Share

Fitnah Diana

Author: MR_7980
last update Last Updated: 2024-08-06 12:19:20

*Beberapa saat yang lalu*

Saat tubuhnya menabrak permukaan kolam, pandangan Nandia langsung buyar akibat pening yang menyerang. Dirinya berusaha untuk menggapai permukaan, tapi ketidakmampuannya untuk berenang membuatnya malah menelan air banyak dan berakhir kesulitan bernapas.

Saat Nandia merasa pandangannya menggelap, tiba-tiba dia merasakan sebuah tangan yang menariknya ke atas.

“Nandia!” Seseorang meneriakkan namanya dengan penuh kekhawatiran, tapi mata Nandia masih tertutup rapat akibat kesadarannya yang masih berada di ambang kegelapan.

Samar, Nandia juga merasakan seseorang menyentuh bibirnya, menghembuskan napas bergantian dengan tangan yang menekan dadanya kuat berkali-kali–mencoba menyadarkannya.

Sampai akhirnya…

“Uhuk-uhuk.” Nandia terbatuk, mengeluarkan air dari paru-parunya.

“Nandia!” panggil seseorang, membuat Nandia yang memiringkan tubuhnya setelah memuntahkan air mengangkat pandangan, melihat keberadaan Reihan yang tampak basah kuyup dan begitu khawatir.

Ah … jadi Reihan yang menolongnya?

Reihan memeluk Nandia erat. “Syukurlah …” ucap pria itu seraya menutup mata, tidak berkata banyak dan hanya mensyukuri kehangatan tubuh Nandia yang sempat terbujur kaku di sisi kolam renang.

Menjauhkan tubuh Nandia, pria itu mengecek keadaan wanita tersebut dengan saksama, “Bagaimana keadaanmu? Ada yang sakit?”

Nandia menggelengkan kepalanya dengan tubuh menggigil, membuat Reihan langsung melepaskan jasnya untuk menghangatkan tubuh Nandia.

“Ya, kamu baik-baik saja sekarang. Aku ada di sini, oke?” ulang Reihan berkali-kali. Entah apa pria itu sedang meyakinkan Nandia atau dirinya sendiri ….

Sementara itu, pandangan Nandia beralih ke belakang Reihan, tertancap tepat pada sosok Danu yang berada di sisi Diana. Hal itu membuat Nandia tertawa pahit dalam hati.

Sungguh suami yang luar biasa.

Istrinya hampir saja mati tenggelam, tapi pria itu lebih memilih menyelamatkan wanita lain dan menjaganya seperti permata.

Mungkin, memang benar, di mata Danu … dirinya tidak lebih dibandingkan sebongkah batu tidak berharga.

Usai memakaikan jaket kepada Nandia, Reihan pun menyadari arah pandang wanita tersebut. Pria itu bertanya, “Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu dan Diana terjatuh ke kolam?” Dia terdiam sesaat, lalu mengambil satu kesimpulan yang berani, “Wanita itu mendorongmu?”

Mata Nandia terpaku pada sosok Diana saat pertanyaan itu terlontar, dan wanita tersebut pun semakin mendekatkan diri ke dalam pelukan suaminya, seakan meminta perlindungan. Hal itu membuat Nandia mendengus dan menggelengkan kepala.

“Antarkan aku pulang saja.”

Reihan terdiam, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia langsung mengangguk dan menggendong Nandia, sontak mengundang reaksi dari sejumlah pihak–termasuk di antaranya Danu, yang menampakkan wajah gelap.

Nandia sendiri agak terkejut dengan perlakuan Reihan. Dia ingin meminta diturunkan, tapi hal tersebut jelas akan mempersulit posisi Reihan di depan publik. Toh, sudah terlanjur terlihat juga. Jadi, dia diam saja.

Saat Reihan baru saja mengambil satu langkah untuk pergi, sebuah suara mendadak berseru, “Nandia!”

Panggilan itu membuat Reihan dan Nandia menoleh.

Itu Diana.

“Aku tulus meminta maaf karena telah berdansa dengan Danu, tapi kenapa kau harus mendorongku ke air?”

Pertanyaan itu sontak menciptakan keributan di tengah pesta yang telah kacau tersebut. Orang-orang yang sudah berspekulasi, semakin ribut akibat ucapan Diana yang mengundang sindiran.

Jadi, kekacauan ini terjadi akibat kecemburuan Nandia!

“Tutup mulutmu,” geram Reihan dengan wajah tidak bersahabat, membuat Diana tersentak. “Aku tahu jelas Nandia orang yang seperti apa, dan dia tidak mungkin melakukan hal tersebut!”

Mata Diana membulat, terlihat akan menangis seiring dirinya menampakkan wajah memelas. “Kau menuduhku berbohong, Rei?”

Reihan menggertakkan gigi. “Aku–”

Nandia mengangkat tangannya, menghentikan Reihan untuk terlibat semakin dalam.

Bagaimanapun, ini adalah masalah yang terjadi karena hubungan pribadinya dengan Diana, dan Reihan tidak seharusnya dirugikan dengan terlibat hal semacam ini.

