuah tempat yang dijaga kebersihannya.Delia bingung apa yang ingin dijawabnya. Sedangkan ia tak mendengar pria itu mengatakan apa."Hanna ... Sepertinya kamu sangat merindukan tempat ini. Hingga kamu tidak dengar perkataanku."Hanna tersenyum. "Ya, Damar. Banyak kenangan di sini." Tidak berani bicara banyak-banyak takut Damar bertanya macam-macam.Beberapa kali ia bertanya lewat ponselnya pada Asisten Lian, ia tidak ingin salah dalam menjawab. Ia mengetik cepat dalam pesan chat. [Ini rumah siapa, Sayang?]Lian pun lekas membalas. [Rumah Damar, Sayang.]Damar hanya melihat Hanna sepintas. Ia membebaskan dia bermain dengan gawainya. Ia pun tidak curiga dengan mereka.Damar pun berjalan melihat-lihat kondisi ruangan yang tidak terawat itu. Tanpa sadar ia menginjak sesuatu. Melihat ke bawah sebuah pigura yang dijatuhkan Anna tadi.Gegas ia membungkuk untuk mengambil. 'Foto ini terjatuh di lantai. Dan kacanya bersih dari debu. Aneh sekali.' pikir Damar.Menepis semua praduga. Senyum terbit di sudut ditunjukan di bibirnya. Ia
Damar segera memeluk tubuh Delia erat. "Jangan katakan apapun lagi, aku sudah katakan. Tidak terjadi apapun di dalam kamar mandi itu, Hanna. Percayalah."***Pagi itu ..."Tuan Damar, hari ini aku minta izin untuk keluar. Aku sangat merindukan tempat tinggal ku dulu. " Anna berdiri dengan takut—meminta izin pada Damar yang kala itu sedang menyeruput kopi di depan rumah. Tidak sedetikpun ia menengok Anna disampingnya."Tuan ... Apa saya mohon berikan saya izin."Karena risih Damar menoleh cepat. Tangannya yang Kokok dan kekar menggebrak meja. Hingga cangkir berisi kopi yang tinggal separuh itu tumpah."Aku tidak perduli, kamu mau pergi ke manapun! Pergi saja sesuka hatimu, wanita hina!" umpatnya. Setelah itu ia berdiri meninggalkan Anna seorang diri.Karena Damar telah menjawab demikian, ia pun pergi. Anna mengayunkan kakinya pergi, sampai di pintu gerbang, Anna berpapasan dengan Asisten Lian. Pria itu menghentikan mobilnya, dan keluar menghampiri Anna."Maaf Nyonya, saya menghalangi p
Sore itu, Anna yang baru selesai mandi di kamar tamunya merasa panik. Keran air tiba-tiba berhenti mengalir saat ia masih penuh dengan busa sabun. Matanya perih karena busa yang masuk ke dalamnya, dan dalam kebingungan, ia meraba-raba keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuhnya.Anna dalam hati, panik. "Aduh, kenapa airnya mati sih sekarang?! Aduh, mataku... Pedih! Bibi! Bibi! Tolong!"Sambil meraba-raba dengan satu tangan, yang lain mengusap-usap matanya yang perih, ia berhasil menangkap lengan seseorang yang ia kira adalah asisten rumah tangga. Tanpa berpikir panjang, Anna langsung ditarik olehnya.Anna berjalan penuh kehati-hatian. Ia mengira seseorang yang berada di hadapannya itu adalah asisten rumah tangga yang akan membantunya. Tapi ..."Bik. Antarkan aku ke kamar mandi kamu Bik! Kran dikamar mandi ku tidak keluar. Cepat Bik, tuntun aku. Mataku pedih sekali. Aku malu jika Tuan Damar nanti melihatku seperti ini, aku takut jika dia berpikir macam-macam terhadapku,
Delia mendekati Anna dan bertanya, "Aku tidak akan membiarkan Damar meninggalkan kamu, Ann."Anna tersenyum tanpa sepengatahuan nya. 'Dasar pembohong besar kau. Bilang saja saat ini kau tengah ketakutan, jika kedokmu Terbongkar!' batin Anna."Sudahlah. Banyak asisten rumah tangga yang akan menemani dia. Lagian, aku tidak ingin melihatnya bermanja-manja di kediaman ku. Aku bisa tegaskan padanya, jika dia bukan siapa-siapaku? Dia hanya istri di atas kertas!!" Berbicara tanpa melihat ke arah Anna. Hanna palsu datang menghampirinya dengan senyum yang tampak tidak tenang, meski dalam hatinya, rasa takut menggeliat. Ia tahu, jika Damar benar-benar akan membawanya ke desa itu, semua kebohongan yang selama ini ia jalin bisa runtuh dalam sekejap. "Aku sudah memutuskan, Hanna. Kita akan pergi ke desa itu sekarang. Hari ini aku mau libur untuk bersamamu saja. Aku ingin kembali ke tempat di mana semuanya dimulai," ucap Damar dengan nada datar.Delia terkejut mendengar ketegasan suara Damar. Jan
'Sial! Wanita itu mengetahui aku ketiduran di sini! Pasti dia berpikir yang bukan-bukan! Aku tidak mau kehilangan harga diriku jika sampai dia memiliki pikiran demikian.'"Tuan, kenapa saya bisa di kamar tidur Anda?" Sungguh Damar menganggap itu sebuah pertanyaan b0d0h. Bagaimana ia memiliki pikiran demikian? Sudah jelas-jelas tadi malam keadaannya sangat lemah."Dasar wanita hi na! Kamu jangan anggap aku perduli terhadapmu!"Anna memegang kepalanya, terasa sakit. Damar yang mengetahui itu diam saja. Hampir saja mulutnya keceplosan akan mengutarakan pertanyaan perkara keadaannya. 'Huft ... Hampir saja.'Bibi datang, sebelum ia bertanya ia menundukkan kepala. "Maaf Nyonya ... Bagaimana keadaan Anda sekarang?"Pertanyaan bibi membuat Damar lega. Ia selamat dari cecaran Anna. Meski ia minim bertanya, tapi Damar dapat menangkapnya.Anna mengambangkan senyuman. "Syukurlah, Bu. Anna tidak apa-apa. Keadaan Anna sudah membaik. Bibi tidak perlu khawatir."Mendengar itu Damar sendiri ikut mera
"Anna ... Bangun! Kau dengar suaraku 'kan?" Damar menepuk-nepuk pipi Anna beberapa kali. Wanita itu masih terpejam tubuhnya sangat lemas.Terlihat dari wajah Damar tampak sekali mengkhawatirkan keadaan Anna. "Seharusnya aku tidak menghukum mu dengan cara seperti itu, Anna."Damar berdiri di sisi tempat tidur, perasaannya campur aduk saat memandang Anna yang terbaring tak sadarkan diri. Tubuhnya gemetar, bukan karena dingin, tetapi karena rasa bersalah yang terus membayanginya. Kenapa ia begitu kejam pada Anna? Bagaimana bisa ia membiarkan perempuan itu menderita hingga kondisinya seperti ini? Penyesalan mulai merayap di setiap sudut hatinya.Suara langkah kaki asisten rumah tangga terdengar mendekat. Wajahnya penuh kekhawatiran saat melihat Anna yang masih terpejam di atas tempat tidur.Bibi ikut gelisah, dengan nada cemas. "Tuan Damar. Kenapa tidak membawa Nyonya Anna ke rumah sakit saja? Dokter keluarga belum juga datang. Saya takut kondisinya makin buruk..."Damar terdiam sejenak,
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments