Home / Romansa / Tuan Presdir, Kamulah Ayah Anakku / Bab 4. Perempuan Menjijikan

Share

Bab 4. Perempuan Menjijikan

Author: L.A. Zahra
last update Last Updated: 2023-07-18 16:41:20

Lukas yang sudah kebingungan pun terus membujuk Evelyn agar mau masuk ke mobil.

"Tolong bantu saya. Kalau Anda tidak masuk, pria di dalam itu akan memarahi saya," ucap Lukas menyatukan dua tangan di depan wajah layaknya seseorang yang memohon.

Evelyn pun akhirnya luluh, meski takut, ia akhirnya memilih duduk di kursi belakang sambil terus memalingkan wajah, berusaha menghindari menatap pria yang sangat dibencinya itu.

"Pak Sean, apa kita langsung pulang?" Lukas sedikit ragu bertanya di tengah keheningan itu.

"Ke toko pakaian," jawab Sean dengan tatapan dinginnya.

"B-baik, Pak," jawab Lukas yang merasa tidak nyaman dengan situasi di mana Evelyn seperti ketakutan, sedangkan Sean yang membeli perempuan itu malah terlihat tidak peduli.

Lukas langsung melajukan mobilnya ke arah salah satu toko pakaian mewah yang selama ini menjadi tempat langganan Sean. Meski Evelyn sudah mengenakan pakaian termahal di rumah lelang, semua seakan sia-sia mengingat tubuh perempuan itu sangat kotor dengan rambut yang terlihat lengket.

"Tunggu! ke salon saja," titah Sean, "menjijikan," sambungnya seraya menatap Evelyn dengan sinis.

"B-baik, Pak." Lukas kemudian berbelok ke arah salon yang jaraknya tak jauh dari sana.

Kini mobil sudah terparkir di depan salon. Sean enggan turun dan tak mau tahu dengan urusan Evelyn. Ia menyerahkan semuanya pada Lukas.

"Bu Evelyn, tolong turun dari mobil dan ikut saya pergi ke salon," pinta Lukas yang merasa kesulitan setiap kali mengajak Evelyn.

"Bu? Dia bukan istriku!" bentak Sean, tak terima.

"Maaf, Pak." Lukas membungkukan badannya.

"Panggil nama saja, derajatnya tidak jauh lebih tinggi darimu," protes Sean.

"B-baik, Pak."

Lukas merasa selalu salah di mata Sean semenjak ada Evelyn. Kini ia berusaha lebih berhati-hati agar tak menyulut emosi atasannya itu lagi.

"Aku panggil Velyn saja," ucap Lukas pada Evelyn.

Evelyn hanya mengangguk, tatapannya kosong.

"Tolong ikut aku ke salon." Lukas menatap Evelyn dengan penuh harap.

Evelyn tersenyum, entah apa yang ada dalam pikirannya sehingga menunjukan senyum aneh dan menyeramkan seperti itu. Namun, meski demikian, perempuan itu tetap menuruti permintaan Lukas yang terlihat dalam kesulitan karenanya.

Kini, Lukas dan Evelyn berjalan menuju salon dan langsung memasukinya.

Semua mata menatap Evelyn, mereka seakan jijik melihatnya yang kumal dan sedikit bau karena terlalu lama berada di ruang pengap. Beruntung Lukas tak memiliki perasaan seperti itu, dibanding malu, ia malah lebih merasa kasihan pada perempuan di sampingnya.

"Apa dia orang gila? Mengapa pria tampan itu mau bersamanya?"

"Aku mual melihatnya."

"Abaikan saja, aku juga jijik melihatnya."

Para perempuan di salon terus saja menggunjing Evelyn. Namun, ia sama sekali tak menghiraukannya dan berjalan seolah tak terjadi apa pun.

Lukas mendatangi salah satu pegawai di salon tersebut, ia meminta pegawai tersebut untuk membersihkan tubuh Evelyn. Ia bahkan memberikan tips besar pada siapa saja yang mau membantunya.