“Turunkan aku,” pinta Nandia.

Awalnya, Reihan sempat ingin menolak. Akan tetapi, tekad di mata Nandia, juga sifat keras wanita itu membuat pria tersebut akhirnya menurut.

Setelah memijakkan kaki di lantai dingin, Nandia menatap lurus ke arah Diana yang sekarang berhadap-hadapan dengannya.

“Kau dan aku sangat jelas kejadian yang sebenarnya terjadi seperti apa, Diana. Oleh karena itu, mari kita berterus-terang saja tanpa sandiwara,” ucap Nandia. “Apa sebenarnya yang kamu inginkan?” tanya Nandia secara terus-terang, tidak lagi peduli dengan pandangan orang-orang kepadanya.

“Aku ingin tahu kenapa kamu tega mendorongku? Apa ini karena Danu menemaniku tadi malam di rumahku? Padahal, kamu tahu jelas kami tidak mungkin berbuat apa-apa, kenapa kamu harus cemburu dan memperlakukanku seperti ini?” ucap Diana dengan suara cukup keras sehingga terdengar oleh semua tamu yang hadir.

Mendengar itu, Lidia segera berdiri dan menatap menantunya dengan tatapan tajam dan penuh kemarahan. “Nandia, apakah benar apa yang dikatakan Diana? Kau mendorongnya hanya karena cemburu?”

Nandia merasa ingin tertawa. Bukankah tadi Diana mengatakan ini mengenai masalah berdansa dengan Danu? Kenapa jadi mengungkit masalah tadi malam?

Pembahasan masalah yang tidak konsisten ini saja sudah sangat aneh! Apa orang-orang ini begitu buta dan bias sehingga tidak bisa menyadari siapa yang sedang berusaha memanipulasi keadaan?

Dengan lelah, Nandia menjawab, “Aku tidak melakukan apa pun, jadi aku tidak perlu menjelaskan apa-apa. Mengenai kecemburuan yang Diana ungkit, bukankah sudah kukatakan sebelumnya dengan sangat jelas?” Di saat ini, Nandia menatap Danu lurus. “Aku tidak peduli mengenai apa yang suamiku ingin lakukan di luar sana, dan dengan wanita mana dia habiskan malamnya.” Wanita itu berucap datar seraya menegaskan, “Lagi pula, dia bukan tanggung jawabku.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Titi Dewi Wati
Wa ita licik diana nanti kau fpt blasannys
goodnovel comment avatar
Mella Soplantila Mella
mantaabb Nadia hrs tegas
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   117 TAMAT

    Enam bulan kemudian ..."Mas, sepertinya, aku akan melahirkan," teriak Nandia saat Danu akan memulai kegiatan panasnya."Sayang, kamu jangan bercanda. Aku belum mulai nih," keluh Danu saat lelaki itu mencumbu istrinya.Nandia mendorong tubuh sang suami. "Mas, aku beneran. Ketubanku sudah pecah!""Apa!"Danu pun segera memakaikan pakaian di tubuh sang istri. Setelah itu memakai pakaiannya sendiri. Dia lalu menggendong sang istri kemudian berteriak pada sopir untuk menyiapkan mobilnya.Mobil pun segera melaju ke rumah sakit tempat Nandia periksa kandungan. Danu sudah menelepon pihak rumah sakit agar dokter kandungan Nandia sudah stand by disana saat mereka tiba di rumah sakit.Tak lama kemudian, Danu sudah sampai di rumah sakit. Nandia langsung dibawa ke ruang bersalin. Danu pun mengikutinya dari belakang.Danu ingin masuk ke dalam, tapi dilarang oleh perawat. Ternyata, air ketuban Nandia telah habis. Akan sangat menyakitkan jika Nandia memaksa melahirkan secara normal.Dengan terpaks

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   116

    “Reihan, Tasya tidak akan melarikan diri. Jadi, kamu jangan gugup seperti itu,” ujar Danu yang bermaksud menghibur sepupunya.Reihan hanya tersenyum kecut melihat candaan Danu yang sama sekali nggak lucu itu."Kamu nggak usah menasehatiku! Kamu nggak tahu bagaimana rasanya menikah. Ohh iya, aku lupa, kamu dulu menikahi Nandia dengan terpaksa ya, jadi tidak merasa gugup sama sekali, yang ada, kamu malah kesel karena menikah dengannya." Reihan membalasnya dengan sindiran membuat Danu langsung memukul saudara sepupunya dengan tongkat penyanggah kakinya.Kedua saudara sepupu itu memang seperti tom and jerry jika bertemu. Meskipun, jauh di dalam lubuk hati, mereka saling menyayangi. Buktinya, meski keadaannya belum sehat, danu memaksakan hadir di pernikahan saudara sepupunya.Bukannya mengaduh kesakitan, Reihan justru tertawa kecil, sambil menggelengkan kepala. “Aku hanya bercanda. Meski aku belum mencintai Tasya, tapi aku ingin memastikan semuanya sempurna untuknya.” “Percayalah, Tasya h

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   115

    "Mike, kamu datang?" tanya Nandia yang kaget saat melihat Mike tiba-tiba berdiri di depan ruangan Danu. Lelaki itu memancarkan senyum manis menatap wanita yang hingga saat ini menempati tahta tertinggi di hatinya. "Aku ingin melihatmu Nandia. Sudah lama kamu tidak ke kantor, sekaligus, membawa file yang harus kamu tandatangani, dan ... aku ingin bicara serius denganmu." "Sebentar ya Mike, aku masih harus membersihkan bekas mandi Danu dulu. Danu tidak nyaman jika dimandikan oleh perawat" Mike berdiri memandangi Nandia yang sedang membawa air bekas mandi Danu ke kamar mandi . Hatinya terasa berat, tapi ia tahu bahwa sudah tidak ada lagi kesempatan baginya. Dan sekarang, saatnya dia harus pergi. Danu memerhatikan Mike dari sudut matanya, merasa ada sesuatu yang ingin disampaikan pria itu. Namun, sebelum ia sempat bertanya, Nandia berbalik dan menghampiri Mike. “Mike, ada yang ingin kamu bicarakan?” tanya Nandia, tersenyum lembut. Mike mengangguk, lalu memberi isyarat agar mer

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   112

    Nandia masih gemetar setelah insiden mengerikan itu. Dia duduk di sofa kecil di sudut ruangan, ditemani Galih dan Kakek Anggara. Meski tubuhnya lelah, pikirannya terus berpacu. Tatapan penuh kekhawatiran menghiasi wajahnya saat memandangi Danu yang masih terbaring lemah di ranjang dengan alat-alat medis yang membantu kehidupannya. “Jadi, pria itu mengincar Danu?” tanya Kakek Anggara dengan suara berat, matanya menatap tajam ke arah Galih. “Ini jelas bukan kebetulan.” Galih, yang sejak tadi tampak gelisah, mengangguk pelan. “Betul, Kek. Dia bukan orang biasa. Dari identitas yang kami dapat, dia bernama Reno, mantan kekasih Diana. Ini bukan pertama kalinya dia berurusan dengan hal-hal berbahaya.” Mendengar itu, Nandia langsung menatap Galih dengan mata melebar. “Mantan kekasih Diana? Jadi... ini semua ada hubungannya dengan Diana? Tapi, dia sudah dipenjara. Bagaimana mungkin?” Galih menghela napas berat. “Kita belum tahu sejauh apa keterlibatan Diana. Tapi dari pengakuan sementa

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   111

    “Aku akan sembuh… demi kamu… demi anak-anak kita…” Nandia mengangguk penuh keyakinan. Dalam hatinya, ia tahu bahwa perjuangan mereka belum selesai, tetapi dengan kehadiran Danu di sisinya, ia merasa mampu menghadapi segalanya. --- Di luar kamar, suara malam perlahan mereda. Namun, di dalam ruang VVIP itu, cinta dan harapan kembali tumbuh. Nandia menggenggam tangan Danu erat, bersumpah dalam hatinya untuk melindungi keluarga kecil mereka dengan segenap tenaga. Di sisi lain, Lidia tersenyum sambil memandangi mereka dari kejauhan, yakin bahwa mukjizat ini adalah awal dari lembaran baru untuk mereka semua. Nandia kembali duduk di sisi ranjang, menggenggam tangan Danu yang masih lemah. Rasa syukur yang sempat membanjiri hatinya kini bercampur dengan kecemasan, terutama setelah mendengar bisikan samar Danu sebelum tak sadarkan diri lagi. Namun, ia mencoba menenangkan dirinya. Beberapa saat kemudian, pintu kamar VVIP itu terbuka perlahan. Seorang pria berpakaian putih lengkap denga

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   110

    "Danu, kamu harus bangun Danu! Aku mencintaimu!" Tubuh Nandia bergetar hebat saat ia memeluk Danu, mencoba membangunkan suaminya yang tak lagi memberikan respons. Air matanya membasahi baju rumah sakit Danu yang terasa dingin. Monitor jantung di samping tempat tidur masih menunjukkan garis lurus yang menandakan Danu telah pergi untuk selamanya. “Danu, bangun! Aku butuh kamu… Niel butuh kamu…dan anak yang aku kandung ini juga butuh kamu,” isaknya putus asa. Tangannya yang gemetar terus mengguncang tubuh Danu, berharap ada keajaiban dan sang suami bangun kembali. Namun, tubuh itu tetap tak bergerak. Di sudut ruangan, Niel masih berdiri kaku, matanya terus menatap tubuh ayahnya. Lidia, yang berada di sampingnya, hanya bisa memeluk cucunya erat, berusaha memberikan ketenangan meski hatinya juga remuk redam. “Papa nggak akan bangun lagi ya, Oma?” bisik Niel dengan suara kecil, penuh ketakutan. Lidia mengusap kepala Niel, berusaha menahan tangis. “Kita berdoa saja ya, Sayang. H

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status