"Maaf, tidak bisa. Salon ini khusus untuk para sosialita. Kami tak menerima perempuan lusuh dan kumal seperti dia!" cela salah satu pegawai salon.

Lukas sedikit berkecil hati, tak menyangka akan mendapat perlakuan seperti ini hanya karena penampilan Evelyn saja.

"I-itu, apa saya boleh mengajukan diri untuk membantu Anda?" usul salah seorang pegawai yang sepertinya masih magang, terlihat dari dirinya yang tak mengenakan seragam, hanya memakai pakaian hitam putih.

"Kamu yakin? Terserah saja jika kamu memang mau," sahut salah satu perempuan dengan rambut sebahu pada pegawai magang tersebut.

"Tidak masalah, saya sedang membutuhkan uang untuk berobat Ibu," ucap pegawai magang itu.

"Tenang saja, aku akan memberi tips yang besar untukmu," ujar Lukas yang merasa sangat berterima kasih pada pegawai magang tersebut. Berkatnya, ia akan terhindar dari amarah sang atasan kalau sampai perintahnya tak terpenuhi.

"Terima kasih, Tuan," sahut si pegawai magang.

Evelyn pun diajak ke ruangan bagian dalam untuk dimandikan, pegawai magang itu sangat telaten dan tidak jijik sama sekali pada perempuan lusuh di hadapannya. Bukan tanpa alasan, ia sudah terbiasa merawat sang ibu yang terkadang keadaannya jauh lebih menjijikan daripada Evelyn.

"Mengapa kamu tidak jijik padaku?" Evelyn merasa ada sedikit gejolak di dadanya akibat dari perasaan terharu, setelah sekian lama akhirnya ada yang menganggapnya manusia.

"Aku sudah sering merawat ibuku yang gangguan jiwa. Ibu bahkan lebih kotor dari Kakak. Lagipula, dimataku semua orang itu sama, Kak," jawab gadis yang dari wajahnya diperkirakan baru lulus sekolah.

"Tapi aku wanita kotor, anakku pun hadir tanpa sebuah pernikahan," sanggah Evelyn yang masih berpikir jika dirinya tidak layak mendapat perlakuan baik.

"Ibu juga selalu mengatakan hal seperti itu setiap kali kambuh. Aku dan anak dalam kandungan Kakak memiliki nasib yang sama. Namun, aku ingin Ibu bisa terus hidup dengan baik," ujar gadis itu, sambil terus menyabuni tubuh Evelyn.

Air mata Evelyn tiba-tiba keluar dengan sendirinya, untuk pertama kalinya, ia merasa tersentuh oleh ucapan seseorang, setelah sekian lama hati dan pikirannya seolah membeku.

Gadis magang itu terlihat sangat telaten, ia benar-benar pandai merawat seseorang seperti Evelyn.

Tiga puluh menit berlalu, Evelyn kini sudah terlihat lebih bersih dan cantik. Semua mata lagi-lagi tertuju padanya. Perempuan yang tadi sangat lusuh dan kumal ternyata memiliki kecantikan yang sempurna melebihi perempuan-perempuan yang sedang berada di salon itu.

Evelyn melepaskan cincin dan memberikannya pada gadis magang itu.

"Ini untuk berobat Ibumu!"

Gadis itu menerimanya begitu saja tanpa tahu jika cincin lusuh itu sangatlah mahal, harganya saja bisa mencapai ratusan juta.

"Terima kasih, saya akan menyimpannya dengan baik."

"Tidak, kamu harus jual secepatnya!" seru Evelyn dengan sedikit memelotot.

"B-baik, Kak."

Evelyn langsung berlalu keluar dari salon. Ia menuju mobil tanpa harus Lukas minta.

Saat di mobil, Sean yang baru sadar dengan kedatangan Evelyn pun langsung membelalak ketika melihat wajah perempuan tersebut.

"Kamu?" Sean menatap Evelyn dengan sorot mata tajam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tuan Presdir, Kamulah Ayah Anakku   Bonus Part

    Terima kasih buat semua reader yang sudah mengikuti cerita sampai sejauh ini. Othor bukan apa-apa tanpa kakak² reader.Oh, iya othor mau sedikit menceritakan beberapa kisah tokoh yang nggak muncul di akhir.Ada yang cariin Daren nggak ya? kakak tiri Evelyn yang sempet punya rasa itu akhirnya bisa melupakan istri dari sang atasannya itu, dia memilih untuk melamar kekasih sesama rekan kerja di perusahaan Sean.Lukas, si asisten gila kerja itu lebih milih untuk fokus ngurus perusahaan yang Sean titipin loh. Beberapa kali Sean berusaha ngejodohin sama perempuan malah berakhir di tolak, ya itu semua karena dia gila kerja.Jennifer, kakak tiri Evelyn yang udah insyaf ini milih menjauh dari kehidupan dulu. Dia pergi ke luar negri dan diam-diam menikah dengan warga lokal.Yang lebih mengejutkan, nggak berselang lama setelah Evelyn melahirkan, Nicki melamar Diana di depan orang ramai. Ya, cinta tumbuh karena biasa, kebersamaan bikin benih-benih cinta itu tumbu. Tapi, tenang aja, meski udah bern

  • Tuan Presdir, Kamulah Ayah Anakku   Bab 218. Akhir Bahagia

    Sean tampak kebingungan, tak tahu sang istri hendak mengajaknya ke mana. Sampai saat mereka berdiri di depan sebuah rumah barulah mengerti alasan Evelyn membawanya ke sana.“Kuharap ibu tidak ada sangkut pautnya dengan masalah korupsi dan perdagangan manusia.” Evelyn tampak terus menghela napas berat, terlebih di setiap kali teringat ibunya.Sean tak mau berspekulasi lebih dan hanya berniat untuk menyaksikan apa yang akan terjadi nantinya.“Ibu ….” teriak Evelyn sambil berjalan cepat ke arah pintu.Namun, ketika masuk ke rumah, Evelyn sama sekali tak mendapati keberadaan sang ibu. Ia mencari ke kamar, dapur bahkan ke gudang, tetapi Rose sama sekali tak ada.“Sepertinya ibumu telah pergi, Evelyn.” Sean merangkul sang istri yang tampak sedang kecewa.“Aku tidak menyangka ibu jadi seperti ini.” Mata Evelyn berkaca-kaca.“Sudahlah, mau bagaimana kalau itu semua sudah menjadi pilihan ibu. Lebih baik kita pulang sekarang, Kelvin sudah menunggumu.”Evelyn mengangguk, rasanya ingin menangis t

  • Tuan Presdir, Kamulah Ayah Anakku   Bab 217. Tak Berkutik

    Namun, pria yang menariknya itu malah seakan tak memperdulikan Evelyn dan terus menarik entah hendak membawanya ke mana.“Lepaskan! Atau aku akan melakukan sesuatu yang membuatmu menyesal!” ancam Evelyn sambil terus berusaha melepas tangan pria itu.Mendadak pria itu menghentikan langkahnya, menatap Evelyn dengan tatapan datar.“Bu Evelyn, saya tidak bermaksud jahat. Maaf karena saya telah lancang membawa Anda dengan kasar, tapi kalau tidak begini saya khawatir Anda akan kabur dan melewatkan apa yang sedang Pak Sean lakukan,” jelas pria itu.“Pak Sean? Siapa kamu? Bukankah kamu warga asli desa ini?” Perasaan Evelyn menjadi tak karuan saat mendengar ucapan pria itu.“Saya anak buah Pak Sean yang bertugas untuk mengawasi Anda karena secara kebetulan juga merupakan warga desa,” terang anak buah Sean itu.Evelyn belum percaya sepenuhnya, tatapan penuh kecurigaan terus ia perlihatkan. Wajar jika perempuan itu tidak langsung percaya karena bagaimanapun dirinya sedang berada di posisi yang me

  • Tuan Presdir, Kamulah Ayah Anakku   Bab 216. Siasat Evelyn dan Noah

    Noah terus memperhatikan sekeliling, mengawasi Joseph dan Viona, berharap jika kedua orang itu tidak sedang memperhatikannya. Dan benar saja, mereka sedang asyik dengan orang-orang yang sedang berusaha menjilat.“Aku harap ini akan berhasil,” gumam Noah yang segera beranjak, lalu menyelinap keluar dari pesta.Beruntung saat itu tidak ada yang memperhatikannya, sehingga Noah bisa leluasa berjalan ke sana kemari tanpa ada yang mengetahui.Namun, saat ia sampai di rumah, dari kejauhan terlihat ada beberapa orang yang menjaga area sekitar rumah Joseph tersebut, karenanya Noah berusaha untuk terlihat tenang dan menyembunyikan niat buruknya.“Tuan muda, kenapa Anda sudah kembali? Bukankah pesta masih sedang berlangsung?” tanya salah seorang pria yang sedang menjaga rumah Joseph tersebut.“Ayah menyuruhku untuk membawa perempuan itu ke pesta,” ucap Noah yang terlihat begitu gugup.Awalnya para penjaga sedikit tidak yakin dengan ucapan Noah tersebut. Namun, mereka berpikir kembali, untuk apa

  • Tuan Presdir, Kamulah Ayah Anakku   Bab 215. Sekelompok Wanita

    Kelvin tidak mengerti dengan maksud ayahnya, tetapi ia tetap mengizinkan selama bisa membawa sang Ibu kembali.“Hati-hati di jalan, Ayah! Jangan lama-lama,” pinta Kelvin sambil melambai.Mata Kelvin berkaca-kaca. Namun, ia berusaha untuk tetap tegar karena itu semua demi kebaikan sang ibu. Beruntung ada Nicki dan Diana yang selalu menemani, setidaknya bocah itu tidak terlalu berlarut dalam kesedihan.“Paman Nick apakah ayah akan pergi lama?” tanya Kelvin yang wajahnya jelas terlihat sedang menahan tangis.“Paman tidak bisa memastikannya, tapi ayah pasti tidak mau berlama-lama jauh dari Key.”Kelvin tersenyum, berusaha untuk kuat. Bocah itu seakan didewasakan oleh keadaan, yang mana di usianya dia sudah mengalami banyak masalah.Di tengah kegelisahan Kelvin, Sean saat itu malah sedang merasa bahagia karena pada akhirnya semua bukti dan saksi sudah terkumpul, hanya tinggal menjalankan rencana yang sudah matang itu.Sean melaju, menuju salah satu gudang terbengkalai yang berada ujung kot

  • Tuan Presdir, Kamulah Ayah Anakku   Bab 214. Pertemuan Ayah dan Anak

    Evelyn begitu mengenali wanita yang kini berada di hadapannya. Bagaimana tidak? ingatan akan kenangan pahit masih terus terngiang, tidak mungkin terlupakan.“Siapa sangka ternyata kita bisa bertemu lagi,” ucap wanita itu.Evelyn benar-benar benci menatap wajah wanita yang terlihat menjijikan itu, melihatnya membuat teringat pada Sean.“Aku kan tidak menyangka akan bertemu dengan wanita menjijikan sepertimu,” ucap Evelyn dengan tatapan sinis.Ucapan Evelyn berhasil memancing emosi wanita itu. Senyum yang semula tampak penuh penghinaan berubah dengan rasa sakit hati yang jelas terlihat.“Jaga ucapanmu itu jika tidak mau ku buat hidupmu lebih menderita!”Melihat wanita itu kesal, Evelyn merasa sedikit puas, setidaknya perempuan itu merasa sakit hati walaupun hanya sedikit.Namun, rasa senang Evelyn hanya bersifat sementara karena saat itu ia malah ditarik secara paksa menuju ke tempat Joseph berada.“Hentikan! Aku tidak ingin pergi dengan manusia jahat seperti kalian!” timpal Evelyn samb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